-MIMPI-

62 7 0
                                    

"Tuan Putri Roro Jonggrang, anda hendak kemana?" Tanya salah satu pelayan wanita yang memergoki Roro Jonggrang yang akan pergi keluar istana dengan pakaian biasa agar tak ada yang mengenalinya. Hanya kalung emas yang tersemat di atas dadanya dan sepasang anting berbahan sama yang menjadi pembedanya.

"Ssttt..., jangan keras-keras bicaranya, nanti para pengawal mendengar dan melaporkan pada Ayahanda," Roro Jonggrang menutup mulut pelayan tersebut setelah terpergok melihatnya. Sudah menjadi kebiasaan dari putri cantik ini bermain keluar istana untuk mengusir kebosanannya akan sifat protektif ayahandanya dengan mengunjungi para rakyatnya sebagai orang biasa. Itulah sebabnya meskipun Kerajaan Prambanan dipimpin oleh Raja yang bengis dan kejam, perlakuan itu tertutupi oleh putrinya yang memiliki sifat welas asih sebagai pemimpin bayangan sang raja sehingga rakyatnya tetap setia kepada keluarga kerajaan dan kemakmuran tetap berada di sekelilingnya. "Aku hanya ingin berjalan-jalan saja menikmati suasana dan akan kembali pada sore hari nanti. Sampai jumpa!"

"Eh, Tuan Putri!" Teriak pelayan berusaha mencegahnya namun tidak berhasil.

Secepat kilat Roro Jonggrang memacu kuda coklat kesayangannya yang merupakan hadiah dari ayahnya untuk keluar dari istana melalui jalan rahasia yang dibuatnya. Tidak seperti tuan putri kerajaan yang lainnya, Roro Jonggrang tumbuh menjadi perempuan berjiwa ksatria dengan kemampuan berperang tak kalah dengan para panglima Raja Baka dibalik kelembutan dan kecantikan fisiknya yang terkenal seantero Pulau Jawa. Bagai magnet yang membius mata, setiap orang yang baru mengenalnya akan terbuai oleh aura yang dimilikinya dan telah banyak yang menjadi patah hatinya ketika lamaran mereka tertolak baik disengaja maupun tak disengaja oleh gadis ini karena sifat riang dan bebasnya.

Roro Jonggrang tidak menyadari bahwa tingkah lakunya yang sering keluar istana tanpa izin sebenarnya diketahui oleh Raja Baka namun dirinya selalu membiarkan sang putri karena rasa cintanya pada anak tunggalnya itu dan tahu bahwa yang diperbuat Roro Jonggrang di luar sana sungguhlah membantunya. Katakanlah ia memanfaatkan anaknya, namun pada kenyataannya hal itu berguna dalam menjaga eksistensi kekuasaan di bawah kerajaannya. Bagaimanapun Roro Jonggrang ditakdirkan menjadi ratu masa depan yang akan menggantikan posisinya meskipun waktunya masih lama.

Sementara itu, Roro Jonggrang yang telah tiba di pasar rakyat segera menuruni kudanya dan mengikatnya pada istal umum khusus tempat parkir kendaraan berkaki empat tersebut kemudian mulai melakukan aksinya bergabung dengan kerumunan massa untuk menikmati suasana keramaian tanpa batas ini. Sesekali ia menghampiri para pedagang yang menawarkan dagangannya sambil menanyakan keadaan mereka.

Begitu sibuknya hingga Roro Jonggrang lupa memperhatikan sekelilingnya dan menabrak seseorang. Ia seperti menabrak sebuah tembok kokoh karena nyaris jatuh terjengkang ke belakang jika tidak ditolong oleh pemuda yang ditabraknya tadi. Tangan kuat lelaki itu begitu kencang memegang pinggang ramping Rara Jonggrang seperti menjaga barang berharga agar tubuh gadis itu tidak terjatuh ke tanah. Tatapan mata lelaki itu sejenak membiusnya membuat jantungnya berdetak keras.

"Kau tak apa-apa?" Tanya pemuda itu.

Danas terbangun dari tidurnya dan membuka selimut yang menutupinya. Peluh yang mengalir di dahinya begitu kontras dengan ruangan kamarnya yang ber-AC.

"Mimpi apa yang kualami barusan? Kok kayak nyata banget?" Danas mengusap peluh di dahinya. "Perasaan sebelum tidur aku sudah berdoa dan nggak mikir macam-macam deh..."

Danas mematri nama perempuan yang ada di mimpinya. Rara Jonggrang? Ia bukannya tidak pernah membaca salah satu cerita mitos terkenal dari Jawa Tengah tersebut. Sebuah cerita tentang tragedi cinta bertepuk sebelah tangan Bandung Bondowoso kepada Rara Jonggrang yang mendendam pada Putra Mahkota Pengging tersebut karena telah membunuh ayahanda tercintanya dengan memanipulasi perasaan lelaki tersebut untuk membuat seribu candi yang berakhir kutukan kepada sang putri sebagai arca pelengkapnya. Tapi bukankah itu hanyalah sebuah mitos yang dibuat sebagai kamuflase perlambang dari Raja Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya dan Ratunya yang bernama Pramodawardhani dari Wangsa Sailendra? Mengapa ia tiba-tiba bisa bermimpi seperti itu? Seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia memimpikan hal tersebut.

Ia mengingat-ingat kembali mengapa bisa memimpikan cerita ini karena pasti ada latar belakang yang memicu alam bawah sadarnya. Tetiba sosok bayangan Ganendra Adiwilaga terbesit di pikirannya membuatnya terpana sesaat hingga logika yang selalu dibanggakannya ikut macet dalam menyalurkan gelombang dari otak kirinya. Sosok pemuda berpakaian jaman kerajaan dulu yang keluar dari tubuh Ganendra membuatnya pucat pasi hingga melarikan diri ke toilet untuk mencuci wajahnya agar kesadarannya kembali. Ia seperti baru melihat hantu saja di siang bolong itu sementara dirinya tak percaya akan adanya makhluk tak kasat mata tersebut.

"Ah, sudahlah, ini pasti hanyalah bunga tidur ngawurku saja, ayo tidur-tidur! Besok ada pekerjaan mendampingi Pak Dirut dan Dewan Komisaris inspeksi lapangan! Kalau sampai telat bisa digantung dan dikerek di tiang bendera depan kantor!" Danas bergidik ngeri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya membayangkan dirinya terkena hukuman dari atasan langsungnya untuk mengalihkan pikirannya yang terfokus pada mimpi tentang sosok Rara Jonggrang serta memberikan motivasi agar melanjutkan tidurnya. Otaknya sudah terlalu tersita untuk pekerjaan sehari-harinya, tidak perlu menambah hal baru yang tak ada artinya dan hanya akan merepotkan dirinya saja!

Tanpa disadari Danas, sesosok bayangan lelaki seperti hantu (menurut Danas) dengan pakaian khas ksatria jaman kerajaan jawa kuno yang baru saja dipikirkannya berdiri tepat di hadapannya. Rambut panjang hitamnya tercepol rapi oleh hiasan emasnya di atas kepalanya. Tak hanya itu, tubuh gagah berototnya begitu mempesona dengan kalung di dadanya, gelang khusus lengan atas dan pergelangan tangannya dengan bahan sama seperti mahkota di kepalanya yang menunjukkan peringkatnya sebagai bangsawan berkasta ksatria. Sabuk emas terpasang sempurna di pinggangnya menyatukan celana hitam dan kain jarik bermotif batik khas kerajaannya. Tak lupa senjata keris sakti mandraguna terselip di belakang tubuhnya. Seseorang yang begitu sabar penuh lelah menanti reinkarnasi sang pujaan hati karena welas asih Sang Hyang Widhi untuk dapat memperbaiki nasib tragis cintanya. la membelai wajah dan rambut panjang berlayer milik Danas yang sedang tertidur lelap dengan penuh kelembutan. Hembusan napas teratur Danas menandakan sentuhannya tak sekalipun mengganggu istirahat gadis itu.

"Jonggrang, akhirnya aku menemukanmu...," Tatapan dan senyuman lembut penuh cinta begitu terpancar pada wajah tampannya. Lelaki itu tak segan mengecup dalam dahi Danas untuk menyalurkan perasaan hatinya. "Sadarlah dan temukan diriku, jatuh cintalah padaku seperti dulu aku jatuh cinta padamu sampai di titik terdalam agar kau merasakan seberapa besarnya cintaku padamu hingga kau buat diriku luluh lantak dengan pesonamu, kemudian..."

Senyuman lelaki itu berubah menjadi dingin seakan menyiratkan dendam namun tertutup apik oleh wajahnya yang rupawan. Tak lama ia pun menghilang dari hadapan Danas. Lelaki itu bernama Bandung Bondowoso, Putra Mahkota Kerajaan Pengging.

***

Kontrak JiwaWhere stories live. Discover now