Chapter 6

1.5K 84 22
                                    

Rasa haus yang menjadi mengantarkan sosok cantik itu ke dapur. Tubuh jenjangnya langsung bertumpu pada jemari kaki sebagai buah dari pengalamannya belajar balet saat masih sekolah dulu.

"Tinggi... juga. Kupikir aku bisa menggapainya"

Masa lalu yang berwarna, sekarang makin berwarna lagi dan tentunya jauh lebih indah untuknya yang dulu adalah gadis kecil dengan sejuta impian di dalam kepala. Ini masih bukan apa-apa, pikirnya. Masih ada cara lain apabila satu hal ini dan hal lainnya tidak berjalan sesuai rencana.

"Sekali la... gi? Eh?"

"Lain kali mintalah bantuan. Ini"

"Terima kasih. Aku buatkan untuk kamu juga ya"

Saat hujan reda, kadangkala pelangi akan muncul setelahnya untuk menghibur makhluk hidup dan menyatakan tentang keindahan diluar kemampuan siapapun kecuali sang pencipta. Ambiguitas orang-orang pun memudar terlebih bagi mereka yang tampak baik-baik saja padahal menghadapi hal besar yang tidak bisa terucap.

"Syukurlah"

"Apa yang syukurlah?"

"Rasanya setelah bertengkar dengan kamu, aku merasa jadi makin dekat denganmu"

"Yang sebelumnya tidak seperti ini?"

"Kamu bukan perasa yang benar-benar perasa"

Seohyun berbalik menempelkan dadanya sebagaimana itu yang pasti paling cepat menyentuh saat dirinya maju. Iri? Banyak wanita yang merasa demikian terhadapnya.

"I'll take a sip"

Kyuhyun menerima secangkir teh yang diberikan sang istri dengan sedikit menggoda tersebut. Lupakan perbedaan tinggi mereka yang jauh, apabila disentuh tangan saja Kyuhyun merasakan pundi-pundi sengatan listrik yang kuat, lantas apa jadinya jika kedua payudara ini yang mendekatinya lebih dulu?

"Kamu suka teh-nya?"

"Rasanya tidak buruk tapi aku tidak bisa bilang suka"

"Berarti masih ada yang kurang. Sini, aku juga mau cob... Kyu, kamu akan menghabiskannya? Kata kamu tidak suka"

Seohyun tidak menepis keseksian leher suaminya dikala menelan gumpalan air. Pergerakan jakun itu benar-benar seperti tarik ulur yang sesungguhnya bak apa yang kadang mereka lakukan di malam hari.

Tes

"Ah"

"Sorry"

Tetes air teh baru saja jatuh tepat mengenai belahan dadanya dan masuk melalui sela-sela sempit yang jika diperhatikan dengan mata telajang, rasanya mustahil ada yang bisa lewat disana bahkan beda cair sekalipun.

"Is it hot?"

"Eug" Seohyun tertegun lantaran tangan suaminya langsung memeriksa kesana.

"What?"

"Ti-tidak. Bukan apa-apa"

"Ini. Habiskanlah"

"Iya"

Tetap secangkir teh yang sama, Seohyun menyisipnya pelan sembari merasakan tiap hembusan nafas yang geli terhadap dadanya, juga sentuhan ringan dengan selembar tisu yang disapu untuk mengeringkan belahannya dan kedua area disamping.

"Aku... seharusnya tidak mengenakan tank top mini seperti ini, kan? Selain sempit lehernya juga terlalu rendah"

"Sayang"

"Bukannya sudah kering? Kenapa kamu... masih mengelapnya?"

"Kamu yakin sudah kering?"

"Sudah"

Perfect Touch💋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang