Rahayu masih tidak percaya bahkan saat ia duduk di sini dan mendengarkan penjelasan polisi.
"Sebentar. Bolehkah saya bertemu dengan Johannes?"
"Boleh, Ibu. Tanda tangan dulu saja di sini. Bisa dibaca dulu ini. Karena korban bersedia untuk jalur damai, jadi silakan Ibu membaca ketentuannya di kertas ini. Denda paling besar empat ratus lima puluh ribu..."
Kepala Rahayu rasanya pening. Terserahlah. Ia baca saja semua dokumen itu dan menandatanganinya. Setelah membayar denda, Rahayu akhirnya dipertemukan dengan Johan.
Johan diantar oleh seorang polisi ke hadapan Rahayu. Anak remaja itu terlihat memiliki luka memar di wajahnya, bibirnya berdarah sedikit, kemudian jemari tangannya pun penuh luka. Tapi, anak lelaki itu tersenyum menyambut Ibu gurunya seakan tidak ada yang terjadi.
"Hai, Bu! Terima kasih sudah datang!"
Rahayu saat itu tidak bisa berkata-kata.
***
Rahayu memperhatikan Johan yang sedang asyik menyantap makanan. Guru itu memutuskan untuk memberi makan Johan terlebih dahulu sebelum berbicara dengannya. Sebelumnya, mereka pun mampir ke apotik untuk membeli beberapa obat yang dibutuhkan. Johannes bisa memakainya sendiri, ia bersikeras untuk tidak disentuh sedikit pun oleh Ibu Rahayu. Baiklah, Rahayu mengalah.
"Ey, Bu. Jangan liatin aja dong. Ikut makan, yuk! Ibu gak makan? Diet ya, Bu?" Johan menghentikan tangannya barang sesuap. Ia mencoba mencairkan suasana dengan bertanya pada sang guru.
Rahayu menghela napas. Ia masih ingin memandang bahwa anak lelaki ini innocent. Tapi tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana untuk mendalami kasusnya. Bukannya Rahayu ingin menyalahkan, ia hanya ingin lebih mampu memahami anak didiknya. Itu saja. Bukankah guru seharusnya pun dapat menjadi pendengar yang baik dan bijak?
"Johan."
"Panggil 'Jo' aja, Bu. Biar akrab." Katanya. Sudut bibirnya terangkat penuh memperlihatkan senyuman manis. Lesung pipitnya pun kentara sekali. Ah, anak ini tidak mungkin menonjok dengan kasar, bukan?
"Jo. Coba ceritakan pada Ibu apa yang terjadi."
Seakan Johan tahu skenario ini, lelaki itu menghela napasnya. Ia menyeruput teh manis dingin dengan nikmat sebelum menjawab.
"Saya cegat Pak Prabu. Saya tarik Pak Prabu keluar dari mobilnya dan saya pukuli." Jawabnya enteng sekali, seakan itu bukan hal yang besar.
"Pak Prabu?!"
Johan mengangguk tanpa ragu. Ia kembali mengunyah daging ayam pop yang ia pesan.
"Kamu cegat mobil Pak Prabu di jalan dan kamu pukuli beliau?"
Johan kembali mengangguk. Matanya mengisyaratkan tak ada kebohongan.
Betapa terkejutnya Rahayu mengetahui hal itu. Dari semua orang di dunia, yang ia bikin babak belur adalah guru seniornya sendiri?! Sungguh, tak ada kata terucap detik itu. Rahayu masih mencerna.
Ia tidak boleh untuk memarahi siswa ini. Ia harus tenang. Tenang dan dengarkan alasan Johan.
"Apa yang membuatmu memukuli Pak Prabu?"
Johan menghentikan makannya sekali lagi. Di antara semua guru yang pernah bersamanya, baru Ibu Rahayu yang bertanya dengan cara yang berbeda. Biasanya, guru akan memarahinya, memberikan sanksi, menceramahi, sampai memukul kepalanya. Tapi Ibu Rahayu hanya bertanya tanpa prasangka. Ia memberi makan Johan pula!
Johan takjub.
Tapi tak menjawab. Ia hanya diam.
"Johan?"
Johan menimbang untuk berbicara. Apakah ia akan mengungkapkan seluruhnya pada Ibu Rahayu atau hanya sebagian? Apakah ia dapat mempercayai Ibu Rahayu atau tidak? Johan memperhatikan dengan seksama guru itu. Guru perempuannya terlihat cukup muda namun terkenal tegas dan sangat peduli dengan siswa. Mungkin tidak masalah bila ia cerita?
"Jika saya berkata yang sejujurnya, apa yang akan Ibu lakukan?" Tanya Johan. Dia berhenti menikmati hidangan dan menatap lurus pada Rahayu. Kali ini, tatapannya menajam.
Melihat ekspresi Johan, Rahayu paham bahwa ada alasan kuat yang membuat anak ini bertindak gegabah memakai kekuatan. Pun, Rahayu bisa paham bahwa ternyata Johan juga sosok yang bisa terlihat keji dan tegas seperti saat ini, saat Johan begitu serius menatap langsung bola mata gurunya. Rahayu sedikit gentar, namun ia harus melakukan sesuatu.
"Ibu dengarkan dulu, baru setelahnya kita cari solusi."
"Hm... menarik."
Johan terlihat menimbang-nimbang.
***
to be continued
YOU ARE READING
CLASS OF '14 [ON GOING]
General FictionPRIYANKA RAHAYU, seorang guru di sebuah sekolah elit di Jakarta Selatan, harus menelan takdirnya untuk menjadi homeroom teacher dari delapan anak yang cukup istimewa. Siapa sangka, kedelapan anak tersebut memiliki kisah hidupnya sendiri dan Rahayu m...
I'M WITH YOU [PART 1]
Start from the beginning
![CLASS OF '14 [ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/317648260-64-k920566.jpg)