"Ha, Maswa? Mwakan aja iniw!"

"Telan dulu baru bicara!"

"He he, sudah tertelan. Em, mungkin dari seseorang yang diam-diam ngefans berat denganmu?"

"Bicara yang masuk akal! Aku saja baru di kota ini, fans dari mana?!"

"Memangnya kau tahu? Sudahlah, kalau kau tidak mau makan, biar aku bantu menghabiskannya!"

"Sisakan untukku, aku juga lapar belum sempat masak. Aku mau lanjut menata rambutku dulu, jangan panggil-panggil!"

"Jahat sekali!"

Amber tidak mempedulikan ejekan Celine untuknya. Ia lanjut menguncir kuda rambut panjangnya dan mengoleskan sedikit lipstik pink di bibirnya. Dia sekali lagi melihat dirinya di cermin, sudah seperti anak kota sungguhan. Dia tersenyum bangga.

Dia keluar kamar dan melihat hanya ada satu kotak pizza yang masih utuh. Dia mencari-cari Celine tapi tidak ada, 'ke mana dia?'

Dia memakan dengan cepat sisa pizza itu lalu membuang bungkusnya ke tempat sampah dan segera keluar rumah. Ternyata Celine sudah ada di luar dan dia bicara dengan ... Axelle?

Amber menghampiri mereka berdua. Axelle melemparkan senyum manisnya padanya. Amber tersipu malu, sementara Axelle menyeringai tipis, 'Aha, Calon ratu, ya? Imut juga. Bagaimana jika aku jadikan ia salah satu selirku?'

Celine melihat arah tatapan Axelle yang ternyata tertuju pada Amber yang sudah ada di belakangnya. Celine mempunyai firasat aneh akan tatapan Axelle tadi kepada Amber, 'Sepertinya ada yang tidak beres. Tatapannya itu, kenapa bisa seperti itu?'

"Ayo, Amber. Kita mulai acara jalan-jalan kita. Di mulai dari taman kota dulu, setuju? Kau mau ikut kami, Axel?"

"Ah, tidak usah. Aku hanya tadi kebetulan lewat mau ke kantor lalu melihat kau sendirian di sini jadi aku mendatangimu. Kalau begitu aku pergi dulu, kalian lanjutkan saja acara kalian. Aku permisi!"

"Oh, baik kalau begitu. Hati-hati di jalan!"

Axelle memasuki mobilnya dan tancap gas dari sana. Celine menatap kepergian Axelle dengan tatapan yang sulit di artikan lalu beralih menatap Amber dengan serius. "Jangan kau terlalu dekat dengannya, Am. Entah mengapa sepertinya dia punya maksud tidak baik padamu."

"Aku sudah bilang padamu, dia adalah pria yang baik. Memang kau punya bukti sampai bisa berbicara seperti itu tentangnya? Lagi pun kau tertarik padanya, kan? Mengaku saja!"

"AP--APA YANG KAU BICARAKAN INI, DASAR AMBER BODOH! MENYEBALKAN!"

Celine dengan kesal meninggalkan Amber yang kini tengah tertawa geli di belakangnya. Amber sangat puas dengan reaksi Celine. Celine termasuk gadis yang mudah untuk ia tebak. Amber berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya dengan Celine. Gadis itu masih tidak mau menatapnya. Amber menoel-noel pipi chubby gadis itu dan cekikikan.

"Kau marah padaku? Maafkan aku yang penuh dosa ini, Celine ... Hi hi."

"Begitukah cara seseorang meminta maaf? Kau seperti tidak ikhlas saja!"

"Lalu aku harus meminta maaf dengan cara apa? Membawa Axelle kembali ke sini, begitukah maksudmu?"

"HA? ... K--KAU! Jangan bicara sembarangan! Tidak perlu membawa nama itu lagi di dalam pertengkaran kita!? Pokoknya aku tidak mau memaafkanmu!"

"Jangan begitu, Celine. Aku benar-benar meminta maaf padamu, sungguh! Kau mau apa biar kau dapat memaafkanku?"

"Apapun itu?"

"Iya!"

Celine sebenarnya punya sebuah rencana untuk Amber, jahil tentunya. Celine menarik tangan Amber ke suatu tempat. Amber hanya pasrah menuruti ke mana saja Celine akan membawanya, kecuali jika itu ke jurang.

Celine berhenti di depan sebuah toko yang menjual pakaian dalam. Dia menyeringai lebar. Dia sudah membayangkan bagaimana Amber dengan pakaian itu di tubuhnya. Dia langsung saja masuk dengan masih menggenggam tangan Amber.

Amber mengamati tempat asing ini dengan alis terangkat. Dia memandangi patung-patung yang dipajang di sana yang sedang memakai pakaian tapi bukan dari kain, melainkan dari saringan teh, menurut Amber sendiri.

"Celine, untuk apa kita datang ke sini?"

"Untuk apa lagi menurutmu? Untuk beli lingerie ini lah, cantik bukan? Ini pasti cocok untukmu!"

"Apa?! Itu untuk di pakai orang?! Kenapa nerawang sekali! Itu benar pakaian, kan?"

"Menurutmu ini untuk apa, ha!? Aku sudah memilihkan satu untukmu, dan kau harus memakainya selama nanti di rumah!"

"TIDAK! Di antara kita cukup dirimu saja yang gila Jangan mengajakku juga!"

"Apapun ucapanmu, pokoknya kau harus memakai ini! Aku tidak mau tahu karena ini adalah bentuk maafmu! Aku akan membayar, bye!"

"CELINE, KAU TIDAK BISA MELAKUKAN ITU! KA---"

"Maaf, bisa kecilkan sedikit suara anda? Mungkin itu dapat menganggu pembeli yang lain."

"E--eh ... I--iya. Maafkan aku ...."

Pegawai itu kembali ke tempatnya. Amber mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Matanya tak sengaja bertabrakan dengan sosok pria yang ada di luar jendela. Buru-buru pria itu memakai tudung jaketnya dan pergi dengan cepat dari sana.

Amber menatap aneh orang itu karena pakaiannya yang serba hitam. Dari celana, hoodie, topi dan rambut pria itu juga hitam. Tapi sekilas tadi ia sempat melihat wajahnya, seperti ia pernah menemuinya di suatu tempat. Tapi ia lupa di mana tepatnya itu.

Amber tak mau ambil pusing memikirkan hal semacam itu di situasinya yang sedang darurat ini. Ia harus sebisa mungkin menghindari rencana jahil Celine. Melihat model pakaiannya saja sudah membuatnya ngeri, apalagi memakainya.

Celine datang menemuinya dengan tas di tangannya. Amber menatap horor tas tersebut. Celine kembali menariknya keluar toko untuk pergi ke taman kota. Mereka duduk di bangku kosong yang dekat dengan air mancur.

Anak-anak, orang tua, pedagang kaki lima begitu ramai di sini tapi mereka tetap tertib melaksanakan peraturan yang ada di sana. Amber melihat itu dengan bahagia.

"Kau suka di sini?"

Amber mengangguk girang menanggapi pertanyaan Celine. Matanya menikmati suasana sekitar. Ia tertarik dengan salah satu ayunan kosong. Ia pun menghampiri ayunan itu dan duduk di sana. Dia bermain seperti anak kecil. Celine yang melihat itu hanya tersenyum dan ikutan bermain ayunan dengan Amber.

"Wow, Celine! Aku tidak menyangkan kehidupan di perkotaan lebih menyenangkan!"

"Sudah aku bilang, kau tidak akan menyesal tinggal di sini."

"Hm, kau benar. Setelah ini kita akan berkunjung ke mana lagi?"

"Ke toko ponsel. Aku akan membelikanmu ponsel canggih sepertiku ini."

"B--benarkah?! Terima kasih, teman terbaikku!"

Amber tiba-tiba memeluk tubuh celine dengan erat. Celine membalas pelukan itu tak kalah erat juga. Lalu dua gadis itu tertawa dan meloncat-loncat sambil bergandengan tangan, mendatangkan tatapan aneh dari orang lain untuk mereka.

AMBER and the vampire prince (END)Where stories live. Discover now