-PERTENTANGAN BATIN-

35 3 1
                                    

Ada dua sisi di dalam diri manusia
Cahaya dan Kegelapan
Ibarat Yin dan Yang semuanya berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan
Yang bisa dilakukan adalah menyeimbangkan keduanya
Terimalah semuanya dan berdamailah

Kita tidaklah sempurna
Ada kalanya terluka dan kecewa
Ada kalanya sombong dan jumawa
Ada kalanya merasa minder dan tak percaya

Pilihannya adalah apakah rasa-rasa itu kau arahkan dengan sudut pandang

cahaya atau kegelapan

Jika kau pilih cahaya maka hal itu akan menghantarkanmu menuju bahagia
Jika kau pilih kegelapan maka hal itu akan menghantarkanmu menuju jurang nestapa penuh dendam dan durjana

Ini bukankah perkara masalah surga dan neraka
Namun tentang mengenal diri kita dan bagaimana mempertanggungjawabkannya

pada Sang Kuasa...

Ganendra terbangun dari tidurnya dan segera berlari menuju toilet untuk memuntahkan isi perutnya setelah mengalami mimpi buruk yang menimpanya. Ia yang belum pernah mengalami peristiwa masa lalunya sedetail ini sebagai Bandung Bondowoso terkejut dan merasa mual sehingga harus mengeluarkan semua yang telah diasupnya semalam. Setelah dirinya merasa lega ia terduduk di lantai dan menyenderkan punggungnya pada tembok toilet. Sejak dirinya memutuskan berteman lebih dekat dengan Danastri Candramaya, ingatan-ingatan masa lalu tersebut yang semula berkabut perlahan semakin jelas membuatnya marah karena selama ini dari legenda yang ia selalu dengar dan baca serta pelajari di sekolah bahwa Roro Jonggrang lah yang menjadi pihak antagonis karena memberikan harapan palsu kepada Bandung Bondowoso sehingga ia menuruti segala permintaan lelaki tersebut untuk mendekati gadis itu. Namun rupanya tidak sesederhana yang ia bayangkan sebelumnya.

"Brengsek! Kau benar-benar brengsek Bandung!" Teriak Ganendra setelah berhasil mengembalikan kekuatan dan kesadarannya kembali. "Bagaimana bisa kau melakukan hal menjijikan dan manipulatif seperti itu pada Roro Jonggrang?!"

"Makilah sepuasmu Ganendra, karena aku pun menyesali keangkuhanku kala itu," Jawab Bandung Bondowoso dengan tatapan nanar. "Keangkuhanku membuat Roro Jonggrang yang semula mencintaiku berubah benci setengah mati karena telah membunuh ayahanda tercintanya dan membalasku dengan melakukan perbuatan tak kalah hina memanipulasiku hingga akupun menjadi murka serta mengutuknya. Harusnya aku tidak menuruti mentah-mentah ayahandaku, Prabu Darma Maya untuk menyerang Kerajaan Prambanan tanpa menyelidiki lebih detail anggota keluarga kerajaan tersebut. Seandainya..."

"Seandainya apa?"

"Seandainya aku dari awal tahu bahwa Roro Jonggrang adalah putri dari Raja Boko, mungkin aku bisa menggunakan cara yang lebih halus untuk bernegosiasi dengan Raja Boko sehingga putrinya dapat kunikahi secara baik-baik dan kerajaan Boko bisa secara diplomatik Kerajaan Pengging kuasai," Wajah Bandung penuh penyesalan hingga menusuk hati memuat dadanya sedikit sesak dan nyeri. Rasa sakit itu dapat dirasakan juga oleh Ganendra. Sial! Mengapa ia harus merasakan hal seperti ini?! Padahal perasaan ini bukanlah perasaannya yang sesungguhnya.

"Kata seandainya hanya digunakan untuk orang-orang yang tak mau melihat masa depan dan memilih terjebak dengan siklus yang itu-itu saja sehingga merasa terus tersiksa Bandung," Ganendra menghela napas panjang menanggapi ucapan Bandung sambil mengusap-usap dadanya agar . "Semua yang terjadi itu sudah menjadi suratan takdirmu."

"Karena itulah aku harus memutus karma ini secepatnya Ganendra." Lanjut Bandung penuh tekad. "Karena aku sudah lelah terus berada dalam putaran karma yang tak pernah berakhir."

"Lantas dengan hal itu pun kau tetap mau aku menyakiti Danas yang sudah jelas-jelas tidak tahu apa-apa tentang permasalahan antara dirimu dengan Roro Jonggrang?" Ganendra menarik rambut hitam legamnya ke belakang dengan kelima jari tangan kanannya karena frustasi.

"Iya, karena aku membutuhkan kesadaran dari Danas sebagai Roro Jonggrang agar aku bisa berbicara hati ke hati dengannya untuk menyelesaikan urusan kami dan kembali kepada Sang Hyang Widhi," Nada suara Bandung terdengar dingin seolah permintaannya itu mudah untuk dilakukan. "Dan satu-satunya cara adalah dengan menyakiti gadis itu untuk menimbulkan kesadaran akan siapa sejati dirinya."

"Ini gila! Danastri adalah gadis baik-baik Bandung!" Ganendra frustasi. Setelah beberapa kali berkomunikasi dan mengenal Danas, ia menemukan sudut pandang lain tentang perempuan. Selama ini setiap kali berurusan dengan energi feminin ia merasa risih dengan tatapan memuja dan berharap perhatian lebih darinya. Namun dengan Danas berbeda. Entah mengapa ia menemukan kenyamanan yang tak dapat diungkapkan kata-kata melalui pertemanan mereka yang ia yakin akan penuh drama karena diawali dengan penolakan dari Danas nyatanya tak terbukti bahwa gadis itu akan tega berbuat menyakiti. Lucu, kalau mengingat flashback ke belakang, niat awal ingin mengenal Danas adalah karena penasaran seperti apakah sosok reinkarnasi dari Roro Jonggrang. Bahkan penolakan tegas dari Danas pun tak menyurutkan niatnya untuk mendekati Danas. "Lagipula Danas sudah cukup menderita dengan karmanya sendiri sebagai Roro Jonggrang, Bandung. Karena hingga saat ini percintaannya selalu berakhir diputuskan sepihak oleh setiap mantan kekasihnya. Apakah hal itu tidak cukup untuk memuaskan batinmu?"

"Bagaimana kau tahu jika dia menderita karena hal itu?" Tanya Bandung polos.

"Dasar lelaki kolot!" Umpat Ganendra gemas. "Berbicara dengan makhluk gua sepertimu lama-lama membuatku emosi saja! Kau bayangkan saja sendiri bahwa hatimu dipatahkan selama dua puluh satu kali oleh Roro Jonggrang rasanya seperti apa? Aku saja yang malas terlibat urusan tentang perasaan dengan lawan jenis tidak akan kuat jadi Danas yang masih berdiri tegar sampai sekarang ini."

"Tunggu Genendra, sejak kapan kau mulai perduli dengan perasaan perempuan? Apakah kau mulai jatuh hati pada gadis itu Ganendra?" Pertanyaan dan tatapan tajam Bandung mengarah kepada Ganendra membuatnya terdiam namun pandangan matanya tampak menyiratkan kebingungan.

"Hah..., sudah kuduga," Bandung menghela napas. "Sepertinya kau sudah mulai terjerat pesona titisan Roro Jonggrang itu. Dengar Bandung, kau boleh jatuh cinta padanya, tapi setelah misimu untuk membantuku selesai. Jika tidak, kau akan bernasib sama dengan reinkarnasiku sebelumnya, patah hati hingga nestapa seperti diriku karena kecewa tak dapat menggapai cintanya."

"Memangnya siapa reinkarnasimu dulu sehingga harus mengalami kejadian itu?" Ganendra bertanya penuh penasaran. Kekuatan dan logikanya telah kembali.

"Nanti kau juga akan tahu," Bandung menepuk-nepuk Pundak kanan Ganendra. "Mulai sekarang kau harus bisa mengendalikan gejolak emosimu setiap kali ingatan adegan tentang diriku dan Roro Jonggrang perlahan terkuak lebar hingga gadis itu tersadar. Karena semakin intens kalian berdua berkomunikasi makan semakin besar efek ingatan masa lalu itu akan muncul di diri Danastri dan menggoncangkan dirinya seperti yang kau alami."

"Kalau kau bilang aku jatuh cinta pada Danas rasanya terlalu naif Bandung. Aku hanya merasa tertarik dengan gadis itu. Dia berbeda...," Ganendra berdiri dari posisi duduknya dan berjalan menuju washtafel untuk mencuci mukanya yang sempat kusut. "Entah dari sudut pandang mana..."

"Kuharap kau memegang kata-katamu itu," Nada suara Bandung terdengar sedikit mengancam.

"Aku sedang berusaha untuk itu Bandung," Ganendra mendengus sedikit kesal karena merasa diremehkan oleh Bandung.

***

Kontrak JiwaWhere stories live. Discover now