I'M WITH YOU [PART 1]

113 16 3
                                        


2013: Sudut Pandang Orang Ketiga

Sudah lewat seminggu setelah pemberitaan mengenai perceraian antara Dian Kemuning dan dokter bedah jantung Julian Pramadana. Sudah tidak banyak lagi mata yang memandangi Samuel maupun Stephanie dengan mata iba, atau mata dengan ekspresi mengerikan lainnya yang tak mungkin disukai oleh keduanya. Sudah reda dan mereka sudah merasa lebih baik.

Bukan hanya Samuel dan Stephanie yang merasa lega, tetapi Ibu Rahayu pun merasa demikian. Dengan begini, semoga tidak ada kejadian lain yang menimpa siswa kelasnya. Baru dua minggu sekolah, mohon untuk tidak ada keributan lainnya. Ibu Rahayu berdoa di setiap harinya.

*** 

Tuhan, doaku ini tidak dijabah ya?

---

Baru saja Priyanka Rahayu sampai di tempat kos, melepas sepatu dan duduk manis di sofa, ponselnya berdering. Telepon itu merupakan telepon rumah karena nomor yang tertera menyatakan +6221, artinya telepon sambungan dari daerah Jakarta bukan?

Tanpa curiga apa pun, Rahayu mengangkatnya. 

"Selamat siang, dengan Ibu Priyanka Rahayu?"

"Ya... dengan siapa saya bicara?"

"Saya dari polres. Perkenalkan, saya... Saya ingin memberi informasi bahwa murid Anda, Johannes Wangsapoetra sedang kami tahan karena penganiayaan di jalan umum. Kami meminta nomor orang tua Johannes tetapi dia bersikeras untuk menghubungi Anda selaku wali kelasnya..."

Demi Tuhan. Untuk sepersekian detik, Rahayu mengira ini adalah prank papa minta pulsa. Tolonglah. Katakan kalau Anda minta pulsa, Pak Polisi! Jangan bilang kalau anak murid saya yang tampan dengan lesung pipitnya itu ditahan oleh Anda!

"...halo? Ibu Rahayu? Saya meminta Ibu untuk datang ke polres. Bu? Halo?"

Sungguh, Rahayu masih terkejut dan tak ingin percaya. Katanya, Johannes memang sering keluar-masuk kepolisian. Tapi ia tidak percaya itu karena belum melihatnya secara langsung! Ia selalu percaya siswa-siswanya adalah innocent. Panggilan ini terdengar begitu meyakinkan karena tidak ada ungkapan-ungkapan aneh layaknya penipuan. Alamat yang diberikan pun jelas. Tapi Rahayu tidak bisa memproses apa yang sedang terjadi dengan cepat.

Seriously... Rahayu tidak menyangka dalam kurun waktu dua minggu saja, ia sudah menghadapi dua kasus berbeda di sekolah. Johannes, oh Johannes. Tidak bisa kah kamu diam saja, Nak?

Saking terkejutnya, Rahayu masih sulit memahami hingga mengucap,

"Pak... anu... Bapak gak minta pulsa?"

***

Bisa dihitung jari berapa kali Rahayu mencicipi gedung polisi: pada saat kartu ATM-nya hilang, pada saat mengantar adiknya yang kena tilang, pada saat... pada saat apalagi? Sepertinya tidak pernah lagi. Lalu saat ini? Saat ini dia duduk di depan Pak Polisi sebagai wali dari muridnya yang melakukan penganiayaan terhadap seorang dewasa di jalan?! 

"Kami sudah memeriksa Johannes.  Ia mengakui kesalahannya. Karena ia masih di bawah umur, hukumannya tidak akan seberat orang dewasa. Namun, ternyata dia juga pernah melakukan penganiayaan pada orang lain di waktu yang berbeda. Istilahnya, dia punya catatan kriminal juga. Hal ini buruk, Bu. Yah, Ibu silakan tanda tangan dulu di area ini dan ini."

CLASS OF '14 [ON GOING]Onde histórias criam vida. Descubra agora