21

50.2K 3.5K 29
                                    


Hope u guys enjoy this story, don't copy my story please. Karena ini murni dari pemikiran Author ya.

Bila ada nama tokoh, latar, tempat, dan hal lain sebagainya itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

Author juga meminta maaf untuk banyaknya kesalahan baik pada penulisan, tanda baca, dsb.

Jangan lupa bintang di pojok kiri dan komen dan komennya ygy :)

****

Nirmala dan Damaresh sedang sarapan bersama mama Jesica dan papa Pram. Kemarin akhirnya Damaresh menyetujui sang mama untuk menginap di kediaman Baswara.

"Papa tau nggak? Kemarin temen-temen mama banyak yang muji masakan Nirmala loh pa" Jesica berucap heboh, seolah ingin membagi rasa bahagia juga dengan suaminya itu.

"Oh iya dong jelas! Menantu siapa dulu."

Ucapan papa barusan membuat Nirmala menunduk malu-malu, gadis itu tidak terbiasa mendapat pujian soalnya.

"Kalian udah mau pulang?" Tanya Jesica pada anak dan menantunya itu. 

"Iya ma." Damaresh meletakan air putih ke atas meja setelah meminumnya.

"Yah cepet banget, mama masih kangen tau! Lusa aja gimana?" Pinta Jesica memelas.

"Nggak bisa ma." Kekeh Damaresh.

"Nirmala gimana? Mau ya nginep di sini?"

Nirmala tersenyum canggung, "Nirmala sih ikut mau mas Aresh aja ma." Jawab wanita itu sopan. Kan memang seharusnya begitu kan? Istri ikut suami.

"Kalo gitu kamu aja yang pulang, Nirmalanya tinggal di sini."

"Nggak bisa gitu dong, katanya kalian mau cepet dapet cucu. Kalo nggak ada Nirmala ya nggak bisa jadi dong."

Nirmala tersedak mendengar perkataan frontal dari suaminya itu. Damaresh buru-buru mengusap punggung sang istri, berharap bisa menetralisir rasa tidak nyaman akibat tersedak yang dirasakan oleh istrinya itu.

"Kita butuh privasi ma." Sambung Damaresh.

"Biarin mereka pulang lah ma." Ucapan dari Prambudi mampu membuat istrinya itu cemberut.

"Ya udah deh, demi cepet dapet cucu. Kalian semangat ya ngerjain pr nya."

Sebenarnya topik apa yang sedang mereka bicarakan? PR apa lagi maksudnya coba? Ck mama mertua Nirmala ini ada-ada saja.

Damaresh lagi, Nirmala masih tidak menyangkan. Dibalik wajahnya yang cold but cool ternyata bisa se frontal itu. Sungguh malu dirinya saat ini.

***

"Kenapa dari tadi diem aja hm?" Damaresh bertanya penasaran pada sang istri. Pasalnya istrinya itu kebih banyak diam setelah pulang dari kediaman Baswara.

"Nggak papa mas."

"Yakin? Kalo ada apa-apa cerita ya. Mas bukan peramal yang bisa nebak isi hati seseorang soalnya." Ucap Damaresh dengan tatapan dalam pada kedua netra milik Nirmala.

"Oh iya!" Nirmala beranjak dari ranjak tempat mereka duduk. Ia beralih mengambil sling bag berwarna hitam lalau mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dari sana.

"Mas Nirmala mau ngomong, tapi takut mas Aresh marah." Ucapnya Nirmala dengan nada ragu.

"Kenapa?"

"Ini, kayaknya Nirmala mau tuker sama kartu biasa aja deh."

DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang