"nah, Penurunan jumlah sel telur ini biasanya dimulai pada usia 32 tahun dan terjadi penurunan secara perlahan setelah usia 37 tahun. Pada usia inilah, tingkat kesuburan pada wanita dapat dikatakan mulai menurun," mendengar perkataan dr. Rita, Ai mulai menyadari usianya. Dia rasanya ingin menangis setelah mendengar penjelasan dokter perempuan itu.

"jadi, saya tidak bisa mempunyai anak, dok?" tenggorokan Ai terasa kering saat menanyakan pertanyaan menakutkan itu

"sebenarnya ada cara agar anda bisa hamil dan memiliki anak. Tapi sebelumnya, anda dan suami harus menjalani pemeriksaan terkait organ reproduksi. Hal itu dilakukan untuk mengecek, apakah ada masalah lainnya, seperti keadaan ovarium, keadaan rahim anda, kualitas sperma suami anda dan lainnya." dr. Rita menjelaskan

"jika kita sudah melakukan pemeriksaan, setelah itu, kita baru bisa memberikan saran untuk anda dan suami untuk melakukan program kehamilan." lanjut dr. Rita

Ai hanya bisa menganggukkan kepalanya. Mendengar apa yang dikatakan oleh dokter di depannya, membuatnya kehilangan semangat. Ditambah lagi, mengingat ucapan suaminya dulu. Ai ingin menangis rasanya. Dia sudah tidak tahu lagi, apa yang harus dia lakukan.

"baik, dok. Saya akan datang kembali bersama suami saya," kata Ai sambil menampilkan senyum yang dia paksakan

"tetap semangat ya, bu Alaika. Jika kita berusaha, Allah pasti akan memberi kemudahan," kata dokter cantik berhijab, memberikan semangat untuk Ai

"Aamiin Aamiin Aamiin. Terima kasih, dok," kata Ai sambil menganggukkan kepalanya dan dia beranjak dari duduknya lalu berjalan keluar ruangan itu dengan pikiran kosong dan bingung

(info di atas, dapat dari internet ya. Cuman lupa alamat web nya hihi...)

"bunda? Bun…bunda,“ Nino memanggil bundanya berulang kali

Akhirnya Nino berjalan mendekati sang bunda yang sedang termenung di depan meja rias. Nino yang sedang menendang Dion kecil, menyentuh bahu sang bunda dengan tangannya yang bebas. Merasa ada yang menyentuhnya, Ai terkejut dan menoleh di sampingnya. Terlihat laki-laki menggendong bayi berdiri di sampingnya.

"bunda kenapa?" Ai tersadar dan dia menatap anak laki-laki di sampingnya

"nda.." suara bayi memanggil Ai

Bayi itu mengulurkan tangannya ke arah Ai, tanda dia ingin berada di gendongan Ai. Melihat itu, Ai langsung membawa Dion kecil ke pangkuannya. Ai menciumi bayi kecil itu dengan perasaan senang bercampur sedih. Tanpa sadar, Ai juga menangis sambil memeluk Dion kecil.

"bunda kenapa? Kok nangis? Bunda sakit?" terdengar suara yang mengandung kekhawatiran berasal dari Nino

Ai hanya menggelengkan kepalanya. Dia tetap diam dan memeluk si kecil Dion. Air matanya bertambah banyak. Menandakan bahwa, Ai sudah tidak bisa menahan kesedihannya. Karena dari tadi dia sudah menahan untuk menangis.

"nda ngis?" suara anak kecil bertanya (bunda menangis?)

Ai tidak menghiraukan suara anak kecil itu. Dia tetap memeluk si kecil. Saat tangan si kecil menyentuh pipinya, tangan itu mengusap air mata di pipi bundanya.

"angan ngis nda!" ucapan si kecil membuat Ai tersadar bahwa dia menangis (jangan menangis bunda!)

"iya, bunda. Bunda kenapa menangis?" sekarang suara Nino yang terdengar di telinga Ai

"bunda tidak apa-apa sayang. Bunda cuci muka dulu ya. Abis itu kita makan, sudah waktunya makan," kata Ai

Ai memberikan Dion ke Nino dan dia pergi menuju kamar mandi yang berada di kamar itu. Ai melepas kerudungnya dan mulai membasuh wajahnya yang basah karena air mata. Ai melihat wajahnya di cermin kamar mandi.

"semangat Ai! Pasti ada hikmah dibalik ini semua. Allah pasti punya alasan terbaik untuk ini semua," kata Ai menyemangati dirinya sendiri

"tersenyumlah, Ai!" lanjutnya

Sekarang Daaniyaal dan keluarganya berkumpul di meja makan. Mereka sedang makan malam bersama. Daaniyaal yang memang pulang hari ini. Dia baru saja tiba di rumah dan langsung makan malam bersama. Suasana makan saat ini terasa sepi. Hanya ada sendok dan garpu serta piring yang saling beradu. Biasanya, Ai akan bertanya tentang sekolah anak - anaknya. Ai juga akan bercerita tentang perkembangan si Dion kecil. Ai juga akan bertanya tentang pekerjaan Daaniyaal.

Daaniyaal melirik Ai selama makan malam berlangsung. Istrinya itu terlihat melamun dan tidak banyak bicara. Jika diajak bicara, dia terlihat terkejut dan linglung. Ekspresinya juga terlihat sedih dan tidak bersemangat. Hal itu membuat Daaniyaal bingung sekaligus khawatir.

"mas, aku bawa Dion ke kamar, ya. Sepertinya dia mengantuk," pamit Ai kepada Dion

Daaniyaal hanya menganggukkan kepalanya. Selanjutnya, Ai langsung berjalan membawa Dion. Dia melangkahkan kakinya menaiki tangga untuk ke kamar Dion. Nina dan Nino melihat kepergian bundanya sampai  tidak terlihat dari pandangannya.

"ada yang tahu, ada apa dengan bunda?" tanya Daaniyaal kepada kedua anaknya

"Nina ngga tau, pa," jawab Nina

"tadi pagi bunda ngga kenapa - napa waktu nemenin sarapan. Terus Nina baru ketemu bunda waktu makan ini," lanjut Nina

"kamu Nino?" tanya Daaniyaal ke putranya dan Nino mengedikkan bahunya

"tapi tadi Nino lihat bunda melamun, terus bunda nangis waktu peluk Dion," tiba-tiba Nino menjawab dan Daaniyaal menganggukkan kepalanya





















🌹🌹🌹🌹🌹

















Enough for today

Tunggu lanjutannya di sabtu depan ya 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now