31. Lily

413 41 2
                                    

"Ada banyak jenis cinta, kamu hanya perlu memilih diantaranya bukan tenggelam pada salah satunya."
.
.
.
-Author-
🌺🌺🌺

"Anak kita mana, sayang?" Hunaf tentu kaget dong mendengar pertanyaan sang suami seperti itu.

"Anak? Kamu tahu dar---"

"Masa iya lupa sama Lily," celetuk Yanza. Hunaf menghela nafas, ia kira Yanza tahu kalau dirinya tengah hamil nggak tahunya anak kucing yang ia beli waktu lalu.

"Oh Lily toh? Aku kira siapa?" Hunaf cengengesan menatap Yanza.

"Emang kita punya anak lain selain Lily?" Hunaf mengubah tatapan menjadi tajam ke arah Yanza.

"Mas, jangan aneh-aneh deh. Sejak kapan Lily jadi anak kita, aku juga udah punya anak sendiri keles!" kesal Hunaf.

"Sejak mas beliin dia buat kamu," jawab Yanza santai.

"Nggak! Masa iya anak kita kucing sih, kamu emang rada-rada ya. Pulang dari luar kota langsung berubah gini, mana pulangnya bawa cewek lagi," ketus Hunaf membuat Yanza terkekeh mendengar itu.

"Kenapa? Cemburu?"

"Idih! Cemburu? Ngapain? Lebih cantikkan aku juga," ucap Hunaf mengibaskan jilbabnya hingga mengenai wajah Yanza.

"Kalau nggak cemburu kenapa nada bicaranya seperti itu?" goda Yanza.

"Terserah aku dong!" Suaranya semakin terdengar tidak enak ditelinga Yanza.

"Dia cuman temen aku, kamu nggak perlu cemburu." Hunaf bersender dibahu sang suami yang berada di sampingnya.

"Aku boleh egois nggak kalau soal kamu? Aku cuman mau kamu jadiin aku satu-satunya bukan salah satunya." Hunaf memeluk erat lengan suaminya. Yanza mengusap punggung sang istri dengan penuh sayang.

"Kamu akan menjadi satu-satunya bukan salah satunya, kalaupun jadi salah satunya pasti yang kedua nanti anak kita. Kamu nggak perlu khawatir oke," ucap Yanza menatap dalam mata Hunaf.

Mendengar ucapan Yanza, Hunaf tersadar akan sesuatu yang hampir saja ia lupakan. Hunaf mengubah posisinya yang semula bersender pada suaminya menjadi tegak seperti semula.

"Aku punya hadiah buat kamu, mas." Yanza yang tadi bersenderan juga ikut duduk tegak seperti Hunaf.

"Oh ya? Hadiah apa nih?" tanya Yanza antusias. Hunaf melebarkan senyumnya seraya meraih tangan sang suami untuk diletakkan diperut rata miliknya.

Ketika tangannya mendarat diperut Hunaf. Yanza menatap Hunaf kaget, ia sangat berharap tapi harus bertanya terlebih dulu untuk memastikannya.

"Ini kamu ha---" Ucapannya terpotong oleh anggukkan kepala Hunaf. Tanpa aba-aba lagi, laki-laki 29 tahun itu langsung menarik sang istri ke dalam pelukannya karena saking bahagianya.

"Terima kasih banyak," ucapnya haru. Ia bahkan memberikan kecupan di seluruh wajah Hunaf, mulai dari kening, mata, pipi, hidung dan terakhir bibirnya.

"Sama-sama, kamu seneng nggak mas?"

"Seneng banget dong, sayang. Penantian mas hampir 5 bulan lebih akhirnya terwujud juga, nggak sia-sia usaha mas bertempur tiap malam sama kamu." Hunaf kaget dengan ucapan suaminya, kenapa harus disebutkan dengan jelas.

With You [End]Where stories live. Discover now