1. Aku, Kamu, dan Bahagia Kita.

1.9K 389 112
                                    

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan, atau mempersilakan. Yang pertama adalah keberanian, yang kedua adalah pengorbanan. (Salim A. Filla)

___

Nata terduduk tegang di ruang tamu berukuran 4×5 meter persegi. Peluh membanjir di pelipis, kedua tangan saling terjalin erat ketika menjawab tanya lelaki paruh baya yang tengah berhadapan dengannya kini.

"Nak Nata serius dengan ucapannya barusan?"

Anggukan tegas Nata mencuat. "Insyaallah saya sangat serius, Pak!" Jawabnya mantap tanpa ada keraguan.

Hela napas panjang lelaki, si lawan bicara menguar. Mata tuanya yang dihiasi beberapa lipatan keriput memancar bahagia sekaligus sedih. "Apa yang membuat Nak Nata menginginkan Mahika?" Ayah mana yang tidak bahagia jika ada pemuda gagah nan tampan, sangat baik, dari segi agama maupun perangai, datang menyatakan keseriusan pada putri semata wayangnya. Abdullah Hamid tak bisa membendung haru yang meruangi hati. Mahika Saynala, putri semata wayangnya, tanpa disadari telah beranjak dewasa. Perasaan baru kemarin Hamid menimang Mahika kecil, menenangkan saat Mahika merindukan sosok sang bunda yang telah kembali ke haribaan - tak lama usai melahirkan sang putri. Tahu-tahu gadis kecilnya telah bertumbuh menjadi remaja yang cantik, menginjak usia dewasa muda, hingga siap dipersunting lelaki yang akan menjadi imamnya nanti.

"Saya mencintai Mahika, Pak, bukan cuma itu, sejak pertama kali kami bertemu, saya sudah jatuh hati dengan kelembutan, kesederhanaan dan juga kesopanan putri Bapak." Nata tak akan menampik semua pesona yang dipancarkan Mahika. Satu nama yang telah memenuhi relung hati, membuat Narendra Pranata Shafwan, seorang arsitek muda tanpa sadar telah terjerat tali-tali asmara. Nata tak akan segusar ini andai gadis yang didamba sama seperti gadis lain yang pernah dia temui, yang mudah untuk didekati, lalu dipacari.

Mahika berbeda dengan mereka. Sang gadis menolak halus pernyataan cinta Nata dengan alasan takut tertusuk akan duri dosa. Kelebat ingatan Nata menampilkan kembali ketika Mahika mengatakan tidak saat Nata menyatakan perasaan. Bukan implikasi dari penolakan, tapi kata tidak dari Mahika ingin sang lelaki datang langsung ke hadapan ayahnya jika memang serius dengan ucapannya.

"Datang dan sampaikan niat Mas Nata langsung pada Ayah, kalau memang Mas Nata serius dengan saya." Adalah jawaban Mahika ketika Nata memintanya menjadi kekasih.

Reaksi pertama adalah kaget. Nata tak pernah menyangka jika Mahika akan langsung meminta keseriusan padanya. Menimbang dan memikirkan semua kalimat Mahika, akhirnya Nata mantap mendatangi rumah kediaman sang gadis, membawa setangkup harap serta keberanian. Maka, di sinilah lelaki 31 tahun itu berada, ruang tamu kediaman Abdullah Hamid, ayah sang gadis pujaan.

"Tapi Mahika hanya gadis biasa, Nak, pendidikannya tidak tinggi seperti Nak Nata, saya takut suatu hari akan mengecewakan." Ungkapan Pak Hamid- ayah Mahika menanggapi jawaban Nata.

Nata memberi gelengan. "Bagi saya, Mahika adalah gadis yang luar biasa, Pak. Saya belum pernah bertemu dengan perempuan seperti putri Bapak, yang sangat menjaga diri, begitu tenang, wajahnya sejuk dipandang, sampai membuat saya sudah tidur karena terus kepikiran."

Pak Hamid mengangguk mendengar jawaban Nata. Lelaki itu kemudian tersenyum haru membaur dengan rasa lega. Sebagai cinta pertama sang putri, tugasnya hanya membimbing mengarahkan, serta memberi restu saat tiba waktu Mahika menjemput jodoh.

"Saya sebagai walinya Mahika hanya bisa memberi doa dan restu, kalau memang Mahika juga berkenan, saya sudah tak punya alasan untuk menolak." Kalimat Pak Hamid menciptakan lengkung sempurna di bibir Nata.

Lelaki itu merapal hamdalah beberapa kali sebagai ungkapan syukur.

"Mahika, ke sini sebentar, Nak!" Pak Hamid memanggil sang putri. Derap langkah pelan menjangkau ruang tamu beratmosfer klasik tersebut.

Stuck With You (Published (Ebook) by Karos)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora