25. LOVE OR OBSESSION?

Start from the beginning
                                    

Bian menunjuk dada Citra yang terdapat bercak merah. "Gimana permainan Ergi? Ganas banget, ya, sampe lo memar-memar kaya gini?"

Citra menggeleng pasrah. Menyangkal apa yang Bian katakan barusan. "Aku bisa jelasin, Bi."

"Gak ada ada yang minta lo jelasin sesuatu."

"Semua ini gak seperti yang kamu bayangin," sangkal Citra bersungguh-sungguh. Ia juga tidak akan mau kalau tidak dalam pengaruh obat. Ia melakukan itu karena tidak sadar.

Bian memalingkan wajahnya ke lain arah. Matanya memanas begitu saja saat memandang wajah Citra. Wajah wanita pujaan hatinya yang selama ini begitu diratukan olehnya. Kini semua itu lenyap dalam sekejap mata.

Sakit. Sangat sakit. Bahkan kata-kata tidak akan bisa mendeskripsikan rasa sakit yang kini menusuk ulu hatinya. Dari dulu sampai saat ini, trauma itu masih ada. Apalagi saat ini, kekasihnya sendiri yang berselingkuh. Berkhianat darinya.

Bian berjongkok, menatap Citra lamat-lamat. Tangannya terangkat untuk menyelipkan rambut Citra ke belakang telinganya. Ia mengusap pipi wanita itu.

"Bi, aku bisa jelasin. Aku nggak-,"

"Gue maafin sebesar apapun kesalah lo. Gue maafin mau berapa kali pun lo berbohong. Tapi nggak dengan perselingkuhan. Gue gak bisa, Citra, gue gak bisa." Bian menarik napas panjang, menetralisir napasnya yang terasa berat.

"Kurang apa gue selama ini, Cit?" sela Bian dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya. "Kurang apa gue selama ini? Semua yang lo mau selalu gue turuti, selalu gue kabulin, tapi apa balasan lo?"

"Bi...." Citra menggeleng dengan genangan air mata yang tertahan.

"Tas branded, sepatu, baju-baju mahal, perhiasan, uang bulanan. Semua gue kasih buat lo tanpa syarat apapun, tanpa balasan apapun. Apa itu semua belum cukup buat lo?"

Runtuh.

Pertahanan Citra runtuh melihat Bian berbicara kepadanya dengan nada kecewa. Bahkan putus asa seperti itu. Yang dikatakannya memang benar. Selama ini Bian selalu memberikan apa yang Citra mau, tapi ia lupa bersyukur dan terus menginginkan sesuatu yang lebih dan lebih.

Sekarang Citra menyesal. Ia tidak suka melihat Bian yang putus asa kepadanya. Citra mengakui bahwa ia menyayangi Bian tanpa dia sadari selama ini.

"Gue kira lo beda sama wanita wanita di luar sana. Gue kira lo tempat pemberhentian terakhir buat gue. Gue hanya mengira-ngira tapi gak tau kebenarannya seperti apa."

Bian merubah ekspresinya, dia berdiri kemudian mengambil laptopnya, menyalakan rekaman itu dan menunjukkan pada Citra.

Citra tercengang karena melihat dirinya di dalam rekaman itu dengan seorang pria yang dia yakini adalah Ergi. Malu, ia benar-benar malu dan jijik mendengar suara desahan desahan itu keluar dari mulutnya sendiri.

"Apa yang ada di pikiran lo saat ngelakuin ini? Apa sedikit aja lo nggak inget gue? Lo gak inget semua kebersamaan kita selama beberapa bulan ini?"

"Aku...."

"Apa segitu pengennya lo nge seks sama kakak gue sendiri? Orang yang jelas-jelas suruh gue jauhin tapi lo malah dengan sendirinya menyerahkan kehormatan lo buat dia."

Sekali lagi, Citra malu. Ia merasa teramat kotor ketika Bian merendahkannya secara terang-terangan.

"Kenapa kamu bisa....?" Citra tak sanggup melanjutkan. Bagaimana bisa rekaman itu ada? Dan sampai pada tangan Bian?

"Lo gak perlu tau."

"Hebat juga lo soal urusan ranjang. Belajar dimana?"

"Di bayar berapa sama Ergi sampe lo mau-mau aja?"

Obsesi AsmaraWhere stories live. Discover now