"Maaf sebelumnya menengahi pembicaraan kalian berdua. Tapi, kata buaya tadi cukup melukai hatiku. Aku akan meluruskan masalah ini. Jadi tentang apa yang kau dengar tadi di supermarket itu. Aku hanya menggoda Nona Amber saja. Tidak terjadi apa-apa pada kami berdua kemarin. Bertemu saja tidak, bagaimana kami bisa berciuman? Tidak tahu jika itu terjadi lewat mimpi!"

Amber menendang keras kaki Axelle dan melotot tajam pria itu. Bisa-bisanya di situasi sekarang pria itu malah bercanda. Tidak mengerti waktu dan suasana sekali!

Celine setelah mendengar penjelasan itu, menatap Amber dan Axelle bergantian. Amber dan Axelle juga menatapnya dengan mantap seolah memberitahukan kalau antara mereka berdua memang tidak sedang terjadi apa-apa.

Celine menunduk dan menatap kakinya. Gadis itu menangis yang Amber sadari. Amber memeluk Celine lembut dan dibalas oleh gadis itu pula. Axelle menatap kedua gadis yang sedang berpelukan itu dengan memikirkan suatu cara. Dia menyeringai licik dengan sebuah ide yang tiba-tiba masuk ke dalam otak cerdasnya.

"Sudah, jangan menangis. Aku temanmu dan tidak akan berbuat yang akan menyakitimu, kau percaya padaku?"

"I--iya ... Aku minta maaf padamu, Amber. Aku telah salah menilaimu ... Sekali lagi maafkan aku ...."

Amber menghapus air mata gadis itu dan tersenyum padanya. Dia menuntun Celine untuk memasuki kamarnya. Dia melirik Axelle yang masih diam menatap mereka. Amber memberi isyarat padanya lewat mata agar pergi dari sana. Axelle yang tahu isyarat tersebut, sengaja berpura-pura tidak mengerti. Ia menatap balik Amber dengan alis terangkat satu.

"Cih, dasar tidak peka! Pergi dari sini kataku! Kamu sudah tidak di butuhkan lagi."

"Oh, sakit sekali hatiku! Beginikah rasanya, habis manis sepah dibuang?"

Amber memutar bola matanya malas. Kenapa juga ia bisa berteman dengan makhluk bentukan seperti Axelle ini. Sudah banyak drama, tukang merayu tetapi beruntung tampan. Amber tidak menghiraukannya dan lanjut pergi ke kamar Celine. Dia sengaja menutup pintu kamar itu dengan keras.

Selepas kedua gadis itu masuk ke kamar, Axelle tertawa pelan. Kedua kakinya ia letakkan di atas meja dan membayangkan apa yang akan terjadi nanti jika rencananya ia jalankan. 'Hari itu akan tiba, Giovanni. Gadismu akan menjadi gadisku! Berpikirlah mulai dari sekarang untuk melindungi gadismu itu, tapi ... Ck ck ck, melindungi dariku? Aku? Konyol!'

Tiba pada saat malam hari. Amber terlihat resah di dalam kamarnya. Ia sudah berpakaian rapi untuk pergi ke cafe, tapi dia belum siap untuk bertemu dengan Giovanni. Gadis itu terus saja melirik jam yang kurang lima belas menit lagi adalah waktunya untuk berangkat ke tempat itu.

Amber sudah mengambil keputusan. Ia akan pergi ke sana, tapi tidak akan bicara sedikit pun pada Giovanni. Amber bergegas pergi dari rumahnya tak lupa mengunci pintu rumah tersebut. Dia sengaja berjalan pelan agar tidak cepat sampai di sana.

Sesampainya dirinya di cafe, ternyata cafe itu sudah cukup ramai oleh pelanggan. Matanya melihat parkiran mobil dan di sana sudah ada mobil Giovanni. Amber mengambil nafas dalam-dalam sebelum memasuki cafe itu. Dia baru masuk dan salah satu karyawan menyapanya. Amber balas menyapa karyawan wanita itu yang bekerja sebagai kasir.

Kakinya mulai melangkah ke ruangan bosnya. Dia berhenti sejenak di depan pintu ruangan itu. Dia membuka perlahan pintu ruangan tersebut, akan tetapi suatu pemandangan yang membuatnya sesak dan air mata langsung meluncur begitu saja melewati pipinya.

Amber tak salah lihat, pemandangan itu jelas terpampang di depannya. Giovanni duduk di kursinya dan berciuman dengan seorang gadis yang ada di pangkuannya. Bahkan terlihat sekali Giovanni menikmati ciuman itu.

Amber tidak tahan lagi, gadis itu menutup pintu dengan keras dan berlari keluar cafe dengan berderai air mata. Banyak mata yang memandang aneh padanya dan ada juga yang saling berbisik.

Amber berlari tanpa arah. Pandangannya pun tertutupi oleh air matanya. Tiba-tiba tangannya ditarik seseorang dan wajahnya menubruk dada bidang orang itu. Amber menghapus air mata yang menghalanginya, ketika tahu siapa orang itu, Amber mencoba berontak dari pelukannya.

"LEPASKAN AKU! TOLO--- ...!"

Giovanni membungkam mulut Amber dengan ciuman dalamnya yang cukup lama. Amber membulatkan matanya ketika mulutnya tiba-tiba disambar oleh orang yang memeluknya ini. Ciuman sedikit panas terjadi beberapa menit, namun berhasil membuat Amber kehabisan nafas.

Giovanni baru tersadar dengan perbuatannya, langsung melepas pangutan bibirnya. Dia menatap wajah Amber yang sudah sangat memerah itu. Amber mencoba menghirup banyak oksigen dan mengelap kasar bibirnya.

Giovanni menarik tangan Amber dan menguncinya. Amber menatapnya dengan marah, tapi justru dirinya malah tersenyum. Senyum yang membuat Amber muak untuk melihatnya.

"Kau cemburu?" Amber tidak ada niatan untuk menjawab pertanyaan dari Giovanni. Giovanni gemas oleh gadis itu, Mengacak-acak rambut yang sudah susah payah Amber tata rapi. Amber melotot kesal padanya.

"Kau masih cantik meskipun rambutmu seperti ini. Aku bertanya padamu, apa kau cemburu melihatku dengan wanita tadi?"

"Tidak."

"Sungguh?

" Ya."

"Baiklah, aku akan melanjutkannya kalau begitu."

Giovanni sengaja melepaskan pelukannya dan berbalik berpura-pura akan menemui wanita itu. Tidak tahu mengapa Amber menarik kemeja belakangnya. Amber sendiripun terheran. "Jangan pergi!"

Dan, berhasil. Giovanni berbalik sangat cepat sebelum Amber sadari. Dia langsung menggendong Amber ala bridal style dan berlari juga sesekali berputar membuat Amber berteriak kencang. Dia mengalungkan lengannya pada leher Giovanni.

Mereka memasuki cafe dan menjadi pusat perhatian. Bahkan salah satu karyawannya yang sedang menuangkan kopi ke salah satu cangkir menjadi fokus kepada dua orang tersebut sampai-sampai kopinya tumpah dan mengenai kakinya. Barulah ia tersadar dan merintih keras. Sekarang semua mata tertuju pada pelayan tadi yang melompat-lompat kepanasan.

Semua pengunjung menertawakan tingkahnya tidak terkecuali Amber dan Giovanni. Giovanni menatap Amber yang berada digendongnya yang sedang tertawa lepas, dia pun tersenyum.

Giovanni melanjutkan langkah menuju ruangannya. Dia membuka pintu dan menutup pintu itu dengan kakinya. Mata mereka saling terkunci satu sama lain. Giovanni membaringkan tubuh Amber di salah satu sofa panjang yang ada di sana. Giovanni memposisikan dirinya di atas tubuh Amber.

Amber mengelus rahang lalu turun ke dada Giovanni. Terdengar erangan tertahan dari Giovanni, pria itu memejamkan matanya. Dia mengambil tangan Amber yang bebas menjelajahi tubuhnya lalu menciumnya menyeluruh.

Wajah Giovanni mendekat padanya. Hidung mereka pun sudah saling bersentuhan. Giovanni memiringkan kepalanya dan matanya fokus ke bibir pink Amber yang menggoda. Amber sendiri sudah memejamkan matanya menunggu tindakan Giovanni selanjutnya, tapi...

"Aduh!"

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now