I'M WITH YOU [PART 2]

Start from the beginning
                                        

Hari ini, Stephanie mengatakan bahwa ia akan bertemu Pak Prabu. Almira meminta Samuel untuk tidak pergi ke mana-mana dan sebisa mungkin dapat menjadi bala bantuan bila dibutuhkan. Almira juga menjelaskan duduk perkara yang ia khawatirkan. Tentu saja si dingin itu mau membantu! Ditambah, saat itu ada Johan. Rasanya akan aman.

***

Stephanie tidak sempat membalas pesan Almira karena Pak Prabu sudah membukakan pintu mobil untuknya. Pak Prabu pun megintip sedikit ponsel Stephanie, membuat gadis tujuh belas tahun itu berusaha menutupi layar ponselnya. Sebelum masuk ke dalam mobil, ia langsung mencari aplikasi rekam suara dan tidak lupa ia menekan tombol rekam. Ia harus bersiap diri. Syukur apabila Pak Prabu ini benar-benar baik, tapi Stephanie harus tetap siaga. 

Sialnya, yang menelpon dua menit kemudian adalah Samuel. Apakah aplikasi rekam akan tetap berjalan bila Stephanie mengangkat telepon? Oh, atau dia bisa menekan tombol rekam saat mengangkat telepon itu? Atau Samuel akan melakukan hal yang sama? 

Ia percayakan pada Samuel. Sepertinya, Almira meminta bantuan Samuel.

Stephanie sudah duduk di kursi penumpang. Ia menggunakan sabuk pengaman dengan baik. Pak Prabu terlihat menyalakan mesin mobil dengan santai. 

"Gak apa, angkat aja telponnya, Steph." Tutur Pak Prabu sembari mulai mengeluarkan mobil dari tempat parkir. Mobil melaju perlahan.

"I.. iya, Pak..."

"Halo? Oh... iya. Bilang sama Mama aku ada acara dulu ya. Sip."

Padahal, Samuel tidak mengatakan apa-apa. Stephanie tidak mematikan ponselnya. Ia hanya berpura-pura mematikannya. Jantungnya benar-benar berdetak tak karuan. Takut sekali sungguh!

Sudah lima menit berlalu, akhirnya mereka menemui lampu merah sehingga laju mobil Pak Prabu berhenti. Tiba-tiba, tangan kiri Pak Prabu menyentuh dengkul Stephanie. Perempuan itu terkejut sekali hingga tidak bisa berkata apa-apa. Sentuhan itu naik menuju paha-nya dan pada saat itu, Stephanie memberanikan diri untuk berbicara.

"Jangan sentuh.. Pak.."

Hanya itu kalimat yang terlontar, yang paling mampu Stephanie utarakan di tengah deru napas takutnya dan irama detak jantung yang berantakan. Sungguh! Takut sekali Stephanie saat itu?!

"Sentuh apa memangnya? Begini tidak boleh?"

Pak Prabu malah semakin berani. Tangannya semakin naik ke paha atas Stephanie. Sang gadis yang ketakutan tidak bisa berkata apa-apa! Namun, jika dia bersuara kini, suaranya akan terekam di dalam percakapan telepon dengan Samuel dan Samuel akan mendengarnya! Saudara kembarnya itu pasti akan menyelamatkannya, bukan? Almira yang meminta tolong padanya, bukan?!

"Jangan, Pak... Jangan..."

Stephanie berusaha keras untuk mengatakan hal itu. Sulit. Sungguh merupakan hal yang sulit membela diri ketika ketakutan setengah mati. Kau tahu istilah tonic immobility? Itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan situasi Stephanie. Ia seakan-akan tak bisa bergerak, padahal ia menyuruh tangannya untuk menyingkirkan Pak Prabu dari tubuhnya. Tapi tidak bisa! Ia juga meminta dirinya untuk berteriak, tapi tidak bisa! Karena itulah, kata 'Jangan, Pak' diutarakan dengan susah payah.

***

"B**ingan."

Samuel mengumpat dengan berbisik. Mobil Pak Prabu yang ia ikuti sedari tadi itu sudah melaju lagi. Samuel melajukan motornya dengan kecepatan yang terbilang cukup tinggi untuk mengejar mobil sialan itu. Pertanyaan menjijikan dari Pak Prabu membuat lelaki itu tak kuasa menahan amarah. 

Samuel dapat mendengarkan percakapan itu karena ia menggunakan earphone sepanjang mengemudi motor. Dari awal mobil Pak Prabu berangkat, Samuel dan Johan sudah mulai mengikuti karena mereka memang sedang bersama Almira dan menunggu update dari Stephanie terkait pertemuannya dengan Pak Prabu. Almira bilang, jika Stephanie chat, artinya ada sesuatu yang tidak beres dan ternyata bingo! Anak cerdas itu benar. 

Johan yang memahami kemarahan Samuel itu mengikutinya dari belakang. Ia percepat laju motornya, seirama dengan Samuel yang sedang memimpin di depan.  Almira memang meminta tolong kepada Samuel, tetapi di sana tadi ada Johan. Johan menawarkan diri untuk ikut membantu. Namun, gadis itu tidak ikut karena ia harus pergi kerja paruh waktu setelahnya.

Rencana sebenarnya adalah mencegat mobil Pak Prabu secara bersama-sama. Setelah itu, keluarkan Stephanie dari mobil dan tinggalkan Pak Prabu dengan konyol. Bila ada yang perlu berurusan dengan Pak Prabu, orang itu harusnya adalah Johan.

CIIIIIIIT!!!!!!!!

Ban motor Johan juga Samuel, serta ban mobil Pak Prabu secara bersama-sama berdecit. Johan dan Samuel berada tepat beberapa meter di depan mobil Pak Prabu sementara Pak Prabu membanting stirnya ke arah kanan, arah trotoar jalan sembari menginjak rem dan mobil berhenti. Tiba-tiba sekali memang!

Samuel yang sangat marah itu lekas turun dari motor. Tidak peduli bila motornya terjatuh begitu saja. Wajahnya amat memperlihatkan emosi yang membuncah. Ia seperti siap melahap apa saja di hadapannya. Menyeramkan sekali. Stephanie baru melihat ekspresi marah itu!

Sementara Johan mengumpat pelan. Lelaki itu langsung berlari ke arah Samuel karena amat terlihat bila Samuel akan menghabisi Pak Prabu.

Johan sampai secepat kilat di depan pintu mobil Pak Prabu, sama sekali tidak membiarkan Samuel untuk berbuat neko-neko! Ia menyingkirkan temannya. Samuel terdorong sedikit, melangkah mundur. Yang harusnya Samuel lakukan adalah membukakan pintu Stephanie, bukan menghampiri Pak Prabu! Yang menghampiri Pak Prabu harusnya adalah Johan!

Janganlah kau macam-macam, Bung!, batin Johan, merujuk pada Samuel.

Merasa Samuel harus dilindungi dari hukum, Johan langsung mengetuk kaca pintu Pak Prabu dengan kasar. Oh, ketukan itu berubah menjadi tonjokan, lagi dan lagi! Begitu keras sampai akhirnya kaca mobil Pak Prabu pecah! Dibukanya pintu mobil itu kemudian ditariknyabkerah Pak Prabu untuk membuatnya keluar dari mobil.

Tidak disangka, Samuel menonjok wajah bapak guru biadab itu sekali dengan amat keras hingga terlihat memar di pipi. Takut pertengkaran ini terus terjadi, Johan mengisyaratkan Samuel untuk membawa pergi Stephanie.

Untungnya, Samuel berhasil membawa pergi Stephanie. Kini, tersisa hanya si preman--Johan--dan si jahanam--Pak Prabu.

"Pak, kalau sudah tua lekas kau bertobatlah!"

Johan menonjok lagi dan lagi wajah Pak Prabu dengan ganas hingga lelaki paruh baya itu tersungkur. Belum, belum selesai! Johan terus menyiksa Pak Prabu sampai darah pun keluar dari hidung yang dipukuli. Pak Prabu tidak diam, ia juga berusaha mempertahankan diri serta menyerang balik Johan. Alhasil, keduanya babak belur.

Orang-orang yang lewat berusaha melerai, ramai sekali di sana. 

Saat itulah mobil polisi yang sedang berpatroli menjumpai Johan dan Pak Prabu.

***
To be continued

CLASS OF '14 [ON GOING]Where stories live. Discover now