10. Harry

47 8 3
                                    

Hai i'm back, seperti biasa setiap Rabu aku update^^ maaf banget udah 2 minggu gak up:(
Buat yang lupa sama alurnya kalian bisa baca chapter sebelumnya~
Okay happy reading

~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~

Matanya mengerjap, mencoba menerima cahaya yang masuk ke dalam matanya. Sissy berusaha menyadarkan dirinya sepenuhnya dan ya, ia mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dirinya diculik oleh ilmuwan yang selama bertahun-tahun ia hindari. Perlahan samar-samar bayangan pun mulai terlihat. Dirinya sudah berada di ruangan kosong dan hanya disinari satu lampu saja di atasnya.

Mulutnya ditutup dengan lakban, tangannya diikat di belakang kursi yang sedang ia duduki, bahkan sepatunya hilang entah kemana. Sissy nampak tidak berdaya bahkan untuk berontak sekalipun. Tenggorokannya kering, kepalanya pusing, dan tangannya pun terasa sakit. Sissy mencoba untuk menenangkan pikirannya, tapi bayang-bayang kedua orang tuanya yang tersakiti pun mulai menghantui pikirannya.

Akankah nasibnya akan sama tragisnya dengan kedua orang tuanya atau ada sebuah keberuntungan yang bisa menyelamatkannya? Sissy termenung sesaat, tidak ada yang bisa menolongnya saat ini. Ia hanya bisa mengandalkan dirinya saja sampai akhirnya kaki telanjangnya menyentuh kabel yang ada di bawahnya.

Deg, paashh. Tubuhnya tersentak kaget setelah melihat lampu-lampu mulai menyala setelah kakinya menyentuh kabel. Tidak hanya lampu neon di atasnya, kipas angin yang tak jauh dari tempatnya pun mulai menyala. Suasana berubah total yang tadinya gelap gulita menjadi terang benderang. Dan pikirannya semakin kalut saat Sissy melihat beberapa orang di balik kaca.

Iya, selain ruangannya ada juga satu ruangan seperti ruangan pengamat yang dibatasi dengan kaca. Ruangan itu juga menyala dan menampilkan beberapa orang di dalamnya. Mereka ada dua orang, laki-laki dan perempuan yang sama-sama memakai jas berwarna putih seperti jas lab. Bisa Sissy simpulkan dirinya adalah bahan pengamatan mereka, dan dirinya tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan hingga...

Tuk... tuk...

"Cek cek halo, Sissy apa kau bisa mendengarku?"

Tiba-tiba muncul suara seseorang setelah suara ketukan mic tadi. Sissy sudah bisa pastikan pasti salah satu diantara kedua orang itu yang berbicara. Karena nyatanya, Sissy hanya bisa melihat kedua bayangan itu samar-samar.

"Sissy apa kau bisa mendengarku?" suara perempuan.

Sissy ingin berteriak sekuat kuatnya, tapi mengingat masih ada lakban yang merekat di mulutnya membuat dirinya tidak bisa berbuat banyak. Hingga tak lama ada satu orang yang masuk ke dalam ruangannya. Orang yang sudah tak asing lagi bagi Sissy untuk mengenalinya. Orang yang sama dengan orang yang pernah memisahkan dirinya dengan ayahnya. Iya, dialah ilmuan itu.

Breeett, suara renyah itu ketika ilmuwan itu menarik paksa lakban yang ada di mulutnya.

"Aww kumisku!" ringis Sissy kesakitan. "Apa tujuanmu menculikku, hah!" lanjutnya penuh tekanan dan emosi.

"Tentu saja bukan untuk adu hebat dengan belut." banyol ilmuwan itu membuat sebuah lelucon yang sama sekali tidak lucu.

"Aku bilang, APA TUJUANMU MENCULIKKU!" teriak Sissy menghentak-hentakkan kakinya. "Apa kau bosan hidup."

Tidak ada jawaban, pria setengah paruh baya itu kemudian keluar dari ruangan dan masuk ke ruangan yang terdapat dua orang yang terus mengamati pergerakan Sissy. Mengambil sesuatu yang ternyata adalah alat pengukur arus listrik, kemudian kembali membawa benda tersebut dan menghampiri Sissy.

"Ada banyak manusia listrik sepertimu yang sama hebatnya. Ini bukan kali pertama aku melakukan hal senekat ini, karena apa?" mengaitkan sebuah kabel ke kaki telanjang Sissy. "Karena orang-orang sepertimu itu sangat berguna untukku." lanjut ilmuwan itu kemudian kembali beralih pada benda pengukur tegangan arus listrik.

Jarak || Lee HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang