7

0 1 0
                                    

'Seseorang yang tidak pernah merasakan apa yang kamu rasakan, tidak akan pernah percaya dengan yang kamu ceritakan'

#Sekar



Kini Sekar berada di tangga depan sebelah utara tempat wanita memasuki masjid. Ia telah selesai shalat dzuhur, kini ia menunggu Tari yang sedang melipat mukenanya di dalam, ia sesekali mengusap keringat yang mulai membasahi dahinya. Terik matahari sekarang sangat menyengat kulit, membuat siapapun takkan kuat berada di luar seperti ini.

Ia menoleh ke kanan yang tidak ada siapa-siapa lalu tanpa sengaja ia menoleh ke kiri melihat sesosok pria yang sangat menyebalkan namun sayangnya ia cintai dalam diam tengah berbincang dengan temannya. Ia tersenyum mengingat kejadian di cafe sambil menatap tangannya yang terdapat gelang berwarna putih melingkar dengan indah. Sekar masih ingat saat pria itu mengatakan untuk cewek nya, padahal ia tahu bahwa pria itu tidak suka pacaran.

"Ehem." Alfa berdeham di bawah tangga sambil menatap Sekar senyum-senyum sendiri menatap gelang yang ia berikan.

"Lo? Ngapain di sini? Cowok di sana bukan di sini," seloroh Sekar terkejut yang tiba-tiba Alfa berada di hadapannya. "Kalo mau senyum ke orangnya langsung jangan ke pemberiannya."

"Maksudnya? Gak jelas lo. Siapa yang senyum orang biasa aja juga," sangkal Sekar yang terlihat gugup.

'Jangan gugup dong, entar ketauan' batinnya. Lalu berdeham untuk menutupi kegugupannya.

Alfa melipat tangannya di depan dada, menatap Sekar di bawah terik matahari yang panas. Sekar mengerutkan keningnya bingung dengan pria di hadapan nya ini, apakah ia tak merasa panas sedikitpun atau tidak takut kulitnya tiba-tiba hitam seperti arang begitu. Ia menoleh ke belakang berharap Tari cepat keluar dari dalam masjid.

Drtt drtt

Handphone milik Sekar bergetar di dalam tasnya membuat sang empu membuka tasnya lalu mengambil handphone nya. Ia melihat nama Bintang tertera di sana, lalu ia segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum kak," salamnya sambil menatap Alfa yang tetap berdiri di bawah tangga.

"Wa'alaikumussalam Kar."

"Ada apa ya kak?"

"Enggak, Kakak cuman mau mastiin kamu baik-baik aja, soalnya tadi kata Ega kamu keluar cafe," sahut Bintang. Ia salah satu teman Ega dan Sekar dulu di pesantren.

Sekar mengangguk mengiyakan meski Bintang takkan melihatnya. Ia terus mendengarkan ucapan Bintang yang sesekali membuatnya terkekeh, sedangkan Alfa berusaha untuk tidak peduli dengan siapa Sekar berbicara hingga ia melihat Sekar tersenyum karena seseorang yang mengajaknya ia bicara. Ia memejamkan matanya merasakan hatinya sakit melihatnya. Ia menggelengkan kepalanya, ia tidak mungkin cemburu.

Ia meminta Sekar untuk ikut dengannya ke warung Bu Rahma dengan isyarat, namun hanya di balas gelengan kepala tidak mengerti.

'Astaghfirullah ya Allah dosa apa hamba sampai harus bertemu gadis se lemot ini' batinnya.

Ia pergi menuju warung yang sering Sekar kunjungi bersama Tari sendirian. Di sana memang tempat ia dulu berdiam diri dengan kursi yang paling pojok kanan, ia suka menyendiri sambil mendengarkan musik memakai headset. Ia juga suka memperhatikan Sekar dan Tari makan sambil berceloteh dari pojok.

Iya, ia dulu sangat suka memperhatikan Sekar dari jauh, padahal ia belum mengenalnya dan sekarang ia bisa tahu siapa yang sering ia perhatikan dulu.

Sesampainya di sana, ia menatap kursinya yang sudah di tempati orang lain ternyata, lalu ia beralih ke pojok kiri dan melihat tak ada siapapun di sana. Ia berjalan sambil membuka peci dan memasang tudung hoodie ke kepalanya agar wajahnya tidak terlihat. Ia terlihat tampan dengan hoodie hitam dan sarung yang ia kenakan, ia duduk menghadap ke luar sambil menundukkan kepalanya. Ia merogoh handphone miliknya ke kantong, lalu cepat mencari nama 'Bayi lemot' dan segera menelponnya.

Bertemu Diujung DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang