Chapter 19 : Takdir yang Kejam

122 12 4
                                    

𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌

****

"Sudah lewat dari satu minggu."

"Ma-maaf, Tuan. Kami belum bisa menemukan apapun, rumah mereka dijaga dengan sangat ketat, data mereka pun tak dapat di hack dan —"

Brak!

Terdengar suara meja yang di pukul hingga terbelah menjadi dua.

"Saya tidak ingin tahu! Dalam waktu dua puluh empat jam, jika tidak mendapatkan hasil apapun, nyawa kalian taruhannya," ancam Aldrich yang membuat ke empat orang suruhannya menjadi gemetar.

Setelah menginstruksikan mereka untuk pergi, ke empat mafia itu pun bergegas meninggalkan ruangan yang gelap itu.

"Jika wanita itu membohongiku, aku tidak segan-segan membunuhnya."

Aldrich keluar dari rumah besar yang berada jauh dari pemukiman itu, mengemudikan mobilnya di jalanan yang sepi dan hanya di iringi pepohonan di sepanjang jalan.

Malam di empat tahun yang lalu, dia juga mengendarai mobil sendirian di tengah hutan, tidak jelas apa yang ada di depannya. Tapi Aldrich tau, bekas luka tusukan di dadanya bukan karena kecelakaan, melainkan ada seseorang yang berniat membunuhnya.

"Kekosongan apa yang ada dalam diriku? Kesalahan apa yang membuat hidupku begitu menyiksa?!"

Aldrich menghentikan laju mobilnya, beberapa kali membenturkan sendiri kepalanya pada gagang setir. Setiap detik dia selalu teringat bayang-bayang malam itu, kejadian yang selalu membuatnya bermimpi buruk.

"Takdir yang kejam."

Aldrich menyalakan mesin mobilnya, kembali melaju di jalanan yang gelap. Rumah besar di tengah hutan adalah kamuflase yang baik, tidak ada yang tahu, sebuah markas besar dibangun di beberapa wilayah di dunia yang tak tersentuh.

****

Zian memakai dress hitam selutut dengan hiasan pita besar di belakangnya dan hiasan bunga di dadanya, serta dompet kecil dan sepatu high heels yang senada dengan dressnya. Rambut putihnya yang halus dan mengkilap ia kepang sebagian, penampilannya begitu sempurna.

"Mama, kenapa lama sekali?" teriak Zayn dari luar kamar Zian. Wanita itu tersenyum kecil, dia segera membuka pintu. Saat melihat Zayn dengan memakai tuxedo, senyum Zian semakin melebar. Anak itu begitu tampan dan manis, rambutnya yang putih semakin menambah tingkat ketampanannya.

"Baiklah-baiklah, ayo kita turun ke bawah."

Zayn mengangguk, mengulurkan tangan kecilnya agar Zian bisa menggandeng tangannya. Zian tersenyum, perlakuan Zayn sangat manis, tidak dapat dibayangkan seperti apa nantinya Zayn ketika sudah beranjak dewasa.

Di lantai satu, Zavier, Barraq, dan Lee Jun Hyeon sudah menunggu kehadiran bintang utama dalam acara malam ini. Adiva Zian Dharmawangsa. Wanita dengan rambut putih sehalus sutra dengan wajah cantik bak bidadari, tidak ada yang tidak menyukai Zian.

Zian turun dengan perlahan, tatapan matanya yang bersinar dapat menyihir siapapun untuk terus menatapnya.

Zavier, Barraq, dan Hyeon tak dapat mengalihkan tatapannya ketika melihat penampilan Zian malam ini. Dia benar-benar bersinar.

"Bagaimana?" tanya Zian ketika berdiri di hadapan ketika laki-laki lajang itu. Mereka bertiga seketika berdeham, mengalihkan tatapannya ke arah lain.

MAMA ZIANOù les histoires vivent. Découvrez maintenant