33

34.2K 2.4K 14
                                    


Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.

Hope you guys enjoy it. Happy reading!

****

"Mbak Mala."

Dahi Nirmala berkerut melihat cowok yang berdiri tepat di hadapannya ini. "Loh Dante? Ngapain Lo ke sini?"

Cowok berkaus putih yang dilapisi boomber army itu malah mengedarkan pandangan matanya ke segala penjuru kafe. "Ngapain sih ni bocah?" Tanya Nirmala lirih pada dirinya sendiri.

"Lo ngimpi ya, ini tu bukan malem minggu tau. Ngapain ke kafe?" Tanyanya kembali.

"Gue cari Nina, tapi kok dia kayaknya nggak keliatan mbak ya?" Ucap Dante, pandangannya yang tadi mengedar ke seluruh penjuru kafe kembali ia fokuskan pada Nirmala.

"Kenapa cari Nina, duduk dulu kek. Lo kayak mau nagih hutang tau nggak?"

Dante menuruti ucapan Nirmala, ia duduk tepat di hadapan Nirmala. Jarak Mereka hanya dipisahkan dengan sebuah meja bundar. Dante menundukan pandangannya, tampak sedikit aneh melihat cowok yang biasanya petakilan dan rame menjadi lebih banyak diam seperti ini.

"Gue cari Nina di sekolah juga kagak ada mbak. Kalo dia nggak ada di sini terus dia kemana?" Tanya cowok itu.

"Oh itu, ibunya masuk rumah sakit. Dan mungkin dalam beberapa hari ini dia bakalan nggak masuk kerja, dan mungkin juga nggak masuk sekolah."
Nirmala masih memandangi Dante, kira-kira ekspresi seperti apa yang akan laki-laki itu tampilkan.

"Hah? Serius mbak?" Dante terkejut, kepalanya tiba-tiba terasa sedikit pening. "Kenapa mbak nggak bilang?"

"Lah, kenapa mbak harus laporan sama Lo? Lo siapa?" Pertanyaan Nirmala mampu membuat Dante terdiam mematung.

Mungkin cowok jangkung itu sedang memikirkan ucapan yang barusan dimatakan Nirmala. Untuk apa dia tau?
"Ya Gue-, Gue masih merasa bersalah sama kejadian beberapa waktu lalu mbak."

"Yakin?" Tanya Nirmala kembali, pasalnya dari nada Dante bicara saja tidak mampu membuat istri Damaresh itu percaya begitu saja.

"Ya, yakinlah." Ucapnya agak gagap.

"Ya udah kalo gitu, temuin sono. Minta maaf sekalian Lo minta maaf sama ibunya Nina. Dia di rawat di rumah sakit Nuraga punya keluarga mbak Nadya." Nirmala memberi tahu Dante.

"Malu ah mbak."

"Malu kenapa? Niat Lo kan ke sana katanya mau minta maaf kenapa musti malu coba? Lain kalo Lo minta anak gadisnya buat jadi istri wajar kalo Lo malu-malu eek kucing."

"Mbak Mala mulutnya ih, nanti ponakan Dante denger. Kasian kupingnya ternodai." Dante berucap gemas, kadang-kadang sepupu iparnya ini lambe nya tidak bisa dikontrol.

"Lo sih bikin kesel, sana ah pulang! BT banget liat muka jelek Lo... amit-amit ya dek, kamu jangan niru om Dante ya sayang. Udah jelek jomblo pula." Ucap Nirmala sembari mengusap-usap perutnya sayang.

***

"Masuk nggak ya?" Tanya seorang cowok pada dirinya sendiri. Pasalmya sekarang ia sedang berdiri di depan pintu ruang rawat yang bertuliskan VIP  Mawar 11.

Di tangan laki-laki itu terdapat buket bunga dengan ukuran yang lumayan besar. Yang teridiri dari bunga krisan, aster dan juga anyelir.

Dante menghembuskan nafas, ia memutuskan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Hingga terdengar suara dari dalam ruangan yang mengizinkan laki-laki itu untuk masuk.

DeranaWhere stories live. Discover now