"gini, bun?" tanya Nina dan Ai menganggukkan kepalanya

Ai melanjutkan menghaluskan bumbu untuk ayam. Beberapa menit berikutnya, bumbu sudah halus bertepatan dengan Nina yang sudah selesai memasukkan semua sayur ke dalam panci.

"Nina potong sosis dan baksonya ya. Ukurannya kecil - kecil aja, kayak ukuran wortel!" pinta Ai

"okay bun," jawab Nina yang sekarang sedang berkutat dengan telanan, pisau, sosis dan bakso

"hati - hati pakai pisaunya, sayang!" Ai memperingati dan dibalas Nina dengan memberikan tanda 'OKAY' menggunakan jarinya

Setelah Ai membaluri ayam dengan bumbu yang dibuat tadi, dia mendiamkannya agar bumbu meresap ke dalam ayam. Kemudian Ai beralih ke soup yang berada di kompor. Ai mencicip rasa kuah dan kemudian dia menambahkan beberapa bumbu ke dalamnya. Saat dia mengadunya, Ai kembali teringat ucapan dokter yang pernah dia temui.

Flashback on

"sebenarnya ada cara agar anda bisa hamil dan memiliki anak. Tapi sebelumnya, anda dan suami harus menjalani pemeriksaan terkait organ reproduksi. Hal itu dilakukan untuk mengecek, apakah ada masalah lainnya, seperti keadaan ovarium, keadaan rahim anda, kualitas sperma suami anda dan lainnya." dr. Rita menjelaskan

"jika kita sudah melakukan pemeriksaan, setelah itu, kita baru bisa memberikan saran untuk anda dan suami untuk melakukan program kehamilan." lanjut dr. Rita

Flashback off

Mengingat ucapan dokter yang memberikan harapan, sebenarnya membuat Ai merasa sedikit senang. Tapi itu hanyalah sebuah harapan semata, karena pada kenyataannya, suaminya itu tidak mengharapkan anak dari rahimnya. Mengingat semua itu, membuat Ai kembali menangis tanpa sadar. Dan kali ini, Nina yang sudah selesai memotong sosis dan bakso menjadi potongan kecil, mengetahui bahwa bundanya itu menangis tanpa suara.

"bun...bunda?" panggil Nina saat tahu bundanya iti menangis

Merasa bundanya tidak meresponnya, Nina kembali memanggilnya dengan suara lebih keras dari tadi, "bunda… bunda…"

Nina bertambah khawatir karena sang bunda tidak juga bergerak dan merespon panggilnya. Akhirnya Nina menyentuh bahu sang bunda, "bunda… bunda.."

Ai tersadar dari lamunannya karena ada yang menyentuhnya. Dia terkejut dan melihat Nina sudah berada di sampingnya dengan tatapan takut. Ai tersenyum menatap sang putri.

"bunda kenapa?" tanya Nina yang terdengar khawatir

"bunda tidak apa-apa, sayang," jawab Ai sambil menyentuh bahu sang putri dan tersenyum agar putrinya tidak khawatir

"tapi kenapa bunda menangis?" Ai terkejut saat Nina mengusap pipinya yang ternyata sudah basah. Dia tidak tahu jika dirinya telah menangis.

Merasa bundanya hanya diam saja, Nina pun berkata, "bunda jangan nangis!" Ai langsung memeluk sang putri dan air matanya menetes kembali.

"bunda menangis bahagia, karena bunda punya putri cantik dan pintar seperti Nina. Meskipun Nina bukan putri bunda yang lahir dari rahim bunda, bunda tetep sayang sama Nina," Ai tidak bisa menyembunyikan lagi air matanya. Dia memeluk Nina dengan air mata yang sudah keluar begitu saja.

"Nina tahu kalo bunda sayang sama Nina," kata Nina yang juga berkata dengan air mata yang sudah keluar tanda ijin

Ai melepas pelukannya dan menatap putrinya itu yang juga ikut menangis dan Nina berkata kepada sang bunda dengan nada perintah, "pokoknya bunda harus tetep sayang sama Nina kalo nantinya bunda punya anak yang lahir dari rahim bunda, ya!"

Ai menganggukkan kepalanya dan air mata nya kembali keluar saat mendengar permintaan Nina, "pasti! Pasti bunda akan tetep sayang sama Nina. Kan nantinya, Nina akan jadi kakak yang baik buat adek - adek!"

Mereka berdua berpelukan cukup lama sampai sebuah suara menyadarkan mereka, bahwa soup nya sudah mendidih.

"kuah sop nya udah mau tumpah, bunda," kata Nina dan mereka berdua melepas pelukannya

"iya, sampai lupa kalo masih masak," jawab Ai sambil berjalan ke arah kompor

"tolong sosis dan bakso nya bawa sini, sayang!" perintah Ai dan Nina memberikan bakso dan sosis yang tadi sudah dipotong

"terus ayamnya gimana, bun?" tanya Nina ketika Ai baru saja memasukkan sosis dan bakso ke dalam panci

"biarin dulu aja, sayang! Biar bumbunya meresap!" kata Ai sambil berjalan menuju wastafel dengan membawa perabot dapur yang kotor

Nina menganggukkan kepalanya dan melihat Ai, "bunda ngapain?"

"bunda mau cuci ini," kata Ai yang sedang mencampur sabun dengan air, "Nina lihat sayurnya aja! Nanti kalau airnya sudah mendidih, kompornya langsung matiin aja!"

"okay, bun," Nina berjalan di dekat kompor dan Ai melanjutkan mencuci perabot dapur

Tak berapa lama, sop nya sudah mendidih, "bun, airnya udah mendidih nih. Dimatiin sekarang kompornya?"

Ai yang baru saja mau membilas perabot dapur, terhenti dan melihat ke arah panci yang ada di kompor, "dimatikan saja!" perintah Ai

Nina langsung mematikan kompor, "udah aku matiin, bun. Ayamnya kapan gorengnya?" tanya Nina

"nanti biar digoreng sama bibi aja. Biar nanti masih hangat waktu mau dimakan," Ai menjawab sambil membilas satu persatu panci

"okay bun," Nina menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju tempat Ai mencuci perabot dapur, "Nina bantu, bun!"

Mendengar ucapan Nina, Ai tersenyum senang. Ternyata putri Daaniyaal, sudah mulai menerima kehadiran dirinya sebagai ibu pengganti. Ai senang karena Nina sangat baik kepadanya.

"pintarnya, putri bunda!" puji Ai dan mengelus bahu Nina dengan lembut dan perasaan sayang














🌹🌹🌹🌹🌹












Enough for today

Please waiting for the next update in the next Saturday 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now