Bantuan

2K 243 16
                                    

Tidak seperti yang dibayangkan Zhan, kali ini ia selamat dari hukuman. Ia tak pernah menyangka akan semudah itu bagi dekan Joonmyeon dan Dosen Wang percaya padanya. Meski memang itulah hal benar yang ia ceritakan.
Xiao Zhan keluar dari kantor Dekan dengan perasaan lega dan lapar. Hampir lupa jika ia belum makan siang. Untuk menutup mulut para cacing di perutnya, Zhan pergi ke kantin untuk membeli roti dan susu kedelai.
Kandungan protein yang tinggi dalam susu kedelai, cukup untuk mengisi tenaganya hingga beberapa jam ke depan. Tak lupa ia juga membelikan Jimin susu rasa melon, Jimin sangat menyukai itu. Zhan tak ingin berlama-lama berada di kantin. Melihat keberadaan dua siswa yang tadi mengganggu Zhan di kelas. Ia pun cepat bergegas pergi dari kantin mencari Jimin.
Jimin tak ada di kelas ia tak kembali sejak berada di ruang kesehatan. Ia juga tak ada di kamar asrama. Merasa khawatir akan keadaan temannya. Zhan memutuskan untuk melihat Jimin di ruang kesehatan. Mungkin saja ia tertidur di sana, seperti yang dialami Zhan kemarin.
Ia membawa serta tas dan buku-bukunya ke sana. Sempat ia mengajak Chanyeol dan Baekhyun. Tapi kedua orang itu sedang sibuk berpacaran di halaman belakang. Saling suap menyuapi roti isi selai.
Jomblo harus sabar!
Zhan mendorong pintu ruang kesehatan yang terlihat sunyi. Sepertinya tidak ada orang di dalam. Tak ada suara dan tanda-tanda keberadaan manusia. Zhan memutuskan untuk pergi. Tepat saat ia berbalik menuju pintu, sambil menenteng kresek putih berisi makanan yang ia beli barusan. Zhan dikagetkan oleh suara rintih kesakitan--yang Zhan yakini adalah suara Jimin--dari salah satu kamar perawatan.
Takut hal buruk telah terjadi pada temannya. Zhan berjalan tergesa menuju ruang perawatan tempat suara itu berasal. Mendorong pintu sekuat tenaga, dengan cepat tanpa sempat disadari oleh dua orang yang sedang duduk dengan mesra berdua. Saling berhadapan di ranjang dengan posisi sama-sama bersila. Dan mulut yang saling mengunci dalam ciuman.
"Kau menggigit bibirku," tukas Jimin menampakkan wajah kesalnya pada perawat Min Yoongi.
Zhan menjatuhkan kreseknya ke lantai, demi melihat kedua insan itu melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya ia saksikan hari ini.
Yoongi yang pertama menyadari kedatangan Zhan, dan langsung turun dari ranjang yang ditempati Jimin. Ia merapikan seragam warna putihnya, dan bertingkah seolah tak terjadi apa-apa.
Bagaimana dengan Jimin? Pipinya sudah merah seperti lobster rebus.
.
.
Wang Yibo mengukur meja kerjanya dengan penggaris. Ia terlalu bosan, sampai meja saja ia ukur. Mungkin keberadaan Zhan bisa membuat rasa bosannya hilang. Namun, siswa manis yang berdandan cupu itu tak kelihatan batang hidungnya, sejak ia keluar dari kantor Joonmyeon.
Iseng rasanya Yibo ingin sekali mengerjai Zhan. Jadi ia mengirim pesan pada pemuda itu dengan gaya bicara mereka sehari-hari saat bermain role play.



Hai, Na-Kyum
Aku sedang bosan, bisakah kau membantuku mengukur sesuatu?
(foto penggaris dikirim ke nomor Zhan)
Tak ada balasan. Yibo jadi semakin penasaran.
Kita masih pasangan role play, bukan?
Kau Na-Kyum dan aku mastermu, Tuan Yoon









Yibo terkekeh sendiri setelah mengirim pesan itu pada Zhan
Masih tak ada balasan. Yibo mulai berkecil hati, apa Zhan tak tertarik lagi padanya? Atau Zhan sedang bersama teman-temannya?
Untuk mengurangi rasa gabutnya. Yibo pun meletakkan ponselnya dan membuka laptop untuk melihat-lihat foto Zhan setengah telanjang yang dulu pernah ia kirim untuk Yibo.
Wang Yibo menyimpan foto-foto itu dalam satu file dan dikunci dengan kata sandi ganda. Agar tidak dijebol oleh tangan-tangan usil yang sering meminjam laptop Yibo untuk edit foto mereka.
Yibo lupa mengunci pintu. Ia terlalu dikuasai nafsu, sampai tak melihat sekitar lagi. Tangannya merambat turun, menyentuh gundukan di balik zipper celananya.
Ia memandangi wajah Zhan, berikut pinggang rampingnya yang pas sekali jika berada di atas tubuh Yibo dan bergerak naik turun, dengan tangan Yibo berada di sana.
"Gosokkan pantat bulatmu di situ!!"
"Milikku mulai bangun, Baby!"
"Sekarang buka milikmu!!"
"Yash, Zhan masukkan tombak besar itu!"
"Yah, seperti itu, Baby!"
"Ah, kau sempit sekali Zhanie!"
Yibo memejamkan mata, membayangkan bagaimana Zhan yang membuka kaki di atasnya. Dengan sorot matanya yang lugu, bibir terbuka penuh nafsu, dan tubuh telanjang yang berkeringat.
"Zhan, tekan bokongmu ke bawah!"
"Yes! Like this!!"
Tangan Yibo sangat sibuk meremas miliknya yang masih tersimpan apik di dalam celana. Mungkin juga sebentar lagi, ular tanpa bisa itu akan segera dikeluarkan dari sarangnya.
"Oh ... Zhan, kau sexy sekali!!!" erangan Yibo dengan suara bass-nya.
"Ada yang bisa saya bantu, Mr. Wang?"
"Apa aku sedang berhalusinasi?" gumam Yibo pada diri sendiri.
Ia dengan jelas bisa mendengar suara Zhan barusan. Yang menawarkan bantuan. Yibo berpikir itu adalah bagian dari imajinasinya. Lantas ia menjawab, masih dengan suara dalamnya yang menenggelamkan.
"Bantu aku, Zhan! Aku ingin diriku berada di dalammu!"
Suara zipper diturunkan bukan terdengar seperti halusinasi. Itu suara yang nyata, yang bisa didengar Yibo di telinganya yang tidak tuli. Indera perabanya juga bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berusaha menangkap burung camar, berbulu hitam lebat miliknya.
Ketika ia membuka mata, pemandangan yang selalu ia bayangkan setiap malam tersaji secara live di depannya. Zhan berikut jari-jari gembulnya yang imut dan lucu---menurut Yibo---sedang menyentuh lengkungan anakonda yang masih setengah tertidur. Tapi dengan tangan Zhan di sana. Bisa dipastikan anakonda itu akan bangun dan siap menyerang sarang sempit Zhan yang berkerut nikmat.
"Zhan, sejak kapan kau datang?" Yibo bertanya gugup. Bagaimana pun mesumnya dia di dunia virtual. Itu tidak bisa disamakan dengan kehidupannya di dunia nyata.
Apalagi saat ini, ia berstatus sebagai dosen dari Zhan. Bukan pemain role play yang menjadi masternya.
"Saya datang sejak Mr. Wang memintaku menurunkan bokong ke bawah."
Astaga. Mulut Zhan mulai ternoda, telinga dan matanya juga.
"Jadi, kau sejak tadi berdiri di depanku?" Yibo makin salah tingkah, tapi tidak lantas membuat ia menutup resleting celananya. Ia biarkan celana dalam gucci miliknya terlihat oleh Zhan, bersama penghuni di dalamnya yang kini mulai membesar.
"Bukannya, Mr. Wang yang tadi mengirim pesan meminta pertolongan?" Jungkook mengedipkan sebelah matanya. Jantung Yibo dibuat kayang oleh tingkah laku muridnya.
Seperti yang kalian duga, dan tentu kalian ingin lihat. Saat ini, atas nama kepatuhan dalam menjalani hukuman. Xiao Zhan mahasiswa baik hati, suka menolong dan tidak sombong itu. Sedang membantu memijati---bukan bahu dan pundak---melainkan memijat ujung belalai Wang Yibo yang sedang mendongak ke atas mencari pelampiasan.
Tangan Zhan yang lembut melakukan tekanan-tekanan pelan, dari pangkal daging hingga ke ujung kepala. Di atas daging yang berbentuk layaknya jamur itu, ada sebuah lubang kecil. Tempat dimana dua cairan berbeda bisa disemburkan.
Dengan lihai, sesuai yang diajarkan Yibo selama mereka bermain role play. Zhan menggelitiki bagian itu dengan ujung jari. Mata Yibo merem melek, merasakan sensasi geli dan gatal di puncak kepala penisnya.
"Zhan, ah ... tanganmu lembut dan hangat!" pujinya dalam desahan.
Merasa kurang puas memanjakan dosennya. Zhan menggantikan kinerja jemarinya yang melingkari benda padat kenyal itu dengan mulutnya.
Zhan membuka mulutnya cukup lebar, agar benda berdiameter 8cm, bisa muat melewati bibirnya. Zhan terkesan dengan ukuran milik Wang Yibo yang menurutnya luar biasa. Hampir setara pemain bf jerman. Mungkin ukurannya antara L-XL atau bisa lebih dari itu, entahlah. Zhan belum pernah memegang milik pria lain. Kecuali miliknya sendiri, yang masuk daftar SPA(standar pria asia)
Benda panjang bulat yang hangat itu, memukul langit-langit di dalam rongga mulut Zhan. Lidah Zhan mulai menuntun pergerakannya. Dibelitnya batang panas itu di dalam mulutnya. Dilepas sebentar, kemudian ia kulum kembali seumpama itu adalah daging sedap penuh bumbu.
Kepala Zhan mengangguk-ngangguk, serupa vokalis band rock yang sedang tampil di panggung. Mengikuti ritme dari permainan mulutnya yang cukup pandai dalam mempraktekkan pelajaran virtual.
Yibo mengawang, terbang. Rasanya saraf di kepala Yibo hanya dipenuhi komponen zat kimia berisi integrasi kenikmatan. Ia menggeram rendah. Kala mulut Zhan yang basah terus mengulum miliknya tanpa ampun. Bergerak ke atas ke bawah. Dengan daya hisap yang cukup untuk membuat milyaran sperma di buah zakarnya. Ramai-ramai lari maraton menuju ujung tombak miliknya.
Sampai ....
"Aaarrrrggghhhh, Zhan, aku cum!!!!
Tak sempat dihindari, cairan putih yang sudah berkumpul di titik temu yang sama. Berbondong-bondong ke luar menciprat ke mulut Zhan, hingga meleber ke dagunya.
Cairan yang kental, panas dan beraroma maskulin, sedikit pahit dan kuat. Zhan mengecapnya di lidah, merasakan bagaimana sperma dosen tampan sekaligus pasangan role play-nya sudah ke luar, berkat kelihaian bibir dan lidahnya. Zhan terlihat bangga.
Yibo jangan ditanya, ia sudah panik mencari tisu paseo untuk mengelap bibir Zhan. Juga mengelap celananya yang terkena cipratan sperma.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi. Saat Yibo mengerang nikmat. Seseorang sedang lewat. Dan mendengar suara Yibo yang dibumbui kata 'argghh'
Orang itu tak lain dan tak bukan adalah pembina mahasiswa, yang senang sekali mencari kesalahan.

Setelah mendengar suara mencurigakan tersebut, apa yang akan dilakukan Seokjin selanjutnya?
Melaporkannya pada dekan, atau menyebarkannya seperti gosip?
Kita tunggu di chapter selanjutnya.









Tbc

My Lecturer, My Sex Partner (Tamat Di Pdf)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu