9

0 1 0
                                    


                 'Aku hanya menjadi diri sendiri di saat aku menyendiri. Selebihnya aku berusaha menjadi yang terbaik di luar kemampuanku'

                              #Aku




Sekar mengerjap-ngerjapkan matanya pelan, ia masih berusaha untuk menyesuaikan dengan cahaya di rumahnya. Ia menoleh ke arah Tari yang berada di samping nya sambil sesekali mencelupkan kain yang sudah berapa kali di tempelkan ke dahi Sekar yang panas.

"Lo udah bangun? Gimana? Masih pusing? Makan dulu yuk, abis itu minum obat, kalo gak mempan kita ke rumah sakit," serobot Tari ketika melihat sahabat nya telah bangun.

"Enggak usah Tar, pusing dikit kok."

"Yang bawa gue kesini siapa?" tanya nya yang kini baru sadar jika sudah ada di kost-an nya.

"Kak Bintang. Gak ada pilihan lain soalnya, lo juga kan gak mungkin gue seret dari cafe ke sini," sahutnya.

"Kak Bintang?" beo nya. Tari mengangguk mengiyakan.

"Tadi dia kebetulan cari bang Ega, tapi karena gak ada akhirnya dia bantuin gue bawa lo ke sini. Dia nitip salam juga ke lo tadi, semoga cepat sembuh katanya," kata Tari.

Sekar menganggukkan kepalanya, ia memejamkan matanya akibat merasa rumah nya tengah berputar-putar seakan ingin roboh. Benar-benar sakit yang menyebalkan. Tari memijat pelipis Sekar perlahan, ia khawatir sekali pada Sekar yang tiba-tiba sakit. Ia yakin Sekar kelelahan karena tiap tengah malam pasti ia menulis cerita. Kata dia tengah malam adalah sunyi yang menciptakan karya untuk penulis.

"Kar, kalo nanti sembuh, lo jangan lagi nulis tengah malem. Apalagi pas hampir subuh lo bangun lagi kan shalat tahajjud, jam lima lo tidur lagi itupun jam 6 nya lo udah harus bangun," tegurnya yang mendapati raut tidak setuju dari Sekar.

"Terus gue kapan nulisnya Tar, kalo gak tengah malem?" tanya Sekar sambil menatap Tari. "Kan ada saatnya, kita libur hari senin jadi lo bisa nulis cerita sebanyak mungkin." Tari benar-benar harus tegas sekarang untuk kesehatan Sekar.

"Sehari doang? Mana cukup," keluhnya tidak terima dengan saran yang di beri Tari kepadanya.

"Iya atau gue bilang sama tante, kalo lo gak mau jaga kesehatan!" ancam Tari membuat Sekar terdiam. Sekar tahu jika mama nya mengetahui dirinya suka begadang terus, ia akan di paksa pulang ke rumahnya.

"Iya-iya. Eh tapi... Lo bilang kalo gue sakit ke mama?" tanya Sekar.

"Belum sempat, panik gue daritadi. Apalagi panas lo ini masih belum turun. Tidur lagi gih, soal shalat nanti lo bisa ganti."

"Enggak, gue mau shalat, sekarang!" tegasnya sambil berusaha duduk sekuat tenaga.

"Anak bebal."

***

Alfa memijit pelipisnya lelah. Tadi saat ia keluar dari warung dan berniat untuk pergi ke cafe milik Ega, ia menerima telepon untuk segera ke pesantren karena ada pekerjaan yang harus ia lakukan selama hari liburan ini. Meskipun liburan, namun tetap banyak santri yang tidak pulang karena pelanggaran yang mereka buat. Akhirnya ini yang terjadi, Alfa harus terburu-buru ke pondok apalagi ia menjadi sekretaris di sana untuk mengetik laporan semua. Ia mengemasi beberapa baju yang akan di bawa dan segera shalat isya sebelum keluar dari rumahnya.

Ia melirik jam yang sudah menunjukkan jam delapan malam. Sebentar lagi sahabat nya yang bernama Tejo akan segera sampai di rumahnya. Ia menunggu di depan teras rumahnya dengan satu tas penuh.

Sekitar jam sebelas malam, Alfa yang baru sampai beberapa menit sudah di suguhkan dengan kertas-kertas para santri langganan pelanggaran. Dan beberapa kertas untuk persiapan acara nanti. Alfa tak bisa tidur sepertinya malam ini.

Bertemu Diujung DoaWhere stories live. Discover now