7. Tinggal Di Mansion'21+

Start from the beginning
                                    

"Saya Mina."

"Kenapa mau bekerja di mansion ini?"

"Tuan membayar kami dengan upah yang sangat tinggi! Tak sembarang orang bisa bekerja dengannya. Tuan orang yang sangat selektif!"

"Termasuk kesetiaanmu?"

Mina hanya terdiam. Revela menatapnya penuh curiga.

*

20 Menit Kemudian ...

Wajah cantik itu terlihat begitu murung. Dia hanya menatap hidangan di atas meja.

"Nona. Kenapa anda tidak makan?"

"Aku tak berselera."

"Saya akan memasak hidangan lain."

"Tak usah Tomas. Aku ingin mati saja ...!"

"Nona jangan berkata seperti itu. Sebaiknya anda makan. Jika tidak tubuh anda akan sakit," rayu Mina.

Revela menggigit makanan itu sedikit. "Mina ... aku mau jalan-jalan keluar! Tolong antar aku!"

"Maaf, tuan tidak memperbolehkan anda keluar dari mansion."

"Apa-apaan ini? Apa kalian semua menganggapku tawanan?!"

"Bukan begitu Nona. Tuan memang berpesan seperti itu pada kami," imbuh Tomas.

"DASAR BAJINGAN! Akan kubatalkan pertunangan ini! Aku tak peduli lagi dengan ayahku!"

Revela bergegas masuk kedalam dapur mengambil sebilah pisau. Lalu menaruhnya tepat diatas urat nadi tangan kirinya. "MUNDUR KALIAN SEMUA! Jika tidak aku akan bunuh diri tepat DIHADAPAN KALIAN!" ancam Revela pada semua pelayan dan pengawal yang mulai berkumpul.

Mereka terdiam tak bergerak. Shit, ancamanku tak berhasil mereka terlalu pintar untuk dibodohi!

"Kurang ajar! Apa kalian mau melihatku mati BERLUMURAN DARAH?!" ancam Revela kembali. "TOMAS! Tomas ... CEPAT BERI AKU JALAN!"

"Tidak Nona."

"Hah ... haha! Apa kau sungguh ingin melihatku mati terkapar disini??!"

Revela mulai menekan pisau tajam itu perlahan hingga mengalir darah segar. "AHH!"

"Nona!" Mina khawatir.

"MINGGIR KALIAN SEMUA! MINGGIIIR!!! Apa kalian semua TULI? Kalian ingin aku MATI? Baiklah ... AKAN AKU LAKUKAN!!"

"Jangan Nona! Kami akan memberi anda jalan!" ucap Tomas.

"Tapi Pak Tomas," ucap salah satu pengawal pribadi yang bernama Jordi.

"Aku yang akan bertanggung jawab pada tuan!"

Mereka akhirnya memberi Revela jalan. Revela segera berlari keluar melewati para pelayan dan pengawal.

Terengah-engah berlari keluar mansion mendekati gerbang yang menjulang tinggi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terengah-engah berlari keluar mansion mendekati gerbang yang menjulang tinggi. Para pengawal dan pelayan itu mengikutinya. Sialan pagar itu masih sangat jauh ... kepalaku mulai pusing!

TIN TIN
(Suara klakson mobil)

"CEPAT BUKA GERBANGNYA!" perintah Jordi.

Para pengawal berlari membuka gerbang. Masuklah mobil limosin hitam. Mobil itu berhenti tepat di depan Revela. Keluar lah seorang pria tampan berjalan ke arahnya. Pierre begitu terkejut melihat Revela memegang sebilah pisau dengan tangan yang berlumuran darah.

"BRENGSEK KALIAN SEMUA! Kalian ingin aku pecat hah?!" geram Pierre.

Revela sudah tak bisa fokus. Mulai pusing karena darah bercucuran dari lengan. Pierre berhasil mengambil pisaunya dengan mudah. Lalu membalut lukanya menggunakan dasi yang dipakainya untuk menghentikan pendarahan. "Tomas cepat panggilkan Rana. Katakan padanya harus tiba disini dalam 15 menit!"

"Baik Tuan!"

"Wajahmu begitu pucat! Aku akan menggendongmu ke kamar!"

"Jangan menyentuhku! Kau sudah mengambil kesucianku!! AKU MEMBENCIMU!!" bentak Revela memegang kepalanya karena pusing yang sudah tak tertahankan.

"Aku akan bertanggung jawab. Secepatnya kita akan menikah!"

"Aku ingin membatalkan pertunangan ini!"

"Sayang, kau bicara apa? Bukankah kau menginginkannya?"

"Aku terpaksa melakukannya demi ayah! Aku tak mencintaimu!!"

Pierre tertegun mendengar ucapan Revela. Wanita itu ternyata tak mencintainya. "TAK BISA! Kau harus menjadi istriku! Cinta atau tidak! KITA TETAP MENIKAH!!!"

"Kau-"

Revela tak dapat menahan lagi rasa pusingnya. Ia akhirnya jatuh pingsan. Pierre menangkapnya dan memeluknya erat dengan sebelah tangan. Ia mengeluarkan ponsel.

"Markus. Segera kau urus pernikahanku. Besok aku akan menikahi Nona Revela!" panggilan ditutup.

Pierre menggendong Revela masuk ke dalam mansion. Laki-laki itu merebahkan tubuh Revela diatas ranjang megah. Tak lama kemudian dokter tiba. Ia mengobati lukanya dengan hati-hati.

"Untunglah goresannya tak terlalu dalam!"

"Terimakasih Rana. Beri tahu Jackson dan Kevin, malam ini kita adakan pesta kecil-kecilan. Aku ingin merayakan pesta lajang! Datanglah ke acara pernikahanku besok!"

"Baiklah akan ku sampaikan kabar gembira ini pada mereka!" Rana pamit dan berlalu pergi.

Pierre pulang hanya untuk mengambil berkas yang tertinggal. Tak menyangka Revela nekad melakukan tindakan bodoh. Setelah memberi sebuah kecupan di keningnya, ia kembali ke perusahaan.

***

BERSAMBUNG 💖

Pelayan :

MINA SHARON

MINA SHARON

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
BLIND OBSESSIONWhere stories live. Discover now