Drama

1.6K 197 14
                                    


Setelah menyisir rambut dengan rapi, memakai parfum dan memasang kaca mata culun. Xiao Zhan mengecek jam di ponselnya. Masih pukul enam sore, terlalu awal untuk menunggu di pintu gerbang.

Sambil menunggu waktu bergulir ke jam 8 malam. Zhan mengambil buku Novel Mo Dao Zusi yang dipinjam Jimin dari teman cinanya, bernama Wong Fei Hung.

Novel berisi petualangan para kultivator yang tangkas, penuh intrik dan plot twist. Ternyata memiliki extra chapter yang panas membara. Dengan komposisi tulisan yang padat berisi, juga adegan yang ditulis detail dan terasa nyata. Membuat Zhan terlena dan lupa jika jam telah menunjukkan pukul 7.45

"Hampir saja aku lupa," monolognya pada diri sendiri.

Segera setelah mengunci pintu kamar dan meletakkannya di dalam tas. Zhan berlari-lari kecil sepanjang koridor asrama. Sangat senang ia membayangkan kebersamaan dengan teman yang lainnya di malam minggu. Sebab ia jarang menikmati malam minggu saat berada di rumah. Ia seperti terkurung oleh hal-hal yang berusaha ia hindari.

Tetapi, hal yang Zhan hindari selama ini. Kini masih mengejarnya. Ia melihat dua pria yang mengganggunya di kelas. Berdiri di depan gerbang dengan mata celingukan. Sepertinya menunggu seseorang.

Xiao Zhan mundur dari tempat ia berdiri, bersembunyi. Selagi ia menghidari dua pria gila itu. Zhan mencoba menghubungi Chanyeol untuk mengabarkan jika ia tak jadi keluar. Tiba-tiba ....

.
.
.
.

Tiba-tiba Yibo melempar kunci mobilnya ke lantai. Ia menatap Irene penuh emosi.

"Aku berkendara delapan puluh kilometer per jam, hanya untuk melihat ini?" raut wajahnya menunjukkan rasa kecewa yang amat dalam.

Yibo menunjuk pria tua yang sesegukan dan berbicara sendiri penuh emosi. Selepas menonton miniseries dari negara indonesia, melalui aplikasi we tv.

"Jangan marahi kakekmu, dia memang mudah tersentuh. Apalagi, drama ini memang benar-benar menguras emosi.

"Aku tidak marah pada kakek, aku marah padamu. Kau ... kenapa menelponku seolah terjadi sesuatu yang gawat pada kakekku!!!" geram Yibo, menyatukan giginya dalam kekesalan.

"Aku belum selesai bicara, kau sudah menutup teleponmu!" Irene membela diri, tapi itu sungguh tidak membuat Yibo menurunkan emosi.

Ia berbalik dari ruang tengah, di mana seorang pak tua sedang menangisi pemeran wanita yang terkhianati oleh suaminya. Dipenuhi lelehan air mata.

Oh, sungguh memalukan sekali. Jika orang-orang tahu, bahwa Ketua Wang yang punya nama besar di Korea. Ternyata lemah soal menonton drama. Hanya karena 'Layangan putus' pria tua berstatus direktur utama itu menjadi begitu melankolis.

Yibo mengambil kembali kunci motornya di lantai. Ia benar-benar tak suka, waktu pentingnya beronani diganggu oleh hal-hal yang konyol.

Ia melihat Joonmyeon baru saja pulang dari pertemuan para dekan se-Busan. Yibo berusaha merubah raut wajah kesalnya, pada kesan yang ramah. Ia melakukan itu, sebab masih butuh bantuan iparnya itu.

Setelah basa basi menyapa, Yibo kembali menekuk muka dan bergegas pergi dari sana. Irene berusaha memanggil Yibo kembali. Tapi pemuda itu berpura-pura tuli.

Pergi ke luar kewat pintu samping menuju garasi.

"Dia sudah pergi?" tanya Joonmyeon mengerutkan dahi.

"Aku sudah berusaha menyuruhnya pulang tapi mood-nya sedang tidak baik hari ini. Rencana ini kita tunda minggu depan."

Yibo tidak menoleh lagi ke belakang. Ia mempercepat langkahnya melewati jejeran mobil milik kakeknya. Begitu sampai di luar, ia membuka layar ponselnya dan mengirim pesan singkat pada seseorang.

My Lecturer, My Sex Partner (Tamat Di Pdf)Where stories live. Discover now