Tila memutar bola matanya malas. Wanita itu kemudian melangkah melewati Adam berniat untuk masuk ke kamarnya dan juga Adam yang terletak di lantai dua. Namun, lengannya justru ditahan oleh pria itu sehingga membuat Tila tak bisa melangkah.

"Apa maumu?" Tila mendesis menatap tajam ke arah sosok pria yang sudah menjadi suaminya tersebut.

"Mauku--" Adam memutar tubuhnya menatap lekat manik mata. "Jangan pernah membawa selingkuhanmu ke rumah ini," desisnya tajam.

"Dia bukan selingkuhan saya.  Dia teman kantor saya."

"Kamu pikir aku akan percaya dengan semua ucapanmu? Sekali tukang selingkuh, selamanya kamu akan menjadi tukang selingkuh." Adam tersenyum miring. "Nggak akan ada yang berubah dari sifat kamu."

"Oh?" Tila menghempas tangan Adam yang masih memegang lengannya. Wanita itu kemudian terkekeh menatap Adam dengan tatapan sinisnya. "Tukang selingkuh? Bukannya itu kamu? Laki-laki tukang selingkuh dan nggak bertanggung. Laki-laki sampah yang menghancurkan hidup seseorang."

"Apa--"

"Jangan pernah mengelak." Tila mengacungkan telunjuknya di depan Adam. "Ini adalah fakta yang enggak bisa disembunyikan."

Tila tersenyum miring sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Adam yang lagi-lagi terpaku akan ucapan Tila.

Adam berpikir, mengapa Tila selalu membalikan ucapannya. Tila selalu menuduhnya sebagai laki-laki tidak bertanggung jawab, pengecut, dan segala hal buruk tentangnya. Padahal, ini semua terjadi akibat Tila. Karena wanita itulah yang membuatnya hidupnya dalam kehampaan dan nyaris depresi beberapa tahun yang lalu.

Adam menghembuskan napasnya berat. Sepertinya sakit hatinya masih belum terlupakan dan terobati hingga sekarang.

*

Adam tidak sengaja menjatuhkan tas milik Tila saat ia akan meletakkan ponsel diatas nakas samping tempat tidur.

Pria itu menunduk untuk mengambil tas beserta isi yang keluar dari tempatnya. Tangan Adam berhenti pada satu buah buku kecil yang menarik perhatiannya.

Tila' hurt.

Sebuah tulisan pada sampul tersebut terlihat jelas saat Adam menatapnya. Pelan tapi pasti, ada membuka penutup pertama dan membaca sebuah tulisan yang ia yakini adalah tulisan Tila. Adam mengenali tulisan wanita itu.

"Dia yang membawa cinta, dia juga yang membawa luka. Dia pergi tinggalkan kami dengan luka yang menganga lebar. Dia pergi tinggalkan kami, dengan sejuta kesakitan. Dia pergi tinggalkan aku, bersama dia yang sudah dipanggil Tuhan."

"Napas ini harusnya untuknya. Napas ini harusnya bisa dia hirup. Namun, sayang sekali, Tuhan tidak memberinya izin untuk bernapas. Iblis itu merenggut malaikatku. Aku membencinya. Aku membenci mereka yang menyakiti aku. Aku membenci mereka yang membuatku kehilangan dia."

Adam berniat membalikan ke halaman selanjutnya saat ia mendengar suara pergerakan dari dalam kamar mandi yang sepertinya akan usai dilakukan.

Segera, Adam merapikan isi dalam tas dan meletakkannya ke posisi semula. Sementara buku kecil tersebut yang ia yakini adalah milik Tila, ia sembunyikan di bawah kasur tempat tidurnya. Adam masih penasaran dengan isi selanjutnya. Itu seperti isi curahan hati Tila.

Tak berselang lama pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Tila yang saat ini tengah mengenakan piyama tidur lengan pendek dan celana pendek.

Adam sudah pada posisi yang tenang. Pria itu memainkan ponselnya dengan tubuh bersandar pada tempat tidur. Matanya diam-diam mengamati Tila yang saat ini sedang merapikan wajahnya dengan skin care yang dimilikinya.

TERNYATA JODOHWhere stories live. Discover now