-LANGKAH AWAL MEMBUKA TABIR MASA LALU-

33 6 0
                                    

Danas menapakkan sepasang kaki jenjang miliknya ke jalan berbahan batu yang mengarahkan dirinya kepada gerbang Keraton Ratu Boko. Ia menghirup dalam-dalam udara sejuk di pagi hari dengan belaian angin sepoi-sepoi menyapa lembut di pipinya. Dedaunan hijau ikut bergoyang mengikuti arah angin seolah menyambut kedatangan Danas. Di setiap tapak kakinya, Danas mengingat kembali pembicaraan dengan atasannya sebelum memutuskan pergi ke tempat yang memanggil hatinya untuk mengunjunginya.

"Mbak Danas tidak apa-apa saya tinggal duluan kembali ke Jakarta?" Tanya Bagaskara khawatir mengingat meskipun Danas dikenal sebagai perempuan kuat dan tahan banting selama menjadi bawahannya sebagai CorSec, statusnya sebagai seorang perempuan single dan ditinggal sendirian di kota asing seperti saat ini agak menelisik hatinya.

"Tidak apa-apa Pak, hitung-hitung refreshing otak sejenak di kota ini untuk menghabiskan weekend saya," Jawab Danas, berusaha menenangkan atasannya itu sambil mengantarkan Bagaskara keluar lobi hotel tempat mereka menginap selama tiga hari dua malam sejak hari Kamis lalu.

"Ya sudah, saya kembali duluan ya Mbak," Lanjut Bagaskara sebagai ucapan perpisahan. "Kalau ada apa-apa jangan segan-segan menghubungi saya dan Ibu."

"Hati-hati Pak, salam untuk Ibu dan anak-anak di rumah," Danas menutup pembicaraan. "Rita, nitip Bapak ya..."

"Siap Bu!" Sahut Rita penuh semangat dan melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan sementara hingga bayangannya dan atasannya menghilang dari hadapan Danas.

"Kalau ada apa-apa jangan segan-segan menghubungi saya dan Ibu." Bagaskara kembali memberikan penegasan.

"Baik Pak...," Jawab Danas meringis melihat perlakuan berlebihan atasannya itu yang sudah ia anggap seperti ayahnya.

Situs Ratu Boko terletak sekitar 3 km ke arah selatan dari Candi Prambanan. Kawasan Ratu Boko yang berlokasi di atas sebuah bukit dengan ketinggian ± 195.97 meter di atas permukaan laut. Situs Ratu Boko sebenarnya bukanlah sebuah candi, melainkan reruntuhan sebuah kerajaan. Oleh karena itu, Candi Ratu Boko sering disebut juga sebagai Keraton Ratu Boko. Disebut Keraton Boko, karena menurut legenda, situs tersebut merupakan istana Ratu Boko, warisan dari ayah Rara Jonggrang. Alasan utama yang menelisiknya untuk berkunjung. Meskipun di catatan sejarah menjelaskan bahwa situs Ratu Boko dibangun pada abad ke-8 oleh Wangsa Syailendra yang beragama Buddha, namun kemudian diambil alih oleh raja-raja Mataram Hindu. Peralihan 'pemilik' tersebut menyebabkan bangunan Keraton Boko dipengaruhi oleh Hinduisme dan Buddhisme. Keraton Ratu Boko yang menempati lahan yang cukup luas tersebut terdiri atas beberapa kelompok bangunan. Sebagian besar di antaranya saat ini hanya berupa reruntuhan.

Danas semakin dalam melangkahkan kakinya memasuki gerbang masuk. Gerbang masuk ke kawasan wisata Ratu Boko terletak di sisi barat. Kelompok gerbang ini terletak di tempat yang cukup tinggi, sehingga dari tempat parkir kendaraan, orang harus melalui jalan menanjak sejauh sekitar 100 meter dengan berjalan kaki. Pintu masuk terdiri atas dua gerbang, yaitu gerbang luar dan gerbang dalam. Gerbang luar, yang ukurannya lebih besar merupakan gerbang utama. Sekitar 15 meter dari gerbang luar berdiri gerbang dalam. Gerbang ini terdiri atas 5 gapura paduraksa yang bebaris sejajar dengan gerbang luar. Gapura utama diapit oleh dua gapura pengapit di setiap sisi. Walaupun gerbang dalam ini terdiri atas lima gapura, namun tangga yang tersedia hanya tiga. Dua gapura pengapit yang kecil tidak dihubungkan dengan tangga. Tangga naik dilengkapi dengan pipi tangga dengan hiasan 'ukel' (gelung) di pangkal dan kepala raksasa di puncak pipi tangga. Dinding luar pipi tangga yang dihiasi dengan pahatan bermotif bunga dan sulur-suluran mendorong Danas untuk menyentuhnya. Ia merasakan suasana rindu yang tak dapat terungkapkan padahal ini adalah kali pertama dirinya mengunjungi tempat ini.

Candi Batukapur
Sekitar 45 meter dari gerbang pertama, ke arah timur laut, terdapat fondasi berukuran 5 × 5 m2 yang dibangun dari batu kapur. Diperkirakan bahwa dinding dan atap bangunan aslinya tidak terbuat dari batu, melainkan dari bahan lain yang mudah rusak, seperti kayu dan sirap atau genteng biasa.

Candi Pembokoran
Candi pembokoran berbentuk teras tanah berundak setinggi 3 meter. Letaknya sekitar 37 meter ke arah timur laut dari gerbang utama. Bangunan ini berdenah dasar bujur sangkar dengan luas 26 m2. Teras kedua lebih sempit dari teras pertama, sehingga membentuk selasar di sekeliling teras kedua. Permukaan teras atas atau teras kedua merupakan pelataran rumput. Dinding kedua teras berundak tersebut diperkuat dengan turap dari susunan batu kali. Di sisi barat terdapat tangga batu yang dilengkapi dengan pipi tangga. Di tengah pelataran teras kedua terdapat semacam sumur berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 4 x 4 m2 yang digunakan sebagai tempat pembakaran mayat. Di sudut tenggara candi pembokoran terdapat salah satu sumur tua yang konon merupakan sumber air suci. Danas sempat terhenyak sejenak, bayangan di depan matanya memperlihatkan api yang begitu merah menyala dan menjulang tinggi ke angkasa yang disertai isak tangis oleh orang-orang disekelilingnya. Sosok gadis yang tampak tegar dengan genggaman obor di tangan kanannya setelah menyulutkan api pada tumpukan kayu berisi jenazah yang telah ditutupi kain putih. Punggung gadis yang tegar itu perlahan bergetar melemah kemudian jatuh tersungkur ke tanah yang dipijak kuat sebelumnya olehnya.

"Ayahanda!!!!" Teriakan histeris gadis itu begitu memekik hingga menembus dada Danas dan mendorong emosinya kearah mata indahnya sampai tak sadar mengeluarkan air mata. Tubuhnya melemah seakan tenaga kuatnya tersedot menghilang entah kemana membuatnya nyaris terjatuh tersengkur jika tidak ada lengan kokoh yang menopangnya.

"Kau tidak apa-apa?" Tanya lelaki yang mengulurkan tangannya untuk menopang tubuh Danas. Sosoknya yang gagah membuat Danas membelalakkan kedua matanya hingga menghentikan air yang mengalir dengan derasnya karena tak menyangka akan kehadirannya.

"Bandung...," Danas terkejut dengan satu kata yang terucap di bibirnya. Mengapa bisa?

"Danastri?" Raut wajah Ganendra menunjukkan keterkejutan nyata melihat sosok yang sudah cukup lama tak bersua. Gadis yang selalu membuat dirinya sakit kepala dan menguras emosinya karena dorongan dirinya di kehidupan masa lalu sebagai Bandung Bondowoso untuk dapat menyelesaikan urusan karma mereka. Anaknya nggak mau kenapa dia yang harus dipusingkan dengan perasaan kesal penuh drama? Lucunya takdir berbicara, disaat ia sudah mulai lupa, Tuhan punya rencana mempertemukan mereka berdua ditempat penuh bersejarah ini. Padahal kedatangannya saat ini hanya untuk melarikan diri dari pertemuan keluarga besar mereka yang terlalu rumit dan penuh tradisi serta penasaran seperti apakah istana milik sang putri yang begitu dicintai Bandung Bondowoso hingga lupa diri. Ini keberuntungan atau musibah ya? Karena jika bertemu dengan Danas ada perasaan yang tak dapat diungkapkan oleh kata-kata. Ia hanya merasakan dorongan untuk mengenal gadis itu meskipun tanpa ada hubungannya dengan urusan masa lalu mereka.

Apakah ini cinta? Atau hanya rasa penasaran saja? Entahlah...

                                              ***

Kontrak JiwaWhere stories live. Discover now