1

113 12 1
                                    

Arselino Revandra.

Bukan tidak mungkin, ia bisa memiliki segalanya.
Memiliki wajah seperti bintang film ternama, memiliki harta yang sangat lebih dari kata cukup, memiliki keluarga yang harmonis, serta memiliki kepandaian yang sungguh luar biasa.

Ya, banyak sekali yang iri kepadanya.
Namun tak ada yang bisa melawannya, karena mereka juga sadar bahwa benar Revandra memang pantas memiliki segalanya.

Namun siapa sangka, dibalik semua yang telah Revandra miliki ia adalah seorang lelaki yang tak tersentuh oleh wanita manapun.

Revandra selalu bersikap dingin kepada semua wanita di sekolah ataupun di luar sekolah yang ingin mendekatinya. Kecuali Bunda dan adiknya tentu saja.

"Bun, Revan lanjut latihan basket pulang sekolah. Bunda bisa minta antar Pak Joni dulu ke toko bunga nya ya ?" Ucap Revan

"Anak Bunda selalu saja sibuk dengan latihan basketnya." Ucap Bunda dengan wajah cemberut

Revan berjalan mendekati Bunda nya yang duduk di sofa ruang keluarga.

"Bunda, Revan kan minggu depan ada tournamen antar sekolah. Revan janji, lain waktu Revan yang antar. Kali ini ijin ya Bunda."

"Iya udah deh, Bunda sama Pak Joni aja. Beneran loh ya Kak besok - besok sama Kakak." Ucap Bunda sembari menatap Revan

"Iyaa, Revan janji Bunda. Yaudah, Revan berangkat dulu ya Bun, nanti telat." Ucap Revan sebelum menyalami Bunda nya

"Hati - hati, jangan ngebut ngebut yaa Kak."

Revan mengangguk sebelum keluar dari rumahnya.

"Kakak, Bunda lupa kasih tau. Setelah latihan langsung pulang, Papa pulang malam ini." Ucap Bunda menyusul Revan yang memanasi motornya di garasi

"Siap Bunda. Revan jalan dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Perjalanan dari rumah ke sekolah tidak memakan banyak waktu, cukup 25 menit sudah sampai.

"Tumbenan kesiangan ?" Tanya Bobi pada Revan

"Masih ngobrol sama Bunda tadi."

"Van, fans lo tuh nungguin daritadi." Ucap Mahen teman Revan yang lainnya

Revan memiliki 5 orang sahabat.
Arya, Bobi, Mahen, Bams dan Billy.

"Woi, fans lo tuh kasian." Tegur Billy yang melihat Revan hanya diam saja

"Biarin, gw mau ke kelas." Ucap Revan

Pemandangan yang sudah biasa teman - temannya lihat di pagi hari.
Akan ada banyak siswi yang menunggu Revan di parkiran dan seperti biasa, Revan terlihat tidak peduli dan tidak sedikitpun meliriknya.

"Ditungguin tu anak malah main masuk aja." Ucap Bams

"Yok lah masuk kelas, gw gak mau kena hukuman lagi dari Bu Ayu." Ucap Billy

Akhirnya, mereka pun menyusul Revan menuju kelasnya.

Saat sedang berjalan di lorong, mereka berpapasan dengan Anindya, Riana dan Ajeng.

"Pagi cantik." Sapa Mahen pada Riana

Riana dan teman - temannya memutar bola mata dengan jengah.

"Surem banget pagi gw udah ketemu sama lo." Ucap Riana

"Gak boleh gitu dong cantik, ini namanya rejeki."

"Ya buat lo rejeki, buat gw bencana. Minggir cewe cantik mau lewat." Ucap Riana dengan ketus

"Sekali - kali, damai kenapa si lo berdua." Ucap Anin

"Males banget gw." Ucap Raina dan berjalan meninggalkan kedua temannya

"Bilangin Raina jangan galak - galak dong Nin ke gw nya." Ucap Mahen pada Anin

"Bilang aja sendiri. Awas." Ucap Anin sembari menarik tangan Ajeng yang sedang main lirik - lirikan dengan Bams

"Mereka se geng emang sama semua deh perasaan Hen." Ucap Bobi

"Kecuali Ajeng." Jawab Bams

Billy menoyor kepala Bams kesal karena temannya itu gak berani ngungkapin perasaannya ke Ajeng kalo emang beneran suka.

Setelah ribut kecil, mereka bergegas menuju kelasnya sebelum Bu Ayu masuk tentunya.

***

"Lo tu ya Jeng, kalo ketemu Bams kenapa lirik - lirikan mulu sih ?" Tanya Anin

"Ya kan mereka lagi pdkt an Nin." Jawab Raina

Yapp mereka saat ini ada di kelas, dan sudah lewat 5 menit guru masih belum masuk kelas.

"Udah deh, kalian gak usah galak - galak sama mereka." Ucap Ajeng

"Ilfeel gw Jeng sama yang namanya Mahen itu tau nggak ?"

"Tiati." Ucap Anin

"Gausah ngarang deh Nin. Lo mau bilang benci jadi cinta kan ?" Tebak Raina

"Perasaan, gw cuman bilang tiati doang deh. Kalo lo nya kelewat paham maksud gw ya syukur deh, biar gw ga usah jelasin panjang kali lebar." Ucap Anin

"Dah kayak cerita - cerita yang gw baca, biasanya kan gitu." Ucap Ajeng

Anin menjentikkan jarinya tanda setuju dengan ucapan Ajeng.

"Mending gw pikir - pikir lagi deh kalo mau deket sama dia." Ucap Raina

Anin dan Ajeng yang mendengarnya langsung tatap - tatapan.

"Pagi murid - murid."
Guru sudah masuk kelas, dan mereka berhenti berbicara

***

"Temen - temen, Bu Ayu hari ini ada rapat ke sekolah lain. Jadi hari ini kita free." Ucap ketua kelas

Sontak suasana di dalam kelas menjadi ramai.
Tak terkecuali Revan dan teman - temannya.

"Kantin buru !" Ajak Bobi

"Jam segini kantin masih dikit yang buka." Ucap Billy

"Nongkrong sana, sekalian nunggu kantin buka semua. Lagian di kelas bosen gw." Ucap Bams

"Gas lah." Ucap Revan menyetujui

Mereka berlima pun menuju kantin.

"Lahh tu Bu Jendral buka, untung kita kesini." Ucap Bobi setibanya di kantin dan melihat kios langganannya sudah buka

"Tumben pagi buk ?" Tanya Revan

"Iya, kebetulan anak ibuk mau berangkat kerja nya pagi. Jadi sekalian ibuk ikut pagi juga." Jawab Bu Jendral

Ya murid - murid disini memanggilnya Bu Jendral, karena kios nya diberi nama demikian.

"Buk, Aqua botolnya 1 dong." Ucap seorang wanita yang ternyata Anindya

"Ehh si cantik." Ucap Bobi

Revan menyenggol tangan Bobi yang duduk disebelahnya.

"Jangan mulai, masih pagi." Ucap Revan

Bobi mencebikkan bibir nya pada Revan.
Dan Revan membalas dengan delikan tajamnya, sehingga Bobi hanya bisa pasrah diam.

"Kok kelihatannya buru - buru Nin ?" Tanya Bu Jendral pada Anin

Ya hampir seluruh murid - murid dan warga sekolah di SMA Pelita memang mengenalnya. Cantik, pintar dan baik hati. Galak hanya kepada orang - orang tertentu saja.

"Iya buk, temen saya keselek permen. Kembaliannya ambil aja deh buk. Anin balik kelas dulu." Ucap Anin sambil menyerahkan uang 5000 dan lanjut berlari meninggalkan area kantin

"Wes ayu, apik an maneh wong e."

"Calonnya Revan buk." Ucap Billy sambil menatap Revan jail















NEXT ?

RevandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang