prolog

10 3 0
                                    

Semilir angin menerpa wajah cantik seorang gadis yang sedang duduk menekuk lututnya di pinggir pantai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Semilir angin menerpa wajah cantik seorang gadis yang sedang duduk menekuk lututnya di pinggir pantai. Ia memejamkan mata menikmati suara deburan ombak. Di sana ia tengah menunggu seseorang yang akan ia jumpai pertama kali nya.

Sudah setahun mengenal hanya lewat komunikasi, akhirnya ia menyempatkan diri menerima ajakan pria itu. Esok ia berniat untuk tinggal di kost-an bersama sahabat nya. Ia ingin mandiri dan mengubah kebiasaan nya yang tidak pantas di juluki sebagai santri. Gadis alumni pesantren besar namun masih saja suka keluar masuk club, meskipun sampai di sana ia tidak minum atau bersama lelaki, namun tetap saja harusnya tempat itu tak ia masuki. Ia ke sana juga karena menerima ajakan para sahabat nya yang lain kecuali Tari. Akhirnya, orang tuanya setuju jika ia tinggal bersama Tari. Maka itu sekarang ia ingin melihat pria yang ia kagumi secara langsung terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum," salam seorang pria dari belakang. Gadis yang kerap di juluki Sekar menoleh mendengar suaranya.

"Wa'alaikumussalam," jawabnya seraya berdiri dari duduknya. Ia menatap lelaki di hadapannya dengan terkejut, seorang pria tampan berpakaian khas santri kini tengah tersenyum ke arahnya.

"Alfa?" tanya nya dengan nada tak percaya.

"Iya, kenapa? Ganteng ya?" tanya nya dengan percaya diri.

"Pd nya gak ilang," gerutunya.

Alfa terkekeh lalu terdiam menatap Sekar dengan alis berkerut. "Kamu kenapa pakaian nya begini?" tanya nya menatap pakaian Sekar yang tak memakai hijab.

"Begini? Oh kayak gini? Iya ku mau ke club," balasnya yang mendapatkan pelototan dari Alfa.

"Club? Ngapain? Udah jangan ke sana, kamu itu harusnya tertutup Kar, kan udah janji ama aku," larang Alfa yang di balas cengiran.

"Bentar ya Mas, istri kamu ini itu lagi ada perlu. Oh iya, gak ada niatan megang tangan atau usap kepala gitu biar romantis, ya gak," goda Sekar membuat Alfa berjalan mendekatinya.

"Udah gak usah ngegoda terus, entar baper sendiri."

"Ish gitu amat jadi cowok, dasar gak peka," ucap Sekar sambil berjalan menjauhi Alfa dan diam memandang lautan. "Bagus ya suasananya, mendukung," celetuk Alfa sambil berdiri di samping Sekar.

Sekar menoleh ke arah Alfa yang tengah memandang laut, terlihat wajah yang sempurna dengan tangan ada di dalam kantong hoodie hitam yang ia pakai.

"Jangan terlalu memandang seperti itu Sekar," tegur Alfa.

Sekar langsung memalingkan wajahnya, ia malu ketauan memperhatikan Alfa. "Kok kamu bisa tau kalo aku liatin?"

"Aku bisa merasakan nya," jawabnya.

"Berarti kita satu rasa dong," balas Sekar sambil memejamkan matanya tersenyum.

"Bahkan mungkin kita akan satu doa," gumamnya yang tak terdengar oleh Sekar. "Eh senjanya bagus banget itu warnanya, coba liat," tunjuk Sekar ke atas.

"Hm warnanya bagus."

"Fotoin aku ya," pinta Sekar yang di anggukin langsung oleh Alfa. Alfa mengeluarkan handphone nya dan menyuruh Sekar berdiri membelakanginya menatap laut lepas dan senja. Ia memotretnya beberapa kali dan memperlihatkan nya pada Sekar.

"Bagus banget, kamu pinter ya photo nya. Kapan-kapan photo in lagi yang banyak," Kata Sekar senang.

"Hm, kalo bisa pakaiannya yang tertutup, jangan kayak gini. Jauhin tempat terlarang, gak baik. Kamu harus tau batasan mainnya dimana. Berubah ya demi diri kamu sendiri, demi orang tua mu. Okey bayi comel ku," ucap Alfa menasehati Sekar.

Sekar tersenyum mendengarnya, ia menatap wajah Alfa. Siapa yang tidak bangga menjadi pasangan pria yang ada di hadapannya kini. Hatinya tersentuh dengan nasihat Alfa, ia merasa beruntung bertemu dengan nya. Niatnya semakin yakin akan tinggal bersama sahabat nya di kost-an. Ia di sana akan benar-benar belajar mandiri dan berubah. Ia sudah dewasa jadi ia harus bisa menjadi lebih baik lagi.

"Al, makasih ya udah mau bertemu dengan ku, yah meski kamu lihat sendiri aku masih saja tidak berubah. Kamu sudah percayakan kalo aku tidak baik dalam bertingkah, urak-urakan. Aku gagal menjadi santri dan seorang anak. Tapi aku janji setelah ini aku bakal berubah," tegas Sekar dengan ceria.

"Kamu baik, aku suka dengan kamu yang tidak menutupi keburukan mu hanya untuk di puji." Alfa tersenyum meski tidak menatap Sekar langsung. Hati Sekar lagi-lagi merasakan sesuatu yang aneh, rasa yang harus ia hindari. Rasa yang tidak boleh tumbuh pada dirinya.

Ia menunduk dalam dan berbalik menatap Senja. "Maafkan aku jika nanti aku tidak bisa membentengi rasaku sendiri Al. Aku tidak akan memaksamu untuk merasakan nya, rasa tak pernah bohong, detak jantung tak pernah menipu tuannya. Namun pikiran ku membela ego bahwa aku bisa membentengi semuanya meski kelabu."






Tbc.

Bertemu Diujung DoaWhere stories live. Discover now