"Maaf mas, saya belum butuh." Lebih tepatnya Danisha tidak butuh. Ayolah, Danisha akan terus single dalam waktu lama yang tidak dapat ditentukan. Dia akan menikah tapi nanti, setelah dia punya banyak sekali uang dan asset dimana-dimana. Kenapa punya uang dulu? Agar hidupnya, ibunya dan adiknya terjamin. Uang memang bukan segala nya, tapi hampir segalanya butuh uang, sebab hidup tidak se-gratis itu.

Danisha tidak akan memberikan hidupnya secara penuh pada pasangannya kelak. Siapa yang bisa menjamin bahwa pasangan mu akan bertanggung jawab pada 100% hidup mu. Menurut Danisha, meskipun  menikah nanti hidupmu tetap milik mu. Jadi kalau kemungkinan terburuk pasangan mu akan menikam mu atau meninggalkan mu, kamu masih ada harapan untuk hidup. Karena kamu masih milik mu. Tidak bersama dia bukan berarti kamu akan mati. Cari yang lain, atau hidup sendiri dengan lebih baik.

Danisha kemudian melanjutkan langkah nya untuk pulang, tapi ketika matanya melihat-lihat baju dari luar kaca bening--Danisha melihat pemandangan yang sedikit membuat nya kaget. Dari luar kaca toko baju itu Danisha melihat ibu Gladis dan guru Gladis. Masih ingat seorang guru yang peduli pada Gladis waktu itu? Pria itu tengah terlihat berdebat dengan Prita. Langsung saja berbagai pertanyaan muncul di benak Danisha. Apa hubungan dua orang itu? Kalau mereka terlibat perdebatan bukankah artinya mereka saling tau?

Owh, sial. Danisha baru menyadari suatu hal. Saat Danisha berbicara dengan guru itu, bukankah itu artinya pertamakalinya juga Gladis bertemu dengan nya? Tapi kenapa guru itu seolah tau mengenai Gladis? Ah, padahal menurut Danisha guru itu lumayan baik dan cukup berkharisma, tapi sekarang dia membuat Danisha menjadi curiga padanya.

Akhirnya Danisha pulang dengan tanda tanya mengenai hubungan antara guru laki-laki Gladis itu dan Prita.

Tiba tengah malam ketika Danisha sudah tertidur nyenyak. Gedoran pintu di kamarnya membuat mata cantik itu harus terpaksa terbuka.

Duk! Duk! Duk!

"Bukaa!! Buka anak sialan!!"

Duk! Duk!

"Bukaa pintu nyaa?!!"

Teriakan Prita sungguh sangat menggelegar. Apa wanita itu berubah jadi monster di tengah malam begini? Apa yang perempuan itu hendak ciptakan.

"Prita, apa-apaan ini?" Suara ayah Gladis terdengar.

"Ma, kenapa ribut-ribut tengah malam?" Lanjut suara kakak Gladis. Dan beberapa pekerja rumah lainnya. Sepertinya Prita berhasil membangun kan semua orang.

"Mas! Kamu harus lihat kelakuan anak sialan itu! Ayo dengar omong kosong apa yang bakalan dia jelasin sama kita!"

Clek! Pintu terbuka.

"Apa yang perlu dijelasin?" Tanya Danisha ringan.

"Heh! Kamu sialan." Prita langsung mengamuk dia melompat maju dan menarik rambut serta kerah baju tidur Danisha dengan ganas dan gesit, hingga Danisha tidak punya kesempatan untuk mengelak serangan itu.

"Kamu tidak tau di untung, dasar anak sialan."

Bug! Bug!

Suara pukulan terdengar dari pukulan di punggung Danisha.

"Kamu pikir apa yang kamu lakuin, hah?!"

"Prita, kamu apa-apaan? Lepasin Gladis Prita." Gustav melerai, tapi tangan Prita melekat kuat di rambut Danisha dan baju nya, serta sesekali perempuan yang notabenya ibu Gladis itu melayangkan pukulan yang kuat.

"Mama udah. Ma, jangan." Satria juga ikut membantu dengan menahan tangan Prita sekarang hendak mencakar Danisha. Benar-benar gila.

"Nyonya jangan." Bi Ris yang sudah tak tahan melihat Danisha di aniaya pun memberanikan diri bersuara. Pun para pekerja rumah lainnya yang mulai khawatir.

"Kalian semua diam! Jangan ikut campur. Anak ini harus di hukum, berani nya dia membatalkan pertunangan dengan putra Bantara."

Seketika semua kaget.

"Gladis apa benar?"

"Ya." Danisha mendongak angkuh sehingga terlihat sedikit memar di bibir dan sudut matanya.

"Dengar! Kalian dengar itu."

"Anak ini," Sembari menunjuk Danisha "harusnya mati."

"Hey!" Danisha balik menunjuk Prita "Anda tidak punya hak atas hidup saya. Tidak sedikit pun." Ucap Danisha geram. Dia paling benci kepada orang bejat seperti Prita yang menaruh hidup orang di ujung jarinya. Seolah-olah sekali kamu menunjuk orang itu untuk mati, kamu dia harus mati.

"Berani-berani nya kamu.." Prita pun tak kalah geram akan tingkah Danisha.

"Ya, saya berani." Balas Danisha tegas sembari mendekati Prita yang kini tengah di tahan oleh Satria.

Danisha menahan tangan Prita dengan keras yang ingin kembali memukul nya, diremasnya keras sampai tangan Prita memerah. "Dengar perempuan gila, sekali lagi kamu melakukan hal seperti ini, saya nggak akan tinggal diam. Saya akan balas." Kobaran api di mata Danisha menyala bersahutan dengan kobaran amarah di mata Prita.

"Saya bukan boneka kalian lagi."

Tbc

****

Finally setelah sekian lama akhirnya bisa update juga.

Aku bener-bener minta maaf🙏
Banyak hal yang terjadi, banyak hal yang harus aku selesaikan, jadi meskipun mungkin ada waktu, aku ngerasa belum siap untuk ngelanjutin cerita ini karena satu dan lain hal. But now, aku akan mencoba untuk menyelesaikan nya di sela-sela banyak hal yang harus aku kerjakan itu. Sebab, ada kabar baik kalau cerita ini ditawar oleh beberapa penerbit. Jadi aku berkeinginan untuk segera menyelesaikan cerita ini.

Jadi mohon dukungan dari para readers🙏

Semoga kalian masih ada yang menunggu, membaca dan memberikan like serta memberi komentar mengenai cerita ini.

The Plot TwistTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon