[SUNGCHAN] Little Deer

Start from the beginning
                                    

"Kakak baru sadar, kamu udah sebesar ini ya? Jangan cepat besar lagi, oke? Kakak masihpingin manggil kamu dengan sebutan 'rusa kecil', hehe," ucap Rebecca dengan kekehan kecilnya. Ia kembali terkekeh ketika melihat raut kesal Sungchan. Tidak dipungkiri, dirinya sangat senang menjahili adiknya. Menurutnya, ekspresi yang dikeluarkan sangat beragam dan Rebecca sangat senang untuk mempelajarinya.

"Jangan mulai," desis Sungchan, kemudian melanjutkan kegiatannya yang tertunda. AwalnyaRebecca memang terkekeh, tetapi setelah mendengar Sungchan, kekehan tersebut berubah menjadi sebuah tawa yang terdengar menyebalkan di telinga si bungsu itu.

Rebecca perlahan mendekati Sungchan dan mengelus rambut legam adiknya, "Kakak sayang banget sama kamu, kamu tau kan?"

Diam menjadi jawaban yang Sungchan berikan. Sejujurnya, dirinya masih terlihat linglungketika mendengar kalimat itu terucap dari Rebecca. Masih terlihat bingung untuk menjawabnyadengan kalimat apa. Namun satu hal yang Sungchan yakini adalah; Rebecca pasti mengerti bahwa Sungchan juga menyayanginya sama besar seperti Rebecca menyayangi Sungchan.

Tahu tidak akan mendapat jawaban apapun, Rebecca menarik tangannya dan tersenyum manissebelum pergi berlalu menuju dapur untuk mempersiapkan sarapan pagi ini. Semakin kecil punggung Rebecca, semakin besar senyum Sungchan. Selalu seperti ini dan Rebecca tidak pernah mengetahui.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat beberapa menit, kelas pertama Sungchan akandimulai satu jam lagi. Dirinya harus segera bergegas, tidak ingin mengulangi hal yang sama seperti saat dirinya menginjak semester empat kemarin. Sudah tahu kelas dimulai pukul delapan pagi, Sungchan memilih untuk bangun pada jam delapan juga.

Langkah kakinya terdengar nyaring di penjuru rumah. Jelas saja, tungkai kaki Sungchan sangatpanjang, sangat berkebalikan dengan Rebecca. Meskipun Rebecca adalah seorang model, namun kakinya tidak sepanjang milik Sungchan dan terlihat sangat langsing. Pernah Sungchan berpikir bahwa kaki Rebecca akan patah ketika dipakai berlari.

Masih menjadi sebuah pertanyaan untuk Sungchan, selain kakinya, semua yang ada ditubuhnya ini tidak ada satupun hal yang sama dengan Rebecca.

"Kak, aku gak sarapan di rumah ya? Buru-buru banget," katanya sembari mencomot salah saturoti bakar yang sudah disediakan oleh Rebecca. Rebecca tentu saja mengangguk dan dengan segera menyambar gawai mahalnya, terlihat sibuk. Sungchan yang merasa dirinya hampir terlambat pun dengan tergesa melangkahkan kakinya menuju pintu utama.

Sebelum pintu tertutup, samar-samar Sungchan mendengar Rebecca berteriak, "Semua saldo e-wallet kamu udah Kakak isi! Jangan gak dipake!"

Perjalanan menuju kampus membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit—itu pun ketikajalanan sedang lancar jaya dan tidak padat merayap. Beruntungnya Sungchan, meskipun hari ini adalah hari Rabu, namun anak-anak sekolah sudah melaksanakan libur, maka jalanan akan terasa lengang dan sepi. Menjadi satu hal yang Sungchan benci, sebab Bus mungkin saja tidak akan memiliki penumpang lain selain dirinya.

Kepala Sungchan beradu dengan jendela Bus yang berada di sisi kiri. Badannya yang besar bertumpu pada badan Bus. Ia bersandar sembari matanya melihat apa pun yang bisa ia perhatikan. Entah itu sebuah pedestrian. Entah itu sepasang kekasih yang sedang berjalan bersama bergandengan tangan. Entah itu sebuah halte pemberhentian Bus. Entah itu sebuah papan iklan dengan wajah Rebecca. Tidak ada yang menarik, semua berlalu begitu saja hingga Sungchan sampai di depan halte pemberhentiannya.

Sesaat setelah turun, Sungchan menghela napas berat. Baiklah, Sungchan sudah siap untukmenjalani hari yang panjang ini. Pagi ini, Sungchan memiliki kelas Komunikasi Budaya sebanyak 3 SKS. Selama itu pula, Sungchan akan berada di kelas bersama dengan teman-temannya. Sangat melelahkan, Sungchan sudah paham pasti mereka akan menanyakan hal yang sama setiap harinya.

TEMPAT PULANGWhere stories live. Discover now