Satu sisi ia senang karena ada Susan yang membantunya. Disisi lain kadang gak tega.

Terkadang dia kesel temen-temennya susah diminta untuk bayar iuran kas. Tapi dia juga tau kalo remaja seperti mereka emang lagi masa boros-borosnya.

Lioni menutup bukunya begitu kegiatan mengumpulkan uang itu selesai.

Ia mulai membuka buku catatannya memeriksa pelajaran sebelumnya. Walau kondisi kelas berisik begini, ia masih bisa fokus.

Dan beginilah Lioni, cewek cantik yang baik dan lembut. Pintar dan tidak pelit.

Hal yang membuat teman-teman cowok dikelasnya begitu posesif dan berusaha menjauhkannya dari seorang Susan Vanila yang merupakan kebalikannya.

Tapi meskipun begitu, Lioni nyaman saja. Ia tetap dekat dengan Susan, juga tak pelit pada teman-temannya yang lain.

Seolah pengaruh dan hasutan Susan selama ini sama sekali tak mempan padanya.

*****

"Ren nanti rapat MPK, ya?"

Rendi yang tengah sibuk mencoret-coret dibukunya itu pun mengangguk.

Lioni menopang dagunya memerhatikan gambar yang Rendi buat.

"Lo jago gambar ya, Ren??"

"Bukan jago, tapi bisa," jawab Rendi.

Haechan yang duduk disamping kiri Rendi langsung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ini jawaban orang yang pengen merendah untuk melangit!" Katanya membuat Rendi mencibir.

"Kenapa? Bundahara mau minta digambarin??" Tanya Yaya.

Rendi menoleh, ia menatap Lioni serius. "Gambar masa depan bareng gue aja, mau?" Ucapnya yang membuat teman-temannya langsung bersorak.

Untung saat itu Susan gak ada. Kalo ada, pasti abis si Rendi dapet caci maki!

"Hadoh, hadoh.. Arjuna mulai mengeluarkan panah asmara nya!!" Seru Yujin.

"Susan mana? Susan mana? Suruh dia lindungi Bundahara kita. Ternyata wakil ketua pun sama buayanya!" Kata Karina heboh.

"Cih, harusnya tuh cowok-cowok yang ngelindungin Lioni biar gak ketularan cerewetnya anak cewek dikelas ini!" Sahut Haechan.

"Gak, gak!! Lioni itu cewek, jadi Lioni disisi kita!!" Sewot Wita.

"Eh, Lioni adalah Bundahara nya anak cowok! Jadi Lioni disisi kita!" Balas Yaya tak mau kalah.

"Bisa gak sih gak usah berisik kaya anjing?!" Umpat Galih.

Yaya sontak mengulum bibirnya. "Lo tadi pagi sarapan apa sih, Lat? Jam segini udah ngegas."

"Iya, harusnya lo tuh belain kita sebagai sesama kaum Adam!"

Galih hanya mengeluarkan tatapan suntuk dan datar khas nya. Si jangkung itu memang tidak banyak omong, hanya saja sekali mengeluarkan suara orang yang dikatainya bisa sampai menangis.

Galih yang kasar, dan itu bukan rahasia lagi. Cowok itu hanya akan bersikap sopan pada orang-orang tertentu seperti orang tua ataupun guru.

Lioni memijat kepalanya yang terasa pusing. Ia bingung, antara harus bersyukur atau menangis karena terjebak di kumpulan orang-orang freak ini.

"Iya, demi kesejahteraan kaum cowok! Lioni harus diselamatkan dari virus cewek dikelas ini!" Ujar Yaya penuh tekad.

"Apalagi Susan!!" Seru Haechan.

"Hm, terutama Susan!" Ia mengangguk setuju.

"Dan Lioni harus dijauhkan dari buaya yang lepas dari kandang macam kalian!"

Suara itu membuat trio kompor memutar kepala mereka. Ada Susan yang berdiri didepan pintu dengan tangan menyilang didepan dada.

Lioni yang melihat kehadiran temannya itu hanya bisa tersenyum miris.

Gak mungkin cepet kelar masalahnya kalo Susan udah dikelas ini mah.

*****

"Oke, sekian rapat kita hari ini. Buat kelas sepuluh usahakan program tadi udah terstruktur," kata Ketua OSIS yang merupakan pemimpin rapat siang itu.

Semuanya mengangguk, setelah kegiatan ditutup dengan doa. Semuanya meninggalkan ruangan.

"Balik sendiri, Ni?" Tanya Mark yang merupakan ketua kelas X-3.

"Mungkin naik Go jek sih."

"Bareng aja, kan searah. Hari ini Kak Wendy juga gak balik sama gue," ajak Mark.

Lioni berpikir sebentar sebelum kemudian memilih mengangguk. Mark merupakan teman gerejanya.

Jadi mereka sudah sedikit akrab, Mark juga sudah seperti saudaranya karena cowok itu tak pernah sungkan untuk membantunya.

Saat berjalan menuju parkiran, mata Lioni menangkap sebuah pemandangan.

Lioni mengernyit, itu kok mirip Susan ya? Tapi kok dia sama Kak Sean. Apa Susan dan Ketua PD disekolahnya itu punya hubungan??

"Ni! Kok bengong, ayo keburu sore!" Seru Mark yang ternyata sudah sampai di motornya.

Lioni mengangguk, ia sempat menoleh lagi kearah tadi. Tapi ternyata mobil Sean sudah keluar meninggalkan area parkir sekolah. Menghela nafas, Lioni memilih melajukan kakinya.

"Gue gak ada helm, lewat jalan tikus gak papa, ya?" Tanya Mark.

"Mampir Starbucks ya, Mark."

"Hm, ntar gue bayarin."

"Ih, gak usah. Ngerepotin!"

"Gak papa, itung-itung karena lo udah kerja keras nagih kas dikelas yang gue sendiri gak ngerti gimana ngaturnya itu."

Lioni terkekeh mendengar ucapan ketua kelasnya itu. "Mereka niru ketuanya kali!" Godanya.

"Hm, ketua yang keren dan ganteng," sahut Mark percaya diri.

Lioni mendelik. "Dih, lo tuh mirip mirip boneka dash board gue noh! Angguk-angguk doang kerjanya!"

Mark mengumpat. "Gue turunin dikolong jembatan mampus lo!" Ancamnya.

"Tapi beneran Mark, kata Susan aja lo kaya bertukar peran sama Rendi."

"Ya makanya lo gak usah deket-deket Susan mulu! Gue yang repot kalo kelas ribut mulu!"

Dan Lioni hanya bisa tertawa kecil mendengar gerutuan ketua kelasnya tersebut.






*****








Hai, guysss!!!


















Udah, cuma mau nyapa aja.










Salam

susantiakt.

Cinderella WishesWhere stories live. Discover now