Daaniyaal's Angry (2)

Start from the beginning
                                    

"mungkin bunda ada di kamar," gumam Nina dan dia berjalan menuju lantai dua

Nina berjalan menuju kamar orang tuanya yang berada di sebelah kamar Dion. Nina mengetuk pintu itu. Namun tidak ada sahutan. Dia tetap mengetuk pintu sampai tiga kami, tetapi tetap tidak ada sahutan. Kemudian dia mencoba membuka pintu itu. Ternyata kamarnya tidak dikunci.

"kok ngga ada orang sih," kata Nina saat melihat kamar orang tuanya dan ternyata kamar tersebut kosong dan dalam keadaan rapi

Nina berjalan menuju ruangan yang berada di samping kamar Dion, yaitu ruang kerja sang papa. Nina mengetuk pintu itu dan langsung mendapat sahutan dari seseorang yang berada di dalam ruang tersebut. Nina membuka pintu ruangan itu dna melihat papa nya yang terlihat sibuk dengan beberapa lembar kertas di meja kerjanya.

"ada apa Nina?" tanya sang papa ketika Nina berjalan mendekati meja kerjanya

"bunda mana, pa?" tanya Nina yang sudah berdiri di depan meja kerja papa nya

Daaniyaal menatap putri cantiknya itu dan dibalas senyum oleh sang putri, "bukannya bunda ada di bawah? Dari tadi papa disini setelah sarapan."

Nina menganggukkan kepalanya, "okay, pa. Nina ke bawah lagi aja, buat cari bunda."

Langkah Nina terhenti oleh pertanyaan sang papa ketika dia hampir mendekati pintu ruangan, "memang ada apa kamu cari bunda?“

Nina membalikkan tubuhnya menghadap papa nya yang sekarang menatap dirinya, "bunda udah janji mau ajarin Nina buat menyetrika baju. Mumpung Nina sekarang lagi libur, jadi mau belajar hari ini hihi…." kata Nina sambil nyengir

"ya sudah. Papa lanjutin kerjanya! Nina mau cari bunda dulu," lanjut Nina dan dia segera keluar dari ruang kerja papa nya itu

"harusnya hari ini aku bisa mengajak mereka untuk berlibur atau jalan - jalan," gumam Daaniyaal

Daaniyaal menghela nafasnya sambil memijit pelipisnya karena merasa pusing. Kesibukan di hari libur ini tidak bisa mengurangi pekerjaannya. Padahal hari ini adalah kesempatan dirinya dan anak - anaknya untuk bersantai dan menikmati kebersamaan. Tetapi hal itu hanyalah harapan semata, karena nyatanya dia malah masih disibukkan dengan urusan pekerjaan.

Hari sudah menunjukkan gelapnya malam, yang dihiasi oleh cahaya alam seperti bulan dan bintang. Tidak ketinggalan juga cahaya yang lampu yang menerangi jalan. Kesunyian tercipta dan hanya ada suara - suara binatang kecil seperti kumbang dan sebagainya, yang meramaikan suasana malam yang sepi.

Daaniyaal sudah berada di dalam kamarnya. Dia sedang menikmati waktu santainya dengan duduk menyandarkan punggungnya di kepala ranjang. Dari pagi sampai menjelang malam, dia menghabiskan waktunya di ruang kerja. Dia hanya akan keluar dari ruangan tersebut untuk sekedar makan dan melakukan shalat.

Tadi pagi, Daaniyaal baru saja keluar kamarnya setelah selesai mandi dan berpakaian. Dia mendapati sang istri sudah tidak ada ketika dia bangun tidur. Memang itu adalah kebiasaan sang istri, setelah melakukan shalat shubuh, dia pasti akan melakukan pekerjaan rumah. Berbeda dengan Daaniyaal. Dia akan melanjutkan tidurnya selama setengah jam.

Daaniyaal berjalan menuju ruang kerjanya yang berada di depan tangga. Namun langkahnya terhenti ketika dia melihat sang putri yang berjalan menuju dapur sambil membawa keranjang penuh dengan baju. Kemudian dia melanjutkan langkahnya, tetapi terhenti ketika mendengar putrinya yang berbicara dengan bibi.

"non Nina kenapa bawa keranjang baju kotor?" suara bibi bertanya

"Nina mau cuci baju ini, bi," jawab

"biar saya saja, Non yang cuci baju!" kata bibi

"ngga usah bi, biar Nina aja. Sekalian belajar cuci," suara Nina menolak

"tapi, Non. Nanti tuan marah sama saya karena Non Nina cuci baju sendiri," kata bibi dengan nada khawatir

"okay lah bi. Kalo gitu ini bibi aja yang cuci!" Nina memberikan keranjangnya kepada bibi

"siap Nona. Terimakasih," jawab bibi dengan nada senang

"yang lain mana bi? Udah pada sarapan ya?" tanya Nina dan terdengar suara kursi yang digeser

"belum Non. Tadi Nyonya ke atas untuk memandikan den Dion setelah cuci baju. Tuan dan den Nino belum turun dari tadi," jawab bibi

Daaniyaal melihat putrinya, Nina berjalan menuju tangga, kemudian dia segera memasuki ruang kerjanya sebelum terlihat oleh Nina. Daaniyaal berjalan menuju meja kerjanya. Mendengar percakapan putrinya tadi, membuatnya sedikit emosi.

"bagaimana bisa, wanita yang dinikahinya menyuruh putrinya untuk melakukan pekerjaan rumah?" kata sambil menahan marah dan mengepalkan tangannya


Pintu kamar terbuka dan memperlihatkan seorang wanita berhijab instan berwarna coklat susu. Daaniyaal membuka matanya saat mendengar suara pintu terbuka. Wanita itu tersenyum ketika Daaniyaal menatapnya saat dia berjalan menuju ranjang.

"mengapa kamu menjanjikan Nina untuk mengajarinya menyetrika baju?" tanya Daaniyaal ketika melihat wanita itu duduk di ranjang

Wanita itu menoleh kepada Daaniyaal. Belum sempat wanita itu menjawab, Daaniyaal bertanya lagi dan sekarang dengan nada suara yang terdengar menahan marah, "kenapa kamu meminta Nina untuk mencuci bajunya sendiri?“

"aku …" Ai berkata namun terhenti karena sudah dipotong oleh Daaniyaal, sang suami

"aku mempekerjakan bibi, untuk mengurus rumah. Aku membayar nya juga untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Aku menikahimu juga untuk memberinya kasih sayang sebagai ibu, bukan malah menyuruhnya melakukan pekerjaan rumah," Daaniyaal berkata dengan nada dingin dan menekan setiap kata yang diucapkannya

"kamu hanya ibu sambungnya. Jadi jangan pernah menyuruh putriku atau anak - anakku untuk melakukan pekerjaan rumah!" Ai terkejut mendengar perintah Daaniyaal

"kamu hanya ibu sambungnya.."

Ucapan Daaniyaal yang baru saja didengar, terngiang di kepalanya. Meskipun sekarang Daaniyaal sudah berbaring memunggungi dirinya dan dirinya sudah berbaring di samping sang suami, kata - kata itu terus terngiang di kepala dan indera pendengarannya.

"apa yang kamu harapkan Ai. Dari awal memang status dirimu hanyalah seorang wanita yang dinikahi sebagai pengganti ibu kandung dari anak - anaknya. Kamu tidak akan pernah dianggap sebagai istrinya. Kamu seharusnya sadar diri," lirih Ai dalam hati dan dia juga tidur memunggungi sang suami, karena dia tidak mau sang suami tahu bahwa dia menangis
















🌹🌹🌹🌹🌹
















Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now