1

7 3 0
                                    


 

 Dua gadis cantik tengah bersantai di atas lantai menikmati dinginnya keramik

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

 Dua gadis cantik tengah bersantai di atas lantai menikmati dinginnya keramik. Mereka tengah bercerita apa saja yang muncul dalam pikirannya, di antara mereka ada sepiring kue hasil buatan sendiri. Entahlah enak atau tidak yang penting ada cemilan.

"Tar, kita mau cari kerjaan tetap itu dimana ya?" tanya Sekar sambil menggigit kuenya.

"Gak tau Kar, susah banget ya sekarang. Tapi kita gak boleh ngeluh siapa tau ada jalan kan," jawab Tari yang di beri jempol oleh Sekar.

"Seandainya jadi penulis itu gampang, gak usah mikir dulu kan enak langsung terkenal," ucap Sekar membuat Tari tertawa mendengar ucapannya.

"Lo ada-ada aja Kar, gak bisa lah kalo kayak gitu! Oh iya, uang kita udah banyak gak ya? Kan kita udah nabung dari dua bulan pas kita ke kesini."

"Menurut gue masih sedikit, orang nabungnya cuman lima ribu sama puluhan doang," balas Sekar.

"Besok kita cari lagi lowongan kerja Kar, tapi lo juga harus nulis yang banyak biar bisa jadi penulis yang banyak uang sama fans nya ya gak bestie," kata Tari menyemangatinya.

"Enggak ah, lo jadi fans gue aja, itu udah cukup," celetuknya yang mendapatkan cubitan di pipinya. Tari gemas dengan sahabat nya yang satu ini.

"Gue itu sahabat lo, beda sama fans. Kalo fans hanya sekedar idola dan penggemar, kalo sahabat gak ada istilah kayak gitu," jelas Tari membuat Sekar yang mendengarnya tepuk tangan gembira.

"Lo pintar! pasti ketularan pintarnya gue kan. Makanya beruntung lo punya sahabat gue, harus banyak bersyukur," bangga nya dengan mengibaskan rambutnya yang tidak di cepol. Ketika di dalam rumah mereka tidak memakai kerudung jika hanya berdua saja.

"Gue gak tau Kar, mau bersyukur apa istighfar punya sahabat reog kayak lo. Untung kalo di luar kalem dikit."

Sekar tertawa mendengar ucapan Tari yang bingung bersahabat dengan dirinya. Untung saja, tingkah laku buruknya dulu kini sudah sedikit berubah. Dulu ia sampai di tegur langsung oleh Nyai di pesantren karena kelakuan nya tetap saja tidak berubah. Hingga akhirnya Nyai berdoa semoga ia kelak jatuh cinta pada seorang pria paham agama yang akan mengubahnya menjadi lebih baik. Entahlah doa beliau akan terijabah atau tidak.

Sekar meraih bolpoin dan buku nya yang berada di samping kanannya. Ia kembali menulis sedikit demi sedikit cerita yang sedang ia bayangkan ke atas buku tebal yang memang khusus untuk menulis. Ketika ia asik menumpahkan ilusi yang ada di pikirannya, tiba-tiba bayangan lain datang menghilangkan ilusi awal.

"Eh keknya bagusan yang ini deh," gumam nya sambil membandingkan dengan yang tadi. "Tapi ngulang lagi dong? Duh kok jadi plin plan gini sih."

Tari terkekeh mendengar gerutuan di sampingnya. Ini yang bikin ia betah jika bersama Sekar. Ocehan Sekar tentang bayangannya ketika menulis, selalu saja berubah-ubah ketika sedikit lagi selesai.

Bertemu Diujung DoaМесто, где живут истории. Откройте их для себя