SYNTROFOS (3)

1K 133 2
                                    

"Eunghh ...!"

Jeno memegang lengan siren di depannya. Keningnya sesekali mengerut merasakan sensasi bergairah yang amat luar biasa dirasakannya.

Minhyung gencar memberi kecupan-kecupan di bagian tubuh pengantinnya dan menyalurkan rasa nikmat yang membuat seluruh badan menegang.

Siren itu menangkup kedua pipi Jeno, memandangnya memuja dan penuh afeksi di dalamnya. Minhyung memagut ciuman dan memberi lumatan penuh nafsu.

"AHHH!"

Jeno memekik. Sisik tajam milik sang siren yang tumbuh, menusuk bagian ekor belakangnya. Seketika berhasil melemaskan seluruh tubuh Jeno. Merman manis itu langsung memandang suaminya dengan tatapan sayu.

"Aku senantiasa menanti kehadiran bayi-bayi kita." Minhyung berbisik sambil mengusap halus perut rata Jeno.

Jeno tersenyum lalu memejamkan mata. Dirinya terlalu lelah menghabiskan waktu bergairah bersama Minhyung, suaminya.

...

Jeno membuka kedua alat penglihatannya itu. Pupil hitamnya mengedar mencari sosok siren yang sudah menjadi suaminya.

Ekor Jeno bergerak, berenang mencari keberadaan Minhyung disekitar goa tempat tinggal keduanya.

Sampai netranya menangkap sosok siren itu tengah sibuk berkutat pada sesuatu yang ada di tangannya. Jeno pun melangkah mendekat, menghampiri sang suami yang tak tahu tengah mengerjakan apa.

"Minhyung."

Siren tampan itu menoleh. Wajah seriusnya berubah melihat sang istri. "Kau sudah bangun ternyata. Tunggu sebentar, aku sedang menyiapkan sesuatu yang indah untukmu."

"Huh?"

Minhyung kemudian melanjutkan sedikit pekerjaannya lalu segera ditunjukkannya kepada Jeno.

Sebuah batu mutiara merah. Jeno terpana melihat keindahan batu itu sebab terdapat ukiran nama mereka di sana.

"Ini hadiah pernikahan kita."

Jeno tersenyum haru. Ia menerimanya lalu memandang kagum benda di tangannya. "Terima kasih."

"Aku akan menjagamu, terima kasih telah datang dalam hidupku."

"Aku yang seharusnya berterima kasih. Minhyungie, perutku sedikit tidak enak." Jeno memandang Minhyung sambil sedikit meringis memegangi perutnya.

"Kau kenapa?" Siren itu sigap mendekati Jeno, ikut menyentuh perut Jeno.

"AKHH!" Jeno merintih. Merman itu berenang mundur bersamaan tangisan yang keluar.

Minhyung tak tahu harus melakukan apa. Ia juga bingung apa yang terjadi pada Jeno.

Sampai sesuatu keluar dari ujung ekor Jeno, bentuknya kecil namun makin membesar seperti sebuah telur. Minhyung mengerti sekarang, benda itu adalah telur-telurnya, calon anak-anaknya.

Minhyung menghampiri Jeno, memberi dukungan kepada Jeno untuk melahirkan telur-telur yang tampaknya masih akan keluar.

Beberapa saat kemudian, Jeno berhenti mengeluarkan telur itu. Minhyung langsung menangkap tubuh lemas Jeno. Telur yang telah keluar berjumlah 6 butir. Minhyung sungguh senang, bahagia melingkupi hatinya.

"Terima kasih, Jeno, terima kasih."

Jeno mengangguk lemah. Ia memeluk lebih erat sang suami. Dirinya akan menjadi ibu setelah telur-telur ini nanti menetas dan menjadi bayi mungil yang menggemaskan, tentunya bersama sang suami yang senantiasa menemani.















END

AnythingWhere stories live. Discover now