[JISUNG] Kenzie dan 219 Hari Terakhirnya

28 2 0
                                    

a story by  cookieschocolatte

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

a story by  cookieschocolatte



Terik matahari menyinari ruangan yang sudah menyeruak menusuk hidung memberikan aroma khas masakan rumah. Seduhan kopi susu panas tersimpan di meja makan, sang pemilik masih sibuk dalam kegiatannya untuk menyiapkan sarapan.

Suara gesekan spatula dan kuali penggorengan yang sangat nyaring menyambut pagi hari membuat seseorang yang sedang tertidur terbangun.

"Seng ... Tak!"

"Seng!"

"Kamu masak?" suara serak membuat sang empu membalikkan badannya.

Kenzie, pemilik apartemen dan pemilik kopi panas yang barusan ia seduh di bawah sinar matahari pagi. Ia tinggal di apartemen ini sendiri, ia lebih memilih untuk mencoba mandiri dan tidak menyusahkan ibunya. Memang, uang untuk membeli apartemen ini bukan hasil dari kerja kerasnya tetapi dari uang sakunya yang sengaja ia tabung.

"Ya. Lo mau kopi enggak?" tanya Kenzie lalu membalikkan tubuhnya lagi untuk menggoreng. Setelah mendengar pertanyaannya Jihan menganggukkan kepala.

"Kamu gimana?" balik tanya Jihan ia tak enak jika dirinya harus merepotkan terus tuan rumah.

"Tinggal buat lagi, yang itu buat lo aja dulu." Timpalnya mematikan kompor lalu memindahkan makanan yang sudah ia goreng tadi. Telur kecap orak-arik serta daging rendang dan nasi goreng dengan keharumannya yang membuat siapapun yang menciumnya akan merasa lapar. Beda orang beda resep, katanya.

Kenzie mengelap meja makan lalu menuangkan dua gelas air dan beberapa masakan lainnya hingga membuat Jihan kagum melihatnya. Kok ada ya cowok bisa masak sehebat ini selain chef Juna? Gumam batinnya.

"Jangan bengong nanti keburu dingin," ujar Kenzie yang memberikan nasi goreng buatannya kepada Jihan. Jihan tersadar lalu terkekeh geli. "Boleh makan nih?"

"Gamau? Yau--" Kenzie mengambil nasi gorengnya belum juga di sentuh sudah di rebut kembali oleh Jihan. Malu-malu kucing memang.

"Sementara lo tinggal di apartemen gue aja, sampai lo punya duit buat sewa atau beli tempat tinggal,"

Jihan hanya mengangguk untuk menanggapi. Sudut mulutnya muncul dengan perlahan sangat tipis dan tak kentara. Apapun yang terjadi lo gaboleh terluka Ji. Gumam batinnya lalu ia pun memulai juga untuk sarapan.

"Enak." Celetuk Jihan yang membuat Kenzie menyugar rambutnya dan berlagak jumawa seolah dia adalah koki sungguhan. Liat tuh, baru di puji satu kata aja udah sombong. Batin Jihan ia meninggikan kedua alisnya dan menggeleng heran.

Setelah kegiatan sarapan selesai mereka masing-masing terdiam dalam pikirannya, Kenzie memikirkan kucing kemarin yang sedang bersalin di jalan tanpa bantuan orang lain, sebenarnya waktu itu Kenzie ingin sekali untuk membantu tetapi karena ia tidak tahu menahu tentang seputar persalinan perihal tentang melahirkan ia lebih memilih untuk mendo'akannya. Lebih baik bukan? Entahlah ia terlalu malu. Dan Jihan masih dengan pikiran yang sama dengan rasa penasaran bagaimana membuat telur orak-arik yang seenak ini di campur kecap, karena dahulu ia hanya memberikan adik-adiknya telur mata sapi.

TEMPAT PULANGحيث تعيش القصص. اكتشف الآن