16

735 95 14
                                    

Tila baru saja mendapat telepon dari Adam jika papa mertuanya--Aris-- dilarikan ke rumah sakit. Penyebabnya adalah, Aris yang tak sengaja terpeleset di kamar mandi kantornya.

Ingin rasanya Tila mengabaikan ajakan Adam untuk berangkat bersama ke rumah sakit. Namun, hal tersebut tidak bisa ia lakukan karena ini adalah permintaan Aris sendiri.

Tila menghela napas berat, kemudian melangkah keluar dengan tas di genggamannya.

Tila tidak takut meski hanya dirinya sendiri yang masih bertahan di kantor ini. Pasalnya, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Tila melangkah menuju parkiran dimana mobil Adam sudah menunggunya. Tila masuk ke dalam mobil tanpa menoleh sedikitpun ke arah pria yang berstatus sebagai suaminya. 

"Apa sudah berpesan untuk membawamu ke rumah sakit."

Kalimat pertama yang diucapkan Adam saat Tila baru saja mendudukkan bokongnya di kursi mobil.

"Hm."

Deheman singkat adalah jawaban Tila. Tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya selama dalam perjalanan menuju rumah sakit hingga mereka tiba di depan ruangan Aris.

Adam membuka pintu ruang Aris dan mempersilakan Tila untuk masuk lebih dulu.

"Selamat malam, Pa. Bagaimana keadaan papa?" Tila menyapa sambil tersenyum kecil. Tidak ia pedulikan dua iblis yang saat ini sedang duduk di sofa tak lain adalah Winar dan Eddel.

Aris tersenyum simpul. Pria paruh baya itu memberi kode pada Tila untuk mendekat ke arahnya.

Hal tersebut membuat Tila mau tak mau mendekat.  Tila dibuat bingung dengan maksud dan tujuan papa mertuanya. Terlebih lagi, pria paruh baya itu meminta anak serta istrinya untuk keluar dan membiarkan ia berbicara dengannya.

"Tila." Aris menatap lekat sosok menantunya setelah anak serta istrinya melangkah keluar dari ruangannya.

"Iya, Pa?"

Tila yang saat ini sedang duduk di kursi samping tempat tidur Aris mendongak saat mendengar suara Aris memanggilnya.

"Kamu sudah semakin besar dan dewasa," ucap Aris pelan. "Sudah bisa memilah mana yang baik dan mana yang benar."

"Maksud papa?"

"Papa tahu masa lalu kamu dan Adam. Papa tahu penderitaan apa yang kalian alami."

Tubuh Tila menegang ketika mendengar ucapan papa mertuanya.

"Papa tahu apa yang sudah dilakukan Winar dan Eddel. Atas nama mereka, papa benar-benar minta maaf." Suara Aris semakin melirik dengan mata berkaca-kaca ketika menatap wajah menantunya.

Tila berusaha menahan air mata yang siap terjatuh. Papa mertuanya tahu akan masa lalu mereka? Tapi, kenapa masih mau menjodohkan ia dan Adam? Tila tidak mengerti sama sekali dengan situasi yang terjadi.

"Papa sudah tahu?" bisik Tila menatap Aris penuh kekecewaan. "Tapi, kenapa papa masih bersikukuh ingin menjodohkan aku dan Adam? Itu adalah luka yang harus aku tutup, tapi terbuka lagi karena perjodohan ini."

Aris menarik napas dalam. Tangan keriputnya berusaha untuk menggapai tangan Tila yang langsung dijauhkan oleh wanita itu. Aris menutup matanya. Terlihat sekali jika menantunya enggan untuk bersentuhan dengannya. Orang yang sudah menyebabkan luka lama terbuka kembali.

"Papa hanya ingin Adam mempertanggungjawabkan perbuatannya dulu padamu." Aris membuka matanya kemudian menatap menantunya dengan tatapan lelah. "Kamu hancur oleh Adam, dan dia harus memperbaikinya."

TERNYATA JODOHWhere stories live. Discover now