"Iyaa, Ma." Danisha hanya mangut, tidak ingin memperpanjang drama ini lagi. Tapi sepertinya Nirmala tidak berpikiran seperti itu.
Karena sekarang Nirmala bahkan menyuruh Takshaka untuk bergabung dalam pelukan mereka. Danisha hanya melotot kaku dan melirik sekilas sopir taksi yang
berdiri canggung di depan teras, setelah tadi dia dibukakan pintung gerbang Takshaka dan disuruh masuk kedalam, sebab dari gerbang ke pintu rumah Takshaka jaraknya jauh, yah...yah rumah sultan.
Kembali lagi pada salam perpisahan yang Nirmala usulkan, pelukan perpisahan? Dan ini bukan seperti mereka akan berpisah untuk waktu yang lama dan jarak yang jauh sampai harus membuat salam perpisahan yang begitu melangkonis, kan? Astaga tidak tau saja Nirmala betapa ngeri ide nya itu. Takshaka bahkan sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur, tapi ketar baju nya sudah lebih dulu di tarik Nirmala.
"Sama saudara harus akur!" Deliknya tajam pada Takshaka.
Takshaka berseru tak terima, sedangkan Danisha ingin cepat-cepat masuk kedalam taksi dan menyuruh sopirnya untuk membawa nya kabur secepat mungkin dari kediaman Bantara ini.
Yah, akhirnya mereka bertiga berpelukan seperti, teletubis.
****
Danisha tidak langsung pulang kerumah Gladis. Dia terlebih dahulu mampir ke beberapa toko untuk membeli kemeja. Danisha merasa jika dia tidak terlalu nyaman memakai pakaian Gladis yang bewarna-warni, manis, dan imut. Danisha tidak mengatakan bahwa orang dengan selera berpakaian seperti itu buruk. Tidak sama sekali. Danisha sangat paham bahwa setiap orang punya selera tersendiri dan orang lain tidak berhak men-judge nya hanya karena hal itu tidak sesuai dengan mereka.
Danisha pun begitu, bukan berarti Danisha tidak menyukai pakaian Gladis. Danisha hanya merasa pakaian manis itu tidak terlalu cocok dengan nya. Yah, Danisha merasa cukup aneh saat dia yang berusia 25 tahun, tapi memakai pakaian remaja. Jadi Danisha ingin membeli setidak beberapa potong kemeja dengan warna-warna cream dan gelap, sebab warna tersebut sangat mudah untuk dipadu padankan dengan bawahan apapun.
Selesai memilih baju dan berhasil membeli tiga setel, Danisha keluar dari toko dan memilih untuk berjalan-jalan dulu sebentar. Tidak jauh dari toko tempat Danisha berbelanja tadi ada banyak toko yang berjejer disamping nya, Danisha melewati sebuah toko yang menjual pakaian khusus laki-laki--dan kebetulan seorang pegawai dari toko tersebut baru saja memasang lampu hias ditiang samping toko--pegawai laki-laki tersebut tersenyum saat Danisha yang melangkah melewati toko tersebut.
"Selamat malam." Sapa pegawai itu ramah.
"Malam." Balas Danisha singkat.
Si pegawai tersenyum dengan gestur sopan. "Wah, kayak nya kakak baru belanja baju nih. Kakak berkenan mampir ke toko kami? Toko kami menyediakan banyak pakaian pria mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga tua. Model nya juga pasti trendy tapi tidak norak, kakak juga bisa memilih berbagai ukuran mulai dari S--"
Danisha dengan seksama memperhatikan pegawai tersebut yang tengah mempromosikan toko nya dan mempersuasi Danisha untuk mampir di toko nya. Danisha tidak tertarik sama sekali untuk mampir di toko itu, dia hanya tertarik melihat bagaimana telatennya si pegawai toko yang menyambut calon pembeli nya.
"Kakak bisa belikan pakaian untuk ayah kakak atau pacar mungkin?" Goda si pegawai kepada Danisha.
Danisha yang mendengar itu hanya tersenyum masam, sejak kapan dia berhubungan dengan para pria yang disebutkan oleh pegawai tersebut?
YOU ARE READING
The Plot Twist
ChickLitPlot Twist ; an unexpected shit Danisha ; the plot twist itself _________________________________________________ Danisha Mahiswa, Bussines Woman yang memiliki zero experience dalam hal percintaan karena terhalang prinsip 'money comes first, men com...
Part 24
Start from the beginning
