In Between

120 17 1
                                    

12.25...

Batin Aji sembari menghitung waktu di atas permukaan jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, merasa waktu hari ini berjalan sangat lah lambat, dan ia paham sekali apa yang menjadi penyebabnya.

Pertama, Lingga tidak membalas pesannya satu kali pun hari ini, padahal belum ada interaksi di antara mereka sejak pagi, karena Lingga memiliki janji temu dengan beberapa model asuhan ORBIT Management yang membuatnya sudah harus berangkat pagi-pagi sekali ketika Aji masih tertidur sangat nyenyak. ORBIT Management adalah sebuah Agensi keartisan milik Dyo sejak setahun yang lalu, hampir berdekatan dengan peresmian Luxus.

Kedua, karena Lintang memberinya sebuah gagasan yang membuatnya lumayan senewen sesiangan ini.

Kini Aji sudah berada di dalam sebuah Restoran yang terletak di dalam lantai Lobby salah satu hotel milik Adhiwangsa demi menuruti gagasan Lintang yang ia sebut di atas tadi. Aji kembali menolehkan kepalanya ke arah Lintang yang sejak tadi memang mengambil duduk pada salah satu sudut Restoran, di sebuah meja yang berbeda dengannya.

Beberapa waktu kemudian, ini lah yang Aji harus hadapi. Yaitu, seorang wanita yang diperkenalkan kepadanya minggu lalu oleh sang Ayah. 

Seorang wanita yang— Ah, apa yang dapat diharapkan dari Aji? Nama wanita itu saja tak mampu diingatnya dengan baik kalau bukan Lintang dan Dwi yang membantunya mengingat berulang kali, sebelum akhirnya ia menyetujui ide Lintang yang satu ini.

"Ayah harus tau kalau kalian sudah berusaha dekat satu sama lain, Mas, karena Beliau pasti akan bertanya terlebih dahulu kenapa lo enggak bisa dengan perjodohan ini. Ayah enggak bakalan mau terima begitu aja kalau alasan lo sepele."

"Enggak ada ide yang lebih mudah?"

"Ini satu-satunya cara, Mas. Seenggaknya pihak sana bisa kasih tau kalau kalian memang sudah menyempatkan untuk saling bertemu dan mengobrol, jadi akan lebih mudah di lo-nya untuk bilang ke Ayah kalau lo ngerasa enggak cocok dan lain-lain, akan coba gue pikirkan beberapa alasan yang terdengar lebih tepat dan enggak mengada-ada."

Kedua mata Lintang tidak lepas mengawasi gerak gerik Aji yang sangat sungkan dan tidak nyaman berada pada satu meja dengan seseorang yang belum pernah ia kenal dekat. Namun terlihat sekali bahwa Aji mengusahakan segalanya akan berjalan sesuai rencana mereka.

Menghadapi Ayah mereka memang tidak bisa sembarangan. Intuisi tajam milik Tuan Jayeng terkadang suka di luar dugaan. Usia tidak mampu mengurangi kemampuan Beliau yang satu itu, maka Lintang merasa harus mencari jalan keluar yang tak kalah pintar. Seperti yang ia katakan, sebisa mungkin jangan terdengar mengada-ada, walau ujungnya tetap akan seperti itu kalau sudah sampai di telinga Beliau.

Jayeng Wirya yang disandang Beliau bukan tanpa makna.

Jayeng artinya adalah kemenangan.
Sedangkan Wirya adalah berani.

Ketambahan Adhiwangsa yang memiliki arti mulia.

Benar-benar mencerminkan bagaimana sikap dan sifat Ayahnya yang sebenarnya. Tegas, berwibawa, memiliki visi dan misi yang luas, segala sesuatu yang diambilnya sebagai sebuah keputusan harus memiliki rujukan yang jelas.

Dengan kata lain, Aji dan Lintang kehabisan cara hanya untuk membantah, bahkan di dalam arti hubungan Ayah dan Anak yang seharusnya berjalan dengan sangat natural.

Tatapan Lintang bersirobok dengan tatapan Aji. Hampir satu jam berlalu dan tampaknya Aji sudah tidak mampu bertahan lebih dari itu.

Pekerjaan Lintang padahal masih sangat banyak. Bahkan ia memiliki meeting Direksi pukul 2 siang nanti, namun masalah ini benar-benar mengalahkan apa pun.

Glimpse of Heaven : Passé - Koo Junhoe & Kim Jiwon [Completed]Where stories live. Discover now