"Gak usah sok kuat.."

842 79 0
                                    

Baskara melepas cengkeramannya,mundur memberikan jarak dirinya dan Atlas,Atlas tak peduli,dia membersihkan mulutnya yang ketara ketahuan.

"Saya gak bisa bantu,kasian ginjal kecil saya,kenapa gak anda sendiri yang donorin? beliau juga istri anda,anak sulung sama anak bungsu anda juga ada 2 ginjal yang bahkan sedarah juga,maaf soal ini saya gak bisa bantu."ucap Atlas menarik beberapa tissue melirik Baskara dengan tatapan cueknya, berusaha tetap dingin namun gagal malah tissu untuk mengelap bibirnya malah kena darah dari hidungnya.

Baskara memilih pergi, meninggalkan sang penikmat luka sendiri di kamar mandi.

Baskara melangkah besar,menuju ke ruangan tempat yang terakhir kali Atlas masuki,bertemu dengan dokter handalannya dan terkesan marah.
"Dia sudah bersedia menjadi pendonor atas ijin saya,kenapa sekarang dia berubah pikiran setelah masuk kemari?"

Sedangkan Atlas datang tiba-tiba dengan paksaan serta wajah pucat,ada dua orang di sisi kiri dan kanan memegangi dirinya agar tidak kabur.

"Nak,kamu benar-benar bersedia?"tanya dokter itu kembali.

Atlas menggeleng lesu,tubuhnya gemetar tidak kuat berdiri,"Ti-ti-tidak,saya tidak bersedia."

Baskara menatap tajam ke arah Atlas,Atlas juga melirik Baskara dengan tatapan meminta ampun,dia tidak punya organ kecil mirip kacang merah itu untuk dia donorkan,dia harus meminta ampunan kepada Baskara.

"Maaf tuan Baskara,jika beliau tidak bersedia kita tidak bisa memaksanya, apalagi beliau hanya anak remaja di bawah umur,tidak pantas melakukan hal ini."kata dokter disana.

Baskara menghampiri Atlas,begitu dekat,menempelkan tubuh Atlas di dinding.
"Kamu benar-benar tidak mau?"

Atlas mendongak,ketika jari Baskara meminta dagunya untuk menatap matanya.

"Apa..anda buta..?saya sedang sakit harusnya anda menyadarinya.."

Atlas mengangkat tangannya,"Tangan ini begitu menyusut anda tidak juga menyadarinya,tubuh ini menyusut semakin kecil anda juga tidak menyadarinya..bibir yang selalu berkata kasar ini juga kehilangan warnanya..saya sakit..saya tidak mampu."

Atlas menurunkan tangan Baskara,melepas setengah kancing bajunya,memaksa tangan Baskara memegangi pinggangnya,"Ada bekas luka,saya tidak punya lagi barang yang anda cari,saya sudah mengeluarkannya terlebih dahulu."

Baskara dapat merasakan,ada goresan panjang di perut anak di depannya,warna bibir itu memang hilang,berat tubuh itu juga dia sadari merosot kali ini.

"Apa salah saya..? Anda meminta satu organ yang sudah saya miliki hanya satu, baiklah saya berikan jika itu membuat anda senang akan diri saya,namun satu organ itu juga sedang rusak parah,apa anda akan memberikan barang rusak untuk istri anda?"
Tangan Atlas gemetar,ingin rasanya dia menyentuh pundak Baskara,dan tertidur sekejap di pelukannya,dan tak perlu menahan sakit sebentar saja.
"Aku ingin menyentuhmu,sebentar saja,namun anda merasa jijik."

Atlas menggepal tangannya erat,tertertawa kecil lantas menoleh ke lain arah,menyamarkan rasa nyeri membara di pinggangnya.
"Menjauhlah,saya sedang mual tuan."

Baskara menjauh,Atlas juga jongkok,menutup mulutnya.

Suara sepatu berlari cepat ke arahnya,Namu datang memeluknya, menyadari yang dirasakan Atlas,Namu membuka beberapa obat dari botolnya,meminta Atlas untuk menelannya bulat-bulat tanpa air.
"Namu...uhuk..uhuk..Namu.."

Atlas tampak gelisah, pikiran linglung tak terkendali tubuhnya gemetar sakit otaknya kacau ingin rasa itu cepat menghilang darinya, terkadang dia menyerah meminta Tuhan untuk segera memaafkannya, hidupnya penuh rasa pasrah,dia tidak pernah melakukan cek kontrol selama 3 tahunan,dia kehabisan uang untuk hidupnya sendiri.

Atlas dan Semesta-nya ✔️Where stories live. Discover now