Chapter 7

1.5K 90 32
                                    

"Mommy"

"Eh?"

Seohyun dikejutkan oleh kehadiran anak perempuan yang berdiri tepat di depannya. Jika diperhatikan dengan seksama, anak cantik itu seperti masih berusia tiga tahun, rambutnya panjang dan sedikit bergelombang, matanya besar dan bersinar, ditambah sepasang pipi cabi yang membuat siapapun akan gemas sendiri kala menatapnya.

"Siapa kau?"

Kedua kakinya menekuk dalam posisi berjongkok. Saat bicara dengan anak kecil, Seohyun pikir akan lebih baik untuk tidak terlihat besar dan mendominasi agar anak-anak tidak merasa ketakutan.

"Kau hanya sendiri? Dimana orang tuamu?"

Gadis kecil itu memang masih menutup mulut namun sekarang kedua kakinya melangkah mendekat. Perasaan Seohyun jadi hangat tanpa alasan yang jelas. Matanya dan mata anak tersebut bertemu dalam diamnya ratapan semu dibalik hati yang menguarkan rasa rindu.

Tapi rindu kepada siapa? Seohyun tidak mengenal anak ini tapi hatinya malah mengatakan sebaliknya. Ada apa ini sebenarnya?

"Ibumu dimana? Mau kubantu mencarinya?"

"Mommy"

"Aku?"

Kepalanya mengangguk pelan. "Mommy" ujarnya lagi sembari meraih tangan Seohyun. "Ayo"

"Kemana?"

"Mommy bilang mau ajak ke taman bermain"

"Kapan aku... eh, tunggu dulu. Apa kau—"

Bibirnya sempat terhenti sebab sekali lagi hatinya menyuarakan hal yang diluar dugaan.

"A-apa kau sungguh..."

"Mommy kenapa menangis?"

"Tidak. Aku, aku hanya. Aku tidak tau harus berkata apa"

"Papa—"

Grep!

Tidak tau sampai mana dadanya dapat menahan sesak dan sakit, Seohyun merelakan saja semua efek dari hal demikian menyerang di segala titik dirinya tanpa ada rasa ampun. Ini benar-benar menyakitkan, tapi juga sangat mengharukan.

"Maaf" ungkapnya dalam isak tangis yang besar. "Andai saja waktu itu keadaannya memungkinkan, kamu akan tetap hidup. Kamu akan lahir dan kita bisa bersama-sama. Ini semua salahku. Aku terlalu memaksakan diri"

"Aku suka lihat mommy di tv"

Pandangan Seohyun berangsur kabur. Mungkin akibat air mata, tapi mungki juga karena beban berat yang ia tanggung entah dari mana. Rasanya sungguh berat hingga untuk berdiri kembali pun sangat sulit, bahkan kelopak matanya pun seperti ingin tertutup.

"Maaf. Maafkan aku..."

"Mommy" ujarnya pelan tepat disamping telinga. "I love you and papa"

"Aku juga. Kami berdua juga sangat mencintaimu. Tetaplah disini"

Terhasut oleh keadaan, Seohyun tidak sadar bahwa anak itu menoleh ke belakang, seperti berbicara dengan angin.

"Mommy"

"Eh? Kamu mau kemana? Aku masih ingin memelukmu. Sayang, kemarilah"

"Bye, mommy~"

"Tidak! Jangan pergi! Kita harus bersama-sama. Kumohon, jangan..."

Seohyun terbangun dari mimpi. Basah yang mengalir benar-benar ada di pipi seolah barusan adalah suatu kenyataan. Tapi memang bunga tidur dapat berbuat demikian? Entahlah. Kepalanya terlalu pusing untuk berpikir.

Perfect Touch💋Where stories live. Discover now