You and Me

4 2 0
                                    

"Hei... Aku akan melepaskanmu di sini..." ucap Lucien.

"Heh?? Kau mau meninggalkanku?"

"Kalau tingkahmu seperti ini." Jawab Lucien yang tidak peduli lagi dan menurunkan Ryan. Kemudian Lucien melanjutkan jalan seorang diri. Melihat itu, Ryan bereaksi,"Jangan tinggalkan aku!" teriaknya sembari berjalan dengan terburu-buru. Karena kepala yang pusing dan kaki yang sakit, Ryan pun hendak jatuh.

"Argh!!!" teriaknya. Mendengar teriakan Ryan, Lucien dengan refleks berbalik dan menahan tubuhnya yang condong ke depan agar tidak jatuh dengan lengannya yang kekar itu.

"Aduh hampir saja. Kali ini kau menyambutku dengan waktu yang tepat." Ucap Ryan.

"Ternyata kau masih peduli denganku. Kalau begitu, ini balasanku..." Lanjut Ryan dengan seringai di wajahnya.

Belum sempat Lucien berkata-kata, Ryan segera merangkul pundak dan mendaratkan bibirnya ke Lucien.

"Ah..."

Lucien hanya bisa tersentak dengan kelakuan Ryan. Sekujur tubuhnya terpaku karena rasa kaget bercampur dengan kegiuran. Perlahan-lahan jantungnya berdetak cepat dan tubuhnya bergetar karena kegiuran yang mengalir hingga ke kepalanya. Ingin rasanya menyentuh pipi si pemuda itu dan membalas ciumannya dengan liar, namun rasa keterkejutannya membuatnya diam di tempat. Lucien hanya bisa merasakan bibirnya yang lembut dan juga hangat itu.

Waktu seolah berhenti. Suasana semakin hening dan yang tersisa hanya suara denyut jantung. Kupu-kupu biru melintas dengan indahnya menebarkan serbuk-serbuk. Kupu-kupu itu telah membawa manusia itu jatuh ke dalam mimpi.

Ryan melepas ciumannya dan meninggalkan senyuman menawan di bibirnya. Mata berwarna coklat itu memandang Lucien dengan mendalam seolah ingin menguak isi hati makhluk setengah dewa itu. Namun pelan-pelan rasa kantuk menyelimuti kesadaran Ryan karena serbuk-serbuk yang beterbaran oleh kupu-kupu. Lalu Ryan pun jatuh di bahu sang setengah dewa. Serbuk itu tidak berdampak bagi Lucien.

Lucien hanya bengong dan masih terkejut dengan apa yang terjadi. Ciuman itu meninggalkan perasasaan yang bergejolak dalam diri Lucien. Hati yang berdebar-debar tidak karuan dan mukanya memerah, Lucien bergumam,"Aku telah tergoda oleh pria ini."

--------

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan berjalan kaki, Lucien keluar dari kabut tipis itu dengan membawa Ryan di kedua lengannya. Mereka pun tiba di suatu kastil yang bercorak ungu gelap dengan dinding tebal dan banyak menara.

Saat ia berada dalam area kastil itu, dengan kekuatan batinnya, seketika jubahnya terbentuk secara instan untuk menutupi tubuhnya. Kostum berwarna biru gelap kehijauan dengan ornamennya, membuatnya terlihat seperti batu permata yang berkilau. Pantas saja Tyrone jatuh hati pada makhluk setengah dewa! Tanpa kostumnya pun, ia sudah begitu menawan. Ditambah dengan kostumnya semakin berkharisma. Disudut matanya tampak berkilau dengan shadow yang gelap membuatnya matanya terlihat tajam bak mata elang. Ia berjalan perlahan memasuki kastil tersebut dengan wibawa disambut oleh dua pelayannya yang selalu siap sedia.

"Hamba memberi hormat pada tuan."

"Tolong siapkan ramuan obat penawar racun serangga."

Tanpa banyak bicara, siapa orang yang dibawa tuannya itu, mereka menjawab,"Baik tuan."

Lucien membawa pemuda itu ke kamar, lalu membaringkannya. Ia memandanginya dengan mendalam. Ingatan akan Ryan yang agresif dan menggoda apalagi ciuman hangat itu masih membekas dalam hatinya. Lucien bergumam,"Bibirnya begitu lembut..."

Dalam lamunannya itu, tiba-tiba pelayannya masuk.

"Permisi tuan. Ini ramuannya." Ucap pelayan membuyarkan lamunan Lucien. Lalu asura mengambil obat itu dan pelayan kembali ke tempatnya berada meninggalkan mereka berdua.

"Apa yang kupikirkan?" gumam Lucien yang malu terhadap pemikirannya. Kemudian ia bermaksud untuk meminumkan ramuan itu ke Ryan. Akan tetapi menjadi sulit baginya karena manusia itu tidak sadarkan diri. Alhasil ramuan itu tumpah.

"Apa yang harus kulakukan? Kalau ia tidak segera meminum ini untuk mentralisir sisa racun, ia bisa bertindak gila seperti waktu itu." Pikir Lucien sembari melihat Ryan yang tertidur lelap itu.

"Ayo berpikir... Sebentar lagi efek serbuk penenang itu akan menghilang dan ia akan bangun." Lanjut Lucien.

Ia berpikir sesaat dan lalu bergumam,"Tidak ada pilihan lain lagi."

Lucien mengambil mangkuk yang berisi ramuan itu dan meminumnya! Lalu ia mendekatkan diri ke Ryan. Semakin dekat dan semakin dekat hingga bibir mereka saling bersentuhan. Ternyata Lucien membantu meminumkan ramuan itu ke Ryan melalui mulutnya. Ia menyentuh bibir yang lembut itu kembali. Kini giliran ia yang maju duluan. Ia melakukannya dengan hati-hati, namun tanpa disadari oleh dirinya sendiri, ia melakukannya dengan cinta. Melupakan segalanya dan yang tersisa adalah Ryan. Sebelum melepas ciuman itu, hatinya merasa hangat dan ada suatu perasaan ingin terus berada di sisinya. Apakah makhluk setengah dewa itu sudah jatuh cinta terhadapnya?

Lalu ia pun mengusap bibir Ryan dan menatapnya dengan mendalam. Suatu perasaan rindu mengalir dalam dirinya, seolah ia sudah lama tidak berjumpa dengan teman lama.

"Ada apa dengan diriku? Kenapa aku jadi peduli pada manusia? Kenapa aku merasa dekat dengannya?" Lucien bertanya-tanya.

Tiba-tiba terdengar suara perempuan yang mengeluarkan Lucien dari lamunannya.

"Ya sungguh mengherankan..."

Lucien terkejut mendengar balasan itu dan segera menoleh. Ternyata iblis nafsu berdiri di atas balkon dengan selendang sutra menutupi tubuhnya yang seksi bak penari. Telah dikatakan bahwa kecantikannya tak tertandingi di dunia manusia maupun iblis. Kulit yang halus, mata yang indah, bibir yang seksi, dan tubuh yang sempurna. Siapa yang tidak tergoda oleh iblis wanita ini?

"Kau!! Ada keperluan apa kemari?" tanya Lucien.

"Kau masih saja bersikap kasar terhadap wanita. Yang kuinginkan adalah dirimu. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku akan melayanimu." Goda si iblis sembari terbang rendah dari atas balkon menuju Lucien dengan tubuhnya yang ringan seolah daun yang jatuh ke tanah. Dengan segera ia mendekati Lucien, menyentuh pipinya dan berkata,"Sebetulnya aku sedang berjalan-jalan dan berada di sekitar wilayahmu. Tiba-tiba aku menyadari energi yang tidak biasa telah muncul. Energi yang kuat. Aku pun menjadi bergairah. Ternyata energi itu adalah hawa nafsumu meningkat. Aku bisa merasakan energi itu mengalir dari dalam dirimu sekarang. Energimu itu telah menarik diriku hingga kemari. Sebenarnya kaulah yang telah mengundangku." Seringai si iblis dengan bibirnya yang merona.

"Kau tidak bisa menggodaku!" balas Lucien.

"Namun bukankah kau telah tergoda dengan manusia ini?" jawab iblis.

"Mmhh..." Ryan bergumam.

Melihat Ryan yang mau bangun, Lucien segera menarik si iblis wanita itu dengan paksa dan membawa keluar bersamanya dan menyudutkannya ke dinding. Alih-alih marah, iblis itu menikmatinya.

"Apa yang sedang kau lakukan, tuan?" rayu si iblis.

"Keluar dari sini!"

"Kau ingin mengusirku? Hmmm..." seringai si iblis. "Tapi itu tidaklah mudah. Karena sebentar lagi, kau akan terpikat olehku."

"Hentikan omong kosongmu!"

Seperti yang sudah dikatakan di awal. Ketika hawa nafsu seorang meningkat dan ia tidak mampu mengendalikannya, maka nafsu itu akan menguasai dirinya. Orang yang dikuasai akan melihat sosok orang yang dicintainya di dalam diri si iblis. Jadi perlahan-lahan, Lucien melihat sosok Ryan pada iblis Wanita itu.

"Bagaimana? Apakah kau sekarang masih ingin mengusirku?" tanya iblis dengan senyum menggodanya itu.

Lucien terbuai karenanya. Ia menggenggam erat dan mencengkram dagu si iblis itu. Kini tatapan Lucien menunjukkan rasa laparnya terhadap sosok di hadapannya. Lucien mendorongnya ke dinding, mencumbu wanita iblis itu dengan penuh gairah seperti seorang yang kelaparan. Ia mengangkat pahanya yang mulus itu dan membelai rambutnya. Sentuhan itu membangkitkan keinginan dalam diri mereka semakin dalam dan dalam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang