Cannot See

1.8K 141 5
                                    

"Satu, dua, tiga, empat, lima, ... enam belas, tujuh belas ...."

Langkah Jeno terhentikan oleh sesuatu di depannya. Dapat Jeno rasakan bahwa sesuatu tersebut adalah manusia dan Jeno tak sengaja menabraknya.

"Maaf tuan, saya pikir tidak ada orang."

Lelaki itu diam memandang Jeno tanpa ada niatan untuk meresponsnya.

Lelaki itu diam memandang Jeno tanpa ada niatan untuk meresponsnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"E-emm ... kalau begitu saya akan pergi. Sekali lagi mohon maafkan saya." Jeno membungkukkan badan sebelum mengarahkan tongkat di tangannya untuk merasakan apapun yang ada di depannya.

"Kau hampir saja akan menabrak tembok jika berjalan dengan penghitungan yang kurang tepat. Sebaiknya kau di rumah daripada nanti tersesat atau bahkan terjatuh."

Terkekeh, Jeno merasa begitu diperhatikan kalau begini. "Terima kasih atas sarannya, tapi saya tidak bisa jika harus berdiam diri di rumah, sedangkan saya membutuhkan biaya untuk tetap hidup. Permisi." Jeno secara perlahan melangkah dengan hati-hati, membuat laki-laki berjaket hitam itu mendecakkan lidah.

Kim Doyoung, laki-laki berjaket hitam itu segera menghampiri Jeno dan menarik lengannya hingga membuat sang empu tampak terkesiap oleh tindakan tiba-tiba tersebut.

"Sadar atau tidak, orang buta sepertimu seharusnya berada di rumah, bukan berkeliaran di tengah keramaian orang berlalu lalang. Kau hampir saja menjatuhkan dirimu ke dalam lubang."

Jeno menampilkan senyuman datar. "Terima kasih lagi karena telah menyelamatkanku."

"Berhenti bersikap keras kepala. Ayo aku antarkan pulang." Doyoung bersiap menarik Jeno pergi, namun Jeno langsung memberontak dan dengan cepat melepaskan cengkeraman di pergelangan tangannya.

"Aku harus bekerja, tolong mengertilah. Jangan meremehkan kemampuanku dalam mengingat segalanya, tuan. Selama ini aku baik-baik saja berangkat sekaligus pulang dari tempatku bekerja. Jikapun aku mendapat kendala seperti terjatuh, itu adalah hal lumrah yang sudah biasa aku alami. Terserah jika kau ingin mengataiku menyusahkan, karena aku lebih membutuhkan hal baik untuk bertahan hidup ketimbang mendengar cemoohan dari orang lain."

Doyoung menggeram kesal. Dalam hidupnya, baru pertama kali ini dia menemukan seseorang yang amat susah diberitahu.

"Jika aku membiarkanmu berjalan sendiri seperti ini, bagaimana jika ada mobil yang akan menabrakmu? Lebih baik dengarkan aku, kau harus di rumah," tekan Doyoung memberi peringatan.

"Tuan, anda tidak ada hak melarangku untuk melakukan sesuatu. Urus saja dirimu, tolong. Aku harus bergegas dan tidak bisa beradu argumen denganmu."

"Kau sangat keras kepala."

"Iya, terima kasih!"

Doyoung sungguh tak habis pikir. Dia tanpa aba-aba langsung saja menggendong Jeno dan membawanya pergi. Dia bahkan mengabaikan pekikan serta berontakan yang dilakukan oleh Jeno.

"Turunkan aku, aku harus bekerja!!!"

"Diam dan tutup mulutmu. Mulai sekarang kau yang akan menjadi tanggungjawabku. Aku akan menikahimu."

"HAH?!"

Jeno berhenti memberontak. Dia memang tak bisa melihat, tapi apakah sungguh laki-laki asing itu berniat menikahinya?

Gila. Sekali dalam seumur hidupnya, baru kali ini Jeno mendapatkan sesuatu yang membuatnya tidak percaya.




END

AnythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang