26 - Siapa Dia Sebenarnya?

Start from the beginning
                                    

Sebelum Aurora turun dari panggung, mendadak Grey menahannya dengan menggenggam tangannya hingga mereka kembali ke tengah-tengah panggung.

"Grey!" Aurora menatap Grey semringah.

Grey tersenyum seraya membalas tatapannya. "Tunggu..."

Aurora mengangguk dan menatap Grey penasaran.

Dengan cepat Grey meraih mikrofon dan menatap semua yang telah menanti kata-katanya. "Selamat malam... Umm... Pasti semuanya sudah bertanya-tanya kenapa saya mengundang kalian hanya untuk menyaksikan penampilan seseorang yang mungkin kalian belum kenal sebelumnya dan tiba-tiba dia sudah menyanyi di panggung ini. Perkenalkan, ini adalah Aurora. Tentu saja, beberapa dari kalian mungkin ada yang sudah pernah melihat gadis yang di sebelah saya ini menyanyi."

Grey kembali tersenyum menatap Aurora.

"Dia adalah pendatang baru, tapi saya yakin dia cukup menjanjikan. Sebenarnya, sekarang saya juga ingin berbagi sedikit perasaan saya selama ini. Karena sejak saya lulus sekolah musik di Jepang, orangtua saya cukup heran kenapa saya nggak mau mengikuti permintaan mereka untuk menekuni dunia tarik suara yang sudah mereka geluti selama ini."

Orangtua? Aurora mengernyit heran menatap Grey. Beberapa pengunjung di hadapan mereka juga menatapnya serius. Ia kembali memerhatikan Grey.

"Karena saya sadar, sejauh apa pun suara hati saya tersampaikan melalui sebuah lagu, saya hanya akan merasa ada sesuatu kekosongan yang sangat mengganjal hati saya jika saya belum mewujudkan apa yang saya inginkan hingga saat ini. Semua sudah berbeda."

Berbeda? Aurora tersentak kecil. Sorot matanya semakin terlihat heran dengan sikap Grey yang terus mengutarakannya sambil sesekali menatapnya. Semakin lama berada di panggung ini, tubuhnya mulai terasa kaku dan canggung sekali. Karena semua kilatan kamera sudah mulai terlihat menyorot ke arah mereka. Siapa seseorang yang dibicarakan Grey? Kenapa aku harus tetap berdiri di sini? Aku nggak paham kenapa dia menatapku tadi, pikir Aurora sambil melihat tangannya yang masih digenggam erat oleh Grey.

Apa Grey mau membuat sensasi dengan menjelaskan tentang dirinya? Kata Milla, latar belakang keluarga laki-laki ini memiliki darah seniman yang cukup kental dan aku harus membaca artikel-artikel tentang keluarganya sebelum aku berangkat malam ini. Selain itu, dia memintaku mempersiapkan diri seandainya beberapa media ingin meliputku. Karena aku sudah memilih jalur ini sebagai karirku, aku harus siap kapan saja, pikir Aurora kian penasaran.

"Beberapa minggu yang lalu, saya telah menemukan apa yang saya cari selama bertahun-tahun. Seseorang yang setelah sekian lama saya hanya bisa memikirkan keberadaannya, kini ada di dekat saya," ujar Grey.

Aurora menghela napasnya berat. Apa maksud Milla saling berhubungan dengan tujuan Grey malam ini? Kenapa Grey mengatakan semua itu saat bersamaku detik ini? pikirnya semakin penasaran. Jantungnya sudah berdebar hebat menunggu ucapan Grey berikutnya.

Sementara Grey hanya kembali mengukirkan senyum sambil menatap Aurora dengan tenang, lalu ia mengalihkan matanya ke seluruh sudut kafe ini lagi sambil merentangkan tangannya ke arah gadis itu. "Dia adalah seseorang yang selama ini hilang karena kesalahpahaman di antara keluarga kami. Ya. Cassandra Zafirah Aurora, adalah adik kandung saya yang akan menjadi rekan menyanyi saya di album pertamanya yang sudah saya siapkan selama ini."

Aurora terlonjak mendengarnya. "A-apa, Grey?" tanyanya menggumam pelan dengan perasaan yang begitu terkejut, heran, dan penasaran. Tapi Grey nggak menggubris pertanyaannya dan terus tersenyum sambil menatap para jurnalis yang jadi penasaran dengan ucapannya malam ini.

Aurora terus menutupi wajahnya dengan satu tangannya dari kilatan cahaya kamera yang menyilaukan matanya.

Grey menoleh ke arah Aurora sekilas, dan kembali menatap ke depan panggung. "Ya. Mulai malam ini saya akan mengikuti jejak keluarga saya. Hanya itu yang bisa saya utarakan. Terima kasih untuk semua rekan media yang telah hadir memenuhi undangan saya malam ini."

Senyum manis penuh kebahagiaan kini menghiasi wajah Grey seraya semua jurnalis berebut mengambil gambar mereka berdua di panggung. Namun, pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari benak mereka sudah nggak terjawab lagi.

Tak lama kemudian, Grey membawakan gitar Aurora dan memberi arahan dengan matanya agar mereka segera melangkah turun dari panggung bersama-sama.

Sampai detik terakhir, Aurora melihat Grey masih menggenggam tangannya. Mau nggak mau ia mengikuti langkahnya dengan sorot mata yang terus menatap laki-laki itu. "A-pa yang kamu katakan tadi, Grey?" tanyanya dengan perasaan campur aduk sekarang.

"Maaf, Aurora. Kalau aku mengatakan semua ini dari awal kita bertemu, aku takut kamu nggak akan pernah datang lagi ke sini atau mau melihatku lagi."

Grey mengembalikan gitar Aurora dan tertunduk lesu saat mereka telah berada di balik panggung. Ia nggak ingin menatap wajahnya yang muram dan sorot matanya yang masih penasaran. Tapi ia harus mengatakannya. Ia harus melakukan semua ini. Karena kenyataannya, ia nggak ingin menghindar lagi dari kenyataan yang ada.

Melihat reaksi Grey itu, mata berbinar Aurora telah berubah menjadi sedikit berkaca-kaca. Ia nggak tahu apa harus memercayai ucapannya malam ini atau hanya menganggapnya sedang mencari sensasi. Namun, hatinya terasa pilu sekali karena kesungguhan ucapannya. Degup jantungnya masih terasa cepat hingga tangannya mulai gemetar. Cepat ia mencengkeram fret gitarnya erat, sebelum benda itu meluncur cepat dari tangannya.

Sebelum rasa penasaran Aurora hilang, seseorang telah mendekati mereka dan menggamit tangannya seakan nggak peduli lagi dengan kilat cahaya kamera yang kini tertuju ke arah mereka. "J-Jonas?" Aurora menoleh dengan suara terisak dan melihat laki-laki itu mengangkat tangan kirinya di depan wajah dinginnya saat menatap mereka.

Tanpa sepatah kata, Jonas meninggalkan Grey dengan sorot matanya yang membunuh dan membuat Aurora terpaksa mengikuti langkahnya menjauh dari pandangan Grey. Dengan beberapa orang berpakaian blazer hitam yang melindungi langkah Jonas dan Aurora, keduanya pun berhasil keluar dari kafe itu.

AurorabiliaWhere stories live. Discover now