The Vampire (3)

1.1K 125 0
                                    

"Aku akan mengaku, tapi berjanjilah untuk tidak membenci apalagi berniat menjauhiku. Seperti yang kau lihat, di depanmu ini bukanlah seorang manusia, melainkan makhluk yang tak seharusnya keluyuran di dunia manusia. Aku adalah Vampir."

Jeno bergeming mendengarnya. Tak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Dari awal aku tidak ada niatan untuk berbaur dengan para manusia. Kedatanganku hanya keisengan belaka untuk mengetahui dunia manusia. Namun, siapa sangka, justru kedatanganku malah membawaku kepada manusia, yaitu kau."

"A-aku?" ulang Jeno.

"Benar, kau. Aku tahu mungkin kau merasa tidak nyaman, tapi sejujurnya aku sudah menyukaimu sejak pertama kali melihatmu. Maafkan aku Jeno jika apa yang kulakukan terkesan menakutkan. Seseorang yang sering datang membeli bunga mawar ini bukanlah seseorang yang kau pikir adalah manusia, melainkan monster."

Jeno menatap pupil merah sosok di depannya. Jeno hanya ingin memastikan bahwa Jungwoo tidak berbohong, ia takut semisal Jungwoo hanya memanipulasi keadaan sebelum menjebak dirinya.

"Kau salah besar jika berpikir aku berdusta. Aku adalah Vampir, bukan berarti aku bisa seenaknya pada perkataanku. Jeno, aku bersungguh-sungguh, kau harus mempercayaiku."

Jeno menarik napasnya panjang lalu diembuskan dengan kasar. "Jungwoo hyung, aku menghargai rasa sukamu terhadapku. Di sini aku memang tidak mengerti apa-apa mengenai Vampir dan kehidupan mereka, tapi yang pasti, Vampir dan manusia tidak akan bisa bersama. Kita berbeda dalam keadaan apapun. Sekeras kau mencoba, kita tidak akan pernah bersama. Dalam lubuk hatiku, awal bertemu denganmu aku cukup takut, tapi silih berganti, aku mulai merasakan perasaan nyaman waktu bersamamu. Jika dibilang aku juga suka padamu, itu 100% akurat. Tetapi permasalahannya, kita tidak bisa bersatu dalam perbedaan. Kau Vampir sedangkan aku hanyalah manusia biasa. Di sini aku tidak menolakmu, tapi kuharap kau mengerti, hyung."

Jungwoo menundukkan wajahnya kemudian mengangguk. "Hm, aku mengerti." Ia memaksakan senyuman memandang Jeno. "Bisakah aku memelukmu, sebentar saja?"

Tidak ada keraguan bagi Jeno untuk menolak permintaan Jungwoo, ia kemudian merentangkan kedua tangannya lebar-lebar. Vampir itupun lekas mendekat lalu memeluk Jeno cukup erat.

"Maafkan aku Jeno." Jungwoo tiba-tiba memunculkan gigi taringnya, menghirup aroma manis yang berasal dari leher Jeno. Dalam hitungan detik saja, Jungwoo langsung menggigit leher samping Jeno.

Lelaki manis itu meremas kuat lengan bisep Jungwoo sambil menangis penuh kesakitan. Apa yang dilakukan Jungwoo terhadapnya?

Rasa sakit menjalar begitu cepat sampai rasanya Jeno ingin pingsan. Namun kesadarannya terus terjaga, merasakan nyeri yang teramat menyakitkan. Jeno hanya bisa menitikkan airmata, tak bisa memprotes apalagi menghentikan Jungwoo yang menghisap darahnya begitu rakus.

"J-Jung-woo hy-ung ...." Setelah itu gelap yang dirasakan Jeno. Samar-samar dirinya mendengar kalimat bisikan berupa permintaan maaf dari Jungwoo.

"Maaf aku harus melakukan ini. Jika aku tidak bisa mendapatkanmu, maka orang lain juga tidak bisa, karena kau hanya akan bersamaku. Kita akan hidup abadi bersama dengan keturunanku yang akan berkembang di rahimmu."

~~~

"Jungwoo hyung~"

Jungwoo terkekeh lalu memberi gestur supaya sang istri mendekat.

Sosok yang tak lain adalah Jeno berjalan menghampiri Jungwoo yang merupakan suaminya. Lelaki manis itu harus berhati-hati sebab dirinya tengah mengandung keturunan Jungwoo.

Jeno berbaring di samping Jungwoo. Mengarahkan tangan sang suami ke perut buncitnya supaya mengelus calon bayi yang tengah berkembang di sana.

Jungwoo mengikuti keinginan Jeno. Pria tampan itu mengelus lembut perut Jeno dan merasakan tendangan kecil yang membuatnya terkekeh.

"Bayi kita begitu lincah di sini."

Jeno tersenyum. "Itu tandanya dia sehat. Aku tidak sabar ingin segera menggendongnya."

Jungwoo mendekatkan wajahnya lalu dicium bibir ranum Jeno. "Terima kasih untuk segalanya."

"Hyung tidak perlu mengatakan itu. Justru aku yang sangat berterima kasih, karena dengan begini semuanya menjadi akhiran yang membahagiakan. Hyung dan calon baby kita adalah sumber kebahagiaanku. Mungkin aku sedikit kecewa oleh caramu waktu itu, tapi aku sangat senang karena akhirnya kita bisa bersama."

Jungwoo mengangguk. Ia kemudian kembali mempertemukan bibirnya dengan bibir tipis Jeno. Saling melumat dan memberikan afeksi yang begitu besar.

"Aku mencintaimu, Kim Jeno."












END

AnythingTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon