7. Surya

30 10 6
                                    

10 tahun yang lalu...

"Kau ini selalu menggangguku!" bentak seorang anak laki-laki berseragam merah putih pada seorang anak perempuan.

"Sejak kapan aku mengganggumu?" balas anak itu kebingungan.

"Kau," menunjuk. "Kau selalu mengangguku mengerjakan sesuatu. Harusnya yang diberi nilai 90 itu aku bukan kau!"

"Kau mendapat nilai besar karena kau memiliki kekuatan!" lanjut anak laki-laki bernametag Surya itu.

Tidak terima, gadis itu pun membalas. "Kau memang yang salah tidak ikut kerja kelompok kemarin. Aku memiliki hak untuk memberimu nilai kecil karena semua tanggung jawab diserahkan semua padaku."

"Tidak, itu semua hanya berkat kekuatanmu. Andai saja lampu-lampu itu tetap nyala, kau pasti tidak akan menggunakan kekuatanmu. Kau itu pamer!"

Anak perempuan berambut sebahu itu pun naik pitam, dadanya kembang kempis memompa nafas. Ia geram pada teman kelompoknya itu. Itu salah anak itu karena tidak ikut kerja kelompok kemarin, bukan salahnya. Dan jika saja dirinya tidak menunjukkan kekuatannya, maka tugas kelompok mereka tidak akan di nilai oleh guru.

"Aku tidak pamer! Jika aku tidak 'menggunakannya' kerja keras kami tidak akan di nilai oleh guru."

"Aku yang membeli semua barang ini!"

"Tapi kau tidak ikut bekerja! Kau membelinya, tapi kau menggunakan uang orang tuamu dan menyimpan uang kami! Aku ingin uangku dikembalikan."

"Jaga ucapanmu," mata Surya kecil membola. "Aku tidak seperti itu."

"Oh ya? Cepat beri aku nota harganya jika kau benar-benar menggunakan uang kami. Harga mereka semua sangatlah murah, jadi cepat berikan kembaliannya."

"Untuk apa membelikan kembalian padamu, itu sudah masuk ke kantongku sebagai uang jalan."

Mengangkat tangannya, "Kau berbohong! Cepat katakan yang sejujurnya atau ak sengat kau dengan sengatanku."

Mundur satu langkah, "Jika kau berani menyengatku, akanku pukul kau."

Maju satu langkah, "Katakan!" seru gadis itu yang membuat lawan bicaranya mundur selangkah.

"Tidak akan aku biarkan." balas Surya melayangkan tinjuan pada Sissy, tapi dengan gesit Sissy justru menggenggam tangan Surya.

"Argh!"

"Aku sudah bilangkan."

Tidak sampai lima detik, Surya berhasil melepaskan tangannya dari Sissy. Gadis itu benar-benar membuatnya gila. Tangannya hampir terbakar olehnya. Rasanya berdenyut dan panas, itu membuat Surya tidak bisa berkata-kata setelahnya. Matanya pun memanas dan mengeluarkan cairan bening, tapi ia usahakan tidak mengeluarkan tangisan itu sekarang. Ia memilih pergi dari kelas yang sudah sepi itu dan pulang.

Ia terus bergumam tak jelas sampai dirinya tak sengaja menabrak salah satu anak. Bukannya minta maaf, Surya justru memarahi anak tak bersalah itu dan langsung pergi.

10 tahun setelahnya...

Menatap tangan kirinya yang pernah disengat Sissy, "Meski dia tidak mengingatku, tapi aku mengingatnya dengan jelas. Dimana saat itu aku masih menjadi anak nakal, dan dia berusaha untuk menyadarkanku."

Menatap ke arah Sissy beberapa saat kemudian beralih, "Saat itu aku berlari untuk menghindari masalah, tapi seakan terulang masalah kembali datang dan aku yang lagi-lagi memulai masalah."

Menatap pantulan Sissy dari papan tulis putih, "Dan aku kembali melibatkan gadis itu. Maaf ini semua salahku. Andai saja kau bertanya saat itu kenapa aku tidak ikut bersamamu."

Jarak || Lee HeeseungWhere stories live. Discover now