Make a Deal

365 28 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






"Kita mau masuk ke sini?"
Naren berucap ragu. Dia menatap bangunan gemerlap di depannya ini dengan tatapan khawatir. Cowok dengan tinggi 180 cm itu menatap kedua temannya.

"Tenang aja, kita juga udah legal kok buat masuk ke sini".
Erlan adalah satu-satunya teman yang paling berani yang Naren miliki. Cowok itu tidak takut apapun. Semua hal yang berbahaya mungkin pernah Erlan coba.

"Buruan".
Erlan memimpin jalan. Diikuti Dante di belakangnya yang nampak sibuk dengan ponsel di tangannya. Sedangkan Naren berjalan perlahan ke dalam sebuah club yang sangat ramai itu.

Tidak seperti yang Naren bayangkan. Suasana di dalam club itu terlihat teratur. Musik yang terputar juga cukup nyaman di telinga. Banyak para perempuan yang sedang menemani para laki-laki bermain billiard di sebuah ruangan yang cukup luas. Pandangan yang di dapatkan saat pertama kali masuk ke dalam club ini adalah meja bartender dengan segala jenis minuman beralkohol yang tersusun rapi di atas lemari terbuka yang terlihat elegan. Beberapa orang duduk menikmati minuman mereka.

Naren yang masih sibuk memperhatikan keadaan sekitar segera tersadar saat Dante menepuk bahunya. Cowok itu memberi kode untuk mengikuti Erlan yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Erlan memasuki sebuah ruangan yang terlihat lebih luas daripada ruangan sebelumnya. Hingga pemandangan yang Naren lihat membuat Naren terkejut bukan main.
Terdapat meja billiard yang lebih besar dengan beberapa laki-laki yang terlihat serius dalam bermain.

"Erlan"
Sapaan laki-laki berusia sekitar 27 tahun itu pada Erlan. Erlan segera memberi pelukan ala laki-laki kepada seseorang yang menyapanya.

"Gimana kabar Lo kak? Baru balik dari Turki ngga kabar-kabar".
Tanya Erlan pada sosok yang dipanggil kak olehnya.

"Cuma 5 hari lah gue di sana. Urusan bisnis".

"Bangun hotel lagi?"
Tanya Erlan dengan nada yang cukup takjub atas apa yang dia dengar.

"Yah biasa. Hitung-hitung sekalian gue keliling dunia".
Kekehan laki-laki itu membuat Erlan ikut tertawa.

"Dante, Lo dateng bareng dia?"
Tanya laki-laki itu saat mengetahui keberadaan Dante di belakang Erlan.

"Astaga hampir lupa gue. Dan ini Kak Sadam temen kakak gue".
Dante segera menjabat tangan kak Sadam.

"Ini juga temen gue kak. Narendra namanya".
Giliran Naren yang diperkenalkan oleh Erlan. Naren segera melangkah maju dan menjabat tangan Laki-laki yang bernama Sadam itu.

"Naren".
Ucap Naren singkat.

"Sadam. Lo boleh panggil gue Kak Sadam kalo ngerasa kurang nyaman manggil nama gue. Asalkan jangan panggil gue om. Berasa tua".
Naren mengangguk mengerti atas perkataan kak Sadam.

"Jadi Lo mau main?"
Kak Sadam sudah beralih berjalan mendekat ke arah meja biliar yang ada di tengah ruangan. Sedangkan Dante berjalan ke arah meja bartender untuk memesan segelas minuman beralkohol.

"Lo mau ikut?"
Tawar Dante pada Naren dengan arah mata yang mengarah pada meja bartender itu. Naren yang bingung harus mengikuti siapa akhirnya memilih ikut bersama Dante. Kini keduanya duduk di kursi tepat di hadapan seorang laki-laki yang Naren perkirakan sebagai bartender di club ini.

"Lo ngga usah ngerasa sungkan kalo diajak Erlan ketemu temen-temen high-class nya dia".
Jelas Dante yang sudah menyesap segelas koktail.

"Dia biasa ke sini?"
Tanya Naren pada Dante.

"Umm ngga sering sih. Tapi biasanya dia ke sini kalo ada keperluan sama kakaknya".
Jelas Dante. Cowok yang tidak bisa merokok itu nyatanya mampu menikmati koktail dengan mudahnya.

"Kakaknya?"

"Iya. Karenina Wiguna. Atau nama panggungnya biasa di panggil Arin Sahita".

"Kakaknya penyanyi?"
Tanya Naren penasaran.

"Bukan. Lebih tepatnya pemain film. Namanya udah ngga asing lagi buat didengar kalangan artis lainnya".
Naren mengangguk paham. Dia menatap Erlan yang terlihat bersemangat bermain biliar. Bahkan beberapa kali Naren mendengar bunyi pukulan bola biliar itu yang Erlan pukul menggunakan Cue (baca: kiu) digenggaman tangannya.

"Lo mau coba?"
Dante mengangsurkan segelas kecil koktail kepada Naren.

"Saya belum pernah minum alkohol".
Jawab Naren ragu.

"Tenang aja. Ini kadar alkoholnya ngga terlalu tinggi. Pelan-pelan aja".
Dante berusaha meyakinkan Naren untuk mencoba minuman beralkohol itu. Akhirnya dengan ragu Naren mengambil gelas itu. Meminum minuman itu dengan perlahan.

"Gimana? Not bad?"
Tanya Dante dengan percaya diri.

"Masih bisa saya terima".
Ucapan Naren membuat Dante tersenyum puas. Cowok itu kembali memesan satu gelas koktail. Kali ini dia tidak akan meminta Naren untuk meminumnya lagi.

"Wih udah abis berapa gelas Lo".
Erlan yang tiba-tiba datang sudah mengambil duduk di samping Dante. Cowok itu berbicara kepada bartender untuk menyajikan segelas rum untuk dirinya.

"Ngga usah bacot Lo. Ganggu aja".
Ucap Dante yang kini sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Lo berani coba Ren?"
Tanya Erlan saat melihat gelas kosong yang berada di depan meja Naren.

"Saya baru saja mencoba segelas".
Jawaban itu membuat Erlan berdecak kagum.

"Lo mau coba yang ini?"
Erlan menunjukkan segelas rum yang baru saja tiba.

"Ngga usah bikin temen gue makin rusak gara-gara Lo".
Dante menjauhkan segelas rum itu dari jangkauan Naren. Erlan yang melihat itu hanya bisa terkekeh dan segera menyesap minuman mahal itu.

"Gue ngga nyangka Lo berani coba. Ternyata pertemanan 3 tahun kita ngga sia-sia juga. Rum ini paling cocok Lo minum kalo lagi stress. Kalo cuma minum koktail kayak Dante itu ngga manjur".
Jelas Erlan panjang lebar seakan cowok itu adalah guru bagi Naren untuk melakukan hal-hal buruk lainnya.

"Saya akan ingat itu, Lan. Kamu tidak usah khawatir".

"Argh andai aja gue bisa ubah cara bahasa Lo itu. Secara tampilan Lo itu cakep Ren. Apalagi postur tubuh Lo yang bisa bikin cewek terpesona. Kenapa Lo ngga terima aja sih waktu Sharon deketin Lo. Lumayan dia cantik. Inceran satu sekolah".
Erlan memang memiliki gaya bahasa yang ceplas-ceplos. Naren tidak heran dengan itu. Tapi dia suka dengan kepribadian Erlan. Walaupun sifatnya yang brandal, cowok itu tidak pernah memaksakan Naren untuk melakukan hal-hal yang Naren tidak suka.

"Gue punya ide?"
Perkataan Erlan membuat Dante segera mengalihkan fokusnya dari ponsel. Begitupula Naren yang tetap menatap fokus pada Erlan.

"Gue mau liat Lo pacaran sama cewek yang ada di sini".
Perkataan Erlan mampu membuat kedua temannya terkejut bukan main.

"Lo apa-apaan dah Lan. Mana mau Naren nembak sembarangan cewek".
Dante menolak ide itu secepat mungkin. Dia memang masih peduli dengan temannya ketimbang Erlan itu.

"Siapa?"
Pertanyaan yang diberikan Naren membuat Erlan dan Dante menoleh terkejut pada Naren.

"Lo serius?"

"Mungkin saya harus mencoba. Saya hanya berharap Tuhan Yesus tidak mempermasalahkan ini".
Erlan tertawa terpingkal-pingkal mendengar penuturan Naren. Temannya itu memang umat yang taat Agama.

"Gue pastiin tuhan kita ngga akan marah".
Ucap Erlan percaya diri.

"Jadi siapa target kita?"

~~~~

Bagian 7

Happy Reading

Vote and komen

Ziii

Falling Into You [END]Where stories live. Discover now