02 - KAMASTRA

2.7K 75 0
                                    

Vote ya, cantik

Ucapan mamahnya sewaktu di sekolah tadi memang tak ada salahnya sama sekali, karena kenyataannya rata-rata anak muda kampung yang telah tamat SMA. Biasanya akan melanjutkan study di daerah yang memiliki kampus dan tempat tersebut sangatlah jauh dari kampung tempat Anin bernaung, oleh sebab itu para anak muda lebih memilih untuk mengambil pilihan kost dari pada harus bolak balik sepanjang hari.

Anin sendiri sebenarnya tak ada keinginan untuk melanjutkan studynya setelah lulus SMA, walaupun mamahnya sering mengatakan. Kalau laki-laki berpendidikan akan selalu memperhitungkan perempuan yang tamat SMA, Anin mencatat ucapan mamahnya baik-baik di benaknya. Dan dia lebih setuju kalau semua orang bisa  mendapatkan pendidikan yang cukup agar dapat bermanfaat bagi banyak orang maupun diri sendiri atau kalau tidak pendidikan yang di peroleh tersebut bisa di manfaatkan untuk mendapatkan perkerjaan yang layak. Hanya itu saja alasan yang bisa dia terima, kalau hanya soal perkara laki-laki Anin lebih baik melipat bumi atau mending nyebat bersama angga

Oh ralat, Anin tak melalukan itu sebab kenyataanya dia hanya mengigiti batang alang-alang sedang Angga yang sering di ragukan kejantanannya itu saat ini baru mulai mencoba untuk menikmati tembakau yang memiliki aroma asap yang sangat menyengat

"coba rasain.." Angga mengulurkan satu batang rokok agar Anin mau ikut mencoba

"kalau bukan marlbor*, aku nggak mau" tolaknya sedikit congkak, sejak kecil dia memang selalu berbahasa Indonesia. Tapi ketika teman-temannya berkata menggunakan bahasa jawa seperti bahasa sehari-hari orang di kampungnya dia pun mengerti arti dari ucapan tersebut namun Anin tetap menjawab menggunakan bahasa Indonesia

"cangkemmu" balas Angga begitu sarkas

*Cangkemmu : mulutmu

Senyuman miring lantas tersunging di bibir Anin "zuney kemana?" Sambil menegakkan duduknya dia kemudian kembali berujar keheranan

"ngaji" balas Angga singkat, biasanya dia, dan Anin nogkrong bertiga bersama zuney. Tapi karena teman perempuannya itu sedang pergi mengaji, Jadinya hari ini dia hanya berduaan dengan Anin

"Ngajinya kenapa nggak malem aja sih, siang kan waktunya main" keluh Anin sambil memperhatikan kucing yang lewat di jalan

"Bener, tapi pak Naka sekarang gantiin Pak Tiar ngajar ngaji" ujar Angga memberitahukan

Anin langsung turun dari tempat duduk dan berdiri tegak "Pak siapa?" tanyanya begitu serius

"Pak Na—ka"

Anin langsung saja memalingkan wajahnya dan menatap menawarang ke arah langit sambil  berfikir sepertinya ini kesempatan yang sangat bagus untuk bisa dekat dengan Naka. Bagaimana tidak bagus, selama naik ke kelas 11 Naka tak pernah lagi punya jadwal mengajar di kelasnya. Jadi ketika mendengar kabar seperti ini semangat Anin langsung jadi berlipat ganda

••••

Setelah mengetahui fakta bahwa Naka  sedang menggantikan Pak Tiar mengajar anak-anak mengaji, Anin langsung bergegas menuju ke mesjid bersama Angga, saat setibanya di masjid gadis itu bisa langsung melihat keberadaan Naka yang sedang menjelaskan pelajaran tajwid di papan tulis khusus untuk anak-anak kecil yang belajar ngaji.

Dia bersama Anggapun hanya bisa mengintip dari balik pintu mesjid, Anin berfikir perempuan mana yang tidak akan ke sensem saat melihat mas-mas Jawa yang gantengnya nggak ketulungan itu, apalagi saat ini Naka mengenakan baju koko putih, sarung, serta kopiah dan tengah mengajarkan hal baik ke anak-anak kecil. Benar-benar Shining, shimmering, splendid di mata Anin

"ya Allah kalau pak Naka memang jalan takdirku, tolong cepet cor jalannya ya allah" celoteh Anin di bawah dagu Angga

"maksa banget. katanya walaupun kamu es krim cokelat yang paling enak tapi kalau sebenarnya dia nyarinya alpukat Mateng. Bisa apa kamu" balas Angga

Sudut bibir Anin berkedut mendengarnya "ha?, maksud mu apa. Pak Naka itu normal, nggak doyan cowo tomboy kayak you!!" cibirnya langsung mendorong Angga menjauh dari pintu, mengira teman lelakinya sudah mulai kembali menggila setelah melihat pria mantep seperti Naka

"eh kalian ngapain?, kok malah berantem di luar mesjid"

Suara halus itu menginterupsi Anin serta Angga yang baru berniat ingin duel di luar mesjid "Anin jablai, yang ta maksud alpukat Mateng tuh ini. mbak Nayla" bisiknya tepat di depan telinga Anin

Setelah mendengar bisikan Angga, Aninpun hanya menatap menilai, anak gadis dari imam di kampungnya yang selalu tampak anggun saat menggenakan pakaian syar'i yang tertutup. "kira-kira, dia nih dalemya spek anime nggak?" ucapnya balik berbisik ke Angga

"Nggak tau, aku juga penasaran" balas Angga lirih "sore mbak, Nayla" ucapnya lalu menyapa begitu sopan

"iya assalamualaikum dong, kalian mau ngaji juga?" tanya Nayla begitu santun dan menenangkan

"eh iya,walaikumsalam mbak" Angga menggaruk tengkuknya sambil cengengesan tak jelas

"emang boleh mbak?" ucap Hanin ragu-ragu. Karena yang dia tau, selama ini hanya anak SD yang belajar ngaji kecuali zuney yang sejak kecil sudah maniak ngaji

"ya boleh lah. Besok jam 3 sore, kalian dateng aja ke sini...biar di ajarin sama ummi Fariha dan mas Naka" balas Nayla lalu masuk ke dalam mesjid

Anin dan Angga hanya saling memandang dan mengangguk paham

••••

Saat malam tiba, Anin tampak tengah kesulitan untuk tidur karena terus merasa tidak sabar ingin cepat-cepat mengaji besok. Padahal sewaktu kecil dia sering kabur-kaburan bersama Angga kalau di suruh berangkat mengaji. Kalau Zuney mah tentu saja tidak bisa seperti dirinya dan Angga, Anin ingat betul seberapa galaknya ibu Zuney itu.

Dia bahkan pernah melihat Zuney di kejar oleh ibunya lalu di pukuli menggunakan sandal karena temannya itu ketahuan pergi bermain saat jam pergi mengaji. Mengingatnya saja membuat seluruh tubuhnya merinding disko

Tapi ketika sibuk melamunkan masa kecilnya dia justru tiba-tiba teringat dengan pakaian yang harus di pakai untuk pergi mengaji besok, tidak mungkin kan dia mengenakan kaos dan celana pendek seperti yang sering dia pakai saat pulang sekolah "oh iya" Anin segera mencari pakaian syar'inya di dalam lemari

"kekecilan.." Rengeknya, Anin sampai lupa kalau dia sudah beranjak dewasa dan semua pakaian tertutupnya tentu saja kekecilan saat di pakai kembali.

Dia cukup frustasi karena di lemarinya hanya ada pakaian terbuka yang di belanjakan oleh mamahnya "bakal abis di semprot sama ibunya Zuney sih, kalau sampe minjem bajunya anaknya" monolognya

Bingung ingin meminjam ke siapa, akhirnya Anin keluar dari kamarnya dan menemui Atma "Bapak, besok Anin mau ngaji. Tapi nggak punya baju gamis sama kerudung. Ini gi mana dong" adunya terdengar memelas

Atma tampak terperangah lalu me mute suara tv "ngaji Nin?" ucapnya kelewat  kaget seperti habis melihat setan. Aneh menurutnya sebab dulu saja sewaktu Anin masih kecil, Atma sering kali di buat setres sampai setengah botak, karena bukannya pergi mengaji Anin justru malah pergi memancing bersama Angga. Lah kok sekarang tiba-tiba anaknya ini insyaf, Atma kan jadi bingung "kamu nggak kesurupan jin kan Nin?" Tudingnya

"Jin apa?!, bapak ih... Anin nggak punya baju yang tertutup" ujar Anin mulai panas

"ya udah pake mukena aja dulu" Atma mencoba memberikan solusi ke anak gadisnya

Pupil mata Anin seketika membesar "ya nggak mau lah pak, mana ada orang pergi ngaji pake mukena. Semuanya itu pake gamis sama kerudung, sayangku, cintaku, permata hatiku" tolaknya mentah-mentah

"Ya justru karena ngajinya di mesjid, makanya pake mukenah lebih bagus"

"heuu bapak, orang ngaji tuh pake baju gamis. Nggak ada yang pake mukena" balasnya merengek ke Atma

"ya ini jam berapa Nin, pasar mana yang buka di jam 10 malam. Kamu kan tau sendiri pasar itu adanya cuman hari minggu dan Rabu, lah besok kan baru hari jum'at" ujarnya tenang

Oleh sebab itu Anin sampai merasa kebingungan, karena besok tidak ada pasar "pinjem punyanya, mbak Santi. Tapi temenin Anin ya pak" bujuknya sambil memasang ekspresi seimut mungkin

"Heee, kelakuan kayak preman tapi sama sepupu sendiri nggak berani" sindir Atma

"Biarin."

KAMASTRA Where stories live. Discover now