"Bonjour Monsieur ... saya Revela Franceska Nasution!" ucapnya mengulurkan tangan.

"Bonjour Miss Revela ... saya Richard Pierre Francois!" Ia mengecup tangannya dengan lembut membuat gadis itu mengernyitkan alis.

Berbagai hidangan kelas atas yang masih hangat baru saja dibawakan para pelayan hotel.

"Silahkan nikmati semua ini! Saya sengaja menghidangkan masakan Itali kesukaan putri anda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Silahkan nikmati semua ini! Saya sengaja menghidangkan masakan Itali kesukaan putri anda. Ada carbonara, pizza margherita, lasagne, ravioli, tiramisu ... mana yang akan kau makan terlebih dahulu Nona ... Revela??"

"Yah??"

Ucapannya membuyarkan lamunan gadis yang termangu menatap hidangan-hidangan kesukaannya membuat pemuda itu sedikit tersenyum melihat ekspresi imutnya.

"Makan saja sepuasnya! Jika masih kurang ... bilang saja, jangan sungkan!"

Sialan, menyuruhku makan sebanyak ini? Tau dari mana aku penyuka masakan Itali? Pasti dari ayahku! gerutu Revela dalam hati.

"Apa ada hidangan lain yang ingin anda makan?"

"KAU PIKIR AKU INI SAPI?!" teriak Revela tak sadar.

Semua terdiam. Pierre ternganga menatap Revela. Gadis itu tersadar. Ia cepat menutup mulut dengan tangannya. Ayahnya tak kuasa menahan malu.

"Ahh ... hahahaha"-Revela memaksakan tawa-"maksudku ... hidangan yang terbuat dari sisa-sisa sayuran!" Revela menunjuk salah satu hidangan Prancis.

"Maksud Nona ... ratatouille? Apa anda ingin mencobanya?"

"Aku tak suka terong. Rasanya aneh!"

Sambil menyantap hidangan, Revela memperhatikan pemuda didepannya. Parasnya yang rupawan dan tubuhnya yang atletis benar-benar sempurna di mata para wanita. Namun tidak untuknya. Ia memandang tajam seraya menancapkan sebuah garpu diatas sepotong pizza dengan sedikit bertenaga.

"Sebaiknya kita cepat menetapkan hari pertunangan."

"Pertunangan?? Maksud ... Ayah?"

"REVELA! Dia adalah calon suamimu!" jelas Grace.

PRANG

Revela berdiri mematung. Gadis itu begitu syok. Tak sengaja menjatuhkan gelas minumannya. Khawatir melihat gadis dengan wajah pucat pasi, Pierre berdiri memegang pundaknya. Menatapnya dalam. "Kau tak apa-apa?"

Revela gugup memegang tangan kanannya yang tremor. Kepanikan mulai menyerang. Rasa sesak mulai menjalar. Revela cepat-cepat memunggungi Pierre dan mengambil obat didalam tas kecilnya lalu menelannya tanpa air.

"Cepat bereskan pecahan gelas ini! Jangan sampai melukainya!"

Pelayan itu segera membereskan pecahan gelas. Setelah beberapa menit, suasana kembali menghangat. Mereka melanjutkan kembali obrolan yang tertunda melanjutkan acara dinner santai mereka.

"Setelah pertunangan, saya akan menikahi putri anda secepatnya! Karena saya ingin cepat-cepat memiliki anak! Untuk mewarisi semua perusahaanku!"

Revela memijat pelipisnya. "Apa ini? Tiba-tiba pertunangan? Pernikahan? Lalu ... anak?? Semuanya membuatku pusing! Siapa yang ingin menikah dengannya?! Aku ingin menikah-"

"JAGA BICARAMU!" bentak Henry membuat Revela tercekat. Maniknya berpendar menahan tangis. Dengan Christian ...! lanjut gadis itu dalam hatinya.

"Maafkan putri kami!"

"Ayah!"

"VELA! Kau semakin susah diatur! Sudah lama Ayah tak menamparmu?!"

Revela tersentak melihat Henry yang siap menamparnya. Gadis itu memegang kedua pipinya teringat SMA dulu sang ayah selalu menamparnya karena selalu telat pulang. Dengan mengumpulkan seluruh keberanian, ia menaikan sedikit dagunya menatap tajam pemuda super angkuh didepannya.

"Maaf Tuan. Aku menolak perjodohan ini!" Revela mengambil tasnya berlari meninggalkan ruangan itu.

Pierre limbung terduduk lemas mendengar perkataannya. Ia merasa terhina. Rahangnya mengeras. Urat-urat leher terlihat menandakan amarah yang tak tertahankan. "Markus. Besok pagi berita kehancuran Nasution harus ada di internet dan berbagai media!"

Henry begitu syok. "Kami mohon pertimbangkan lagi! Jangan batalkan pertunangan ini!"

"Bukan aku yang membatalkannya, tapi putrimu! Jika kalian ingin aku berubah pikiran, besok pagi suruh putri kalian minta maaf di kediamanku! PERGILAH KALIAN!!"

Henry dan Grace bergegas pulang meninggalkan hotel.

"Markus, lelaki tua itu tak bohong! Gadis kecil benar-benar tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik!" Pierre menyeringai hingga deretan gigi rapinya sedikit tampak.

***

BERSAMBUNG 💖

BLIND OBSESSIONWhere stories live. Discover now