10:

507 78 3
                                    

Sudah satu minggu ini Tila mengambil cuti libur untuk pernikahannya. Setelah seminggu libur, Tila akhirnya memutuskan untuk masuk ke kantor.

Dengan seragam kantor yang ia kenakan, Tila melangkah turun menuju lantai 1 rumah Aris Tirtando dimana ruang makan berada. Tila tidak terlambat sedikitpun ketika tiba di ruang makan. Pasalnya, Tila adalah orang pertama yang tiba.

"Mau sarapan apa, Nyonya?" Asisten rumah tangga bernama Sari menatap Nyonya muda di depannya. Sari sudah mempersiapkan beberapa menu untuk sarapan para majikan.

"Mau roti aja, Bi."

Sari langsung menyerahkan roti di dalam piring dengan selai di dalam botol yang langsung diambil oleh Tila.

"Terima kasih, Bi."

Sari tersenyum. "Mau minum apa, Nyonya?" tanya Sari.

"Saya minta tolong air putih saja. Terima kasih sebelumnya."

Sari menggangguk. Wanita 35 tahun itu kemudian menuangkan air putih ke dalam gelas Tila. Setelah itu Sari kembali ke dapur untuk menyiapkan kopi panas untuk para majikan laki-laki.

Tak berselang lama, Adam Tirtando tiba di lantai dasar dan masuk ke ruang makan. Pria itu melirik dingin ke arah istrinya. Tanpa menyapa wanita itu, Adam mengambil posisi duduk di seberangnya.

"Kopi hitamnya, Tuan."

Sari yang sadar akan kedatangan Tuan mudanya segera meletakkan satu cangkir kopi hitam di hadapan Adam. Pagi hari Adam memang tidak terlalu sering sarapan. Pria itu hanya akan meminum satu cangkir kopi sebelum berangkat ke kantor.

"Hm."

Adam meneguk kopi dalam cangkir sambil diam-diam melirik ke arah Tila yang tengah menikmati roti bakar hasil masakan Sari.

Tila tahu jika Adam diam-diam meliriknya.  Tila kemudian menatap lurus ke arah Adam dengan tatapan tenangnya.

"Ada apa dengan mata kamu? Apa sekarang kamu terpesona dengan saya?" celetuk Tila disela keheningan mereka.

Wajah Tila menampilkan ekspresi datar membuat Adam tidak bisa menebak jalan pikiran Tila yang dengan berani mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya.

Adam tahu dengan sangat, jika Tila adalah wanita pemalu dan tidak pernah berani mengungkapkan apa yang ada dipikirannya. Mungkin waktu merubah sifat seseorang dari seorang gadis pemalu menjadi gadis penuh keberanian dan percaya diri.

Adam tersenyum miring. "Rasa kepercayaan diri itu, kamu dapatkan dari mana?" Adam bertanya dengan santai. Tidak jelas dengan pikiran Tila yang terkadang sering berubah-ubah. Sama seperti dirinya.

Tidak menjawab, Tila mengangkat bahunya acuh.  Malas meladeni Adam, Tila memilih bangkit dari kursi dan mengambil tas yang tersampir di pundak kursi.

Tanpa pamit, Tila segera berangkat menuju kantor. Kendaraan Tila masih berada di bengkel. Akhirnya dengan terpaksa, Tila harus memesan taksi sebelum berangkat.

Tila menunggu taksi di depan gerbang rumah Adam.  Wanita itu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Tila berdecap. Kurang lebih 30 menit lagi jam kantornya akan dimulai. Tila tidak ingin terlambat di hari pertamanya masuk setelah mengambil cuti  libur.

Tak selang lama, sebuah mobil keluar dari gerbang. Kaca mobil terbuka hingga memperlihatkan sosok pria dengan jas hitam yang dikenakannya.

Adam Tirtando.

Pria itu menoleh menatap ke arah Tila dengan kacamata hitam bertengger di matanya.

Adam tersenyum miring menatap Tila. Kemudian tanpa memberi  tawaran tumpangan, Adam melajukan kendaraannya dengan knalpot mobil yang sengaja dibuat bising.

TERNYATA JODOHWhere stories live. Discover now