Chapter 1. Perwujudan Anisa 1

15 0 0
                                    

Chapter 1. Perwujudan Anisa 1

Tidak. Aku tidak yakin cerita ini akan punya sekuel biarpun ini bercerita tentang Anisa 1. Ketika berpikir untuk bercerita tentang Anisa, aku bahkan ragu kalau kata Anisa disini menggunakan satu atau dua huruf N. Anisa 1? Annisa 1?

Sehingga, aku merasa perlu mengirim whatsapp pendek untuk memastikan ini. aku akan merubah penulisan yang benar jika sudah menerima balasan. Sementara itu, mari kita lanjutkan.

Baiklah. Yang pasti, ini bukan jenis sekuel karena ditempat lain, somewhere out there, Anisa adalah nama sebuah pondokan kos-kosan yang berisi mahasiswa dan nyatanya punya sisterhood. Ada Anisa 1, 2 hingga bahkan 3 kalau tidak salah. Aku tidak berusaha mengecek data ini karena sangat tidak bersinggunggan sama sekali dengan Anisa yang akan kita bahas. Jadi, cerita ini mengangkat tema satu Anisa saja, yaitu Anisa 1.

Seperti yang aku sampaikan tadi, Anisa 1 adalah nama pondokan. Kata pondokan ini populer dijamanku kuliah. Sejenis sebuah rumah yang terdiri dari beberapa kamar. Disewakan dengan tarif yang sangat bersaing dengan faktor penentu harga yang begitu banyak.

Tarif kamar berdasarkan posisi pondokan alias seberapa strategisnya letak pondokan adalah faktor yang paling menentukan kala itu. Semakin dekat kearah kampus, jalan utama dan sumber makanan maka ini bisa sangat mahal. Fasilitas bahkan bisa kalah dengan faktor kestrategisan. Faktor kemudian adalah rupa. Entah kenapa, pada masa ku, yang bisa kubilang cukup silam, dan aku menolak menyebut tahunnya tapi kalian akan mampu menebaknya kalau membaca ini hingga akhir. Jadi, rupa kosan bisa dibilang tidak perlu terlalu aestetik. Juga tidak perlu punya spot foto yang instagramable karena instagrampun pada saat itu belum lah ada. (oke, aku sangat tua). Tapi mari kita focus pada anisa.

Anisa 1 berada di kategori, rupaku jelek, fasilitasku tak ada tapi aku ada dipinggir jalan raya dan kalian para mahasiswi yang tak punya kendaraan, bisa tiba dikampus tanpa perlu berjalan terlalu jauh-ini membuat Anisa 1 punya tarif yang sangat bersaing dan naik setiap tahunnya. Naik karena BBM naik, naik karena harga gorengan naik, naik karena ibuk kosan berkata begitu.

Oke, teman mantan kosan baru saja membalas whatsapp ku dan katanya nama anisa adalah Annisa 1 guys. Jadi selanjutnya kita akan memakai nama yang baku.

Balik ke rupa annisa yang tidaklah aestetik, lebih dari itu, annisa mungkin bisa dikategorikan sebagai bangunan yang bisa mendapat bantuan bedah rumah.

Rumah tua yang tetap berdiri kuat karena jaman pembangunannya pasti belum banyak korupsi. Telah berulang kali terkena gempa yang sering terjadi. Telah menjadi saksi kemajuan transportasi karena lokasinya yang tepat dipinggir jalan utama. Seperti, kami tidak punya pagar ataupun sekedar bunga yang membatasi dengan jalan raya berdebu. Tapi ada ruko kecil dibangun didepannya, menutupi setengah bagian depan annisa dari kasat mata dan hanya bisa ditemukan setelah mengetuk bata ketiga ditembok kiri ruko.

Bentuknya masih rumah model tempo dulu. Ada teras kecil memanjang dibagian depannya dengan pintu masuk yang berada ditengah rumah. Dari luar tidaklah besar tapi ada 9 kamar didalamnya dengan berbagai ukuran dan keanehan masing-masing.

Kalau kalian masih tertarik membaca ini, baik, akan kuceritakan dengan serius.

Berbentuk nyaris kubus, kamu akan memasuki rumah lewat teras yang pintunya ada disisi kanan rumah. Belok kanan, melewati teras, ada dua kursi panjang disana, yang akan menjadi rebutan dikala malam minggu sementara kebanyakan harinya dijadikan tempat anjing ibu kos tidur siang. Melewati itu, akan berhadapan dengan tembok salah satu kamar jadi kamu akan melihat kekiri. Disanalah pintu masuk.

Begitu masuk, kamu harus naik satu oktaf. Langsung bertemu ruang tengah yang begitu luas. Maksudku, ruangan tengah yang hanya dihuni satu meja kayu panjang yang berjenis kelamin antara meja dan juga kursi. Dia jelas meja tapi kami tak punya sekedar satu kursipun maka, meja jelas menjadi tempat tongkrongan.

Ruang tengah sangat luas. Mungkin luasnya sama dengan gabungan semua kamar kami yang berjumlah sembilan. Tapi hanya di huni meja dan terkadang satu motor. Selain itu, ruang tengah hanya berisi impian-impian kami yang begitu banyak.

Berdiri di ruang tengah, maka kita akan bertemu 4 pintu kamar. 2 di sisi kanan dan 2 di sisi kiri. Kamar nomor 1, sejajar dengan teras depan kami, pintu masuknya ada dibalik pintu masuk rumah. Sungguh tempat persembunyian yang aman. Sementara kamar nomor 2, kamarku, hanya berjarak 1 meter dari pintu depan. Diseberangnya, ada kamar nomor 3 dan 4. Kamar 3 dan 4 sungguhlah imut, seperti bekas teras samping yang dibagi 2 menjadi kamar.

Setelah tadi naik satu oktaf, maka kamar selanjutnya, kita perlu turun 2 oktaf tanpa anak tangga. Begitu curam dan bengis.

Kamar ke 5, bersebelahan dengan kamar nomor 2 tapi pintunya ada dibelakang. Bersebelahan dengan pintu ruang tengah kebelakang. Jadi, dia anggota lantai atas tapi masuknya dari lantai bawah atau kamu bisa juga melakukan maneuver kecil dari pintu tengah, sedikit berputar sembari berpegangan. Maka disanalah kamar nomor 5. Kamar istimewa yang punya kamar mandi sendiri di dalam.

Kamar ke 6 dan 7 ada dilantai bawah. Mereka berhadapan. Secara geografis, 5, 6 dan 7 adalah satu kesukuan. Dari sini, bisa disebut sebagai ruang tengah mini, akan turun sekitar setengah oktaf, utuk tiba didapur umum.

Di dapur umum, sebelah kirinya ada kamar nomor 8. Yang sungguh eksklusif karena dekat dengan dapur, kamar mandi, bahkan punya pintu keluar sendiri dari samping. Bisa dibilang ini paling strategis. Hanya saja, posisi tadi membuatnya jauh dari pintu depan, lebih jauh dari jalan raya, maka dia kalah pamor. Belum lagi kalau penakut. Sangat tidak disarankan.

Sebelah kanan dapur, ada bekas kamar mandi lama yang kemudian menjadi gudang dadakan kami atau tempat menjemur daleman atau tempat penampakan. Pintu keluar belakang juga ada disamping kanan. Langsung kehalaman samping yang cukup luas untuk menjemur pakaian, bakar sampah, pun bergosip seru. Dari sini, akan menghadap langsung tembok kosan sebelah. Tapi kalau menoleh ke kanan. Disana, disudut. Melewati kamar nomor 6, 5 dan 2, kamar kesembilan akan ditemukan.

Diantara annisa dan kosan samping, ada tembok yang begitu bagus. Akhirnya, oleh ibuk kos, tinggal ditambah 2 dinding depan dan belakang. Jadilah kamar baru yang bagian dari kami tapi juga bukan bagian dari kami. Dia punya pintu masuk sendiri dari depan dan pintu belakang yang bertemu dengan kami. Dibawah jendela kamar nomor 2, disitulah pintu belakangnya ditemukan. Mereka punya kamar mandi sendiri tapi tetap mencuci ke kamar mandi umum.

Kamar mandi umum terdiri dari 2 kamar mandi dan satu tempat mencuci. Kalau rumah kami layak mendapat bantuan bedah rumah maka kamar mandi kami layak untuk dirobokan kemudian diganti bangunan baru. Hanya saja itu tidak pernah terjadi dan kami bertahan dengan semua drama kamar mandi yang tiada habis.

Jadi, kami tak punya pagar. Hanya saja, posisi samping yang mentok dengan tembok tetangga, sementara bagian belakangnya bertemu dengan halaman samping rumah ibuk kos. Jadi, rumah ibuk kos, agak kebelakang, melewati rumah kami. Membuat kami aman, nyaman, hanya sesekali ada tangan nakal yang berusaha menarik handphone yang dicas di kamar nomor 4 atau melihat penampakan anjing buk kos yang melintas dari pintu belakang, keluar lewat pintu depan.

Ya, pikirkan semua posisi kamar ini dan lihat,apa kalian berhasil memetakannya.

Ya, pikirkan semua posisi kamar ini dan lihat,apa kalian berhasil memetakannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

---------

note:

haiiii! gak yakin ada yang baca tapi ini salah satu bagian hidup yang kepengen dijadikan cerita. banyak hal unik yang terjadi saat tinggal dikosan ini. mungkin bisa jadi hiburan untuk yang baca. atau mungkin juga tidak.

tell me what do you think about this story.

love you all.

Annisa 1Where stories live. Discover now