Chapter 2 : Bangsawan Qatar

227 31 1
                                    

𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌

****


"Lee Jun Hyeon! Kau menghancurkan kepercayaan yang sudah ku berikan!" Zian duduk bersandar, memejamkan mata dan memijat keningnya.

"Maaf, Zian. Aku tidak bermaksud membuat reputasi perusa-"

"Siapa Aecha?" Pertanyaan yang tak terduga meluncur begitu saja dari mulut seorang Zian, pertanyaan yang tak pernah Lee Jun Hyeon harapkan akan didengar.

"A-Aecha, d-dia adalah tunangan ku," jawab Lee Jun Hyeon dengan kepala menunduk.

Zian menahan tawanya, melihat wajah Lee Jun Hyeon yang memerah, Zian jarang sekali melihat Lee Jun Hyeon begitu.

"Yah ... aku pikir kau masih belum move on dari gadis itu," ucap Zian dan diakhiri kekehan di akhir kalimatnya.

Dalam sekejap, ekspresi wajah Lee Jun Hyeon berubah, Zian tidak tahu apa yang terjadi dengan wanita bernama Aecha itu, tapi sepertinya meninggalkan luka yang begitu dalam.

"Hei, Juju. Akhir-akhir ini sepertinya kau bekerja terlalu keras, tidak ada niatan untuk liburan?" tanya Zian mengalihkan pembicaraan, dari ekspresi Lee Jun Hyeon sepertinya dia memang butuh cuti.

"Huft ... Kau benar, sebaiknya aku menenangkan diriku, menggantikan posisimu itu begitu melelahkan, aku hampir gila!" ujar Lee Jun Hyeon.

Zian tertawa, sepertinya dia sudah banyak merepotkan laki-laki itu.

"Temui Chan Yeol, kau bebas pergi kemanapun yang kau mau."

"Serius?"

"Ya, ini hadiah karena kau sudah bekerja keras," ucap Zian tersenyum manis.

Lee Jun Hyeon mengembuskan nafas lega, Zian masih tidak berubah, wanita ini benar-benar sangat menakjubkan.

"Oh iya, apakah Zayn tumbuh dengan baik?" tanya Lee Jun Hyeon teringat akan bayi kecil yang dulu pernah digendongnya.

"Tentu saja, kenapa tiba-tiba kau bertanya tentang Zayn?" Zian menatap Lee Jun Hyeon benar-benar, laki-laki ini sepertinya tidak begitu banyak berubah, yah.

"Ah tidak, hanya teringat saja waktu Zayn masih bayi, dia sangat kecil dan lucu dalam gendongan ku, apakah sekarang Zayn mirip dengan dia?"

Zian terdiam, menatap langit-langit ruangan, sedang membayangkan bagaimana pertumbuhan Zayn, psikologi nya, apa yang dia pikirkan mengenai orang tuanya, itu semua selalu terpikirkan oleh Zian.

"Tentu saja dia sangat mirip denganku," jawab Zian sambil tersenyum.

"Ah, aku tidak sabar bertemu dengannya. Oh ya, dia akan berusia lima tahun minggu depan, kan? Bagaimana kalau membuat kejutan?" usul Lee Jun Hyeon. Zian juga berpikir akan memberikan kejutan.

"Bagaimana jika malam ini makan malam bersama? Aku tidak sabar ingin melihat Yan kecil," ujar Lee Jun Hyeon lagi.

Zian mengembuskan nafas panjang, ternyata Lee Jun Hyeon tidak berubah. Dia masih sama perhatiannya seperti saat SMA.

"Baiklah, kau kirim saja alamatnya."

"Tidak, aku akan menjemputmu dan Yan, sekarang kau tinggal dimana?" tanya Lee Jun Hyeon, bersandar di kursi sambil menatap wajah Zian yang tampak tak berubah dari dulu.

"Aku tinggal di apartemen Forest Trimage," jawab Zian, menatap kosong kertas di hadapannya.

"Oh? Kenapa tidak beli rumah atau mansion saja, keluarga Dharmawangsa kan sudah diakui sebagai keluarga bangsawan juga di Qatar," ucap Lee Jun Hyeon asal.

Zian tak habis pikir dengan pemikiran Lee Jun Hyeon, dia sepertinya begitu suka menghamburkan uang Zian.

"Kalau hanya untukku dan Yan, buat apa sampai beli mansion, hanya buang-buang uang."

"Hah, iya juga."

Zian dan Lee Jun Hyeon tiba-tiba saling terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Oh ya, Zian. Sudah tau kabar tentang keluarga Alvarez?" tanya Lee Jun Hyeon tiba-tiba.

Zian biasanya langsung sensitif jika berhubungan dengan keluarga Alvarez, namun kali ini sepertinya akan menarik.

"Ada apa?"

Lee Jun Hyeon memperlihatkan layar ponselnya pada Zian, di layar memperlihatkan kemesraan antara putri bungsu keluarga Alvarez dan putra sulung keluarga Hernandez. Adeline dan Aiden.

"Dengar-dengar Alvarez hampir jatuh setelah Jhon yang memimpin, tidak heran sih mengingat sifatnya yang angkuh dan keras kepala," ujar Lee Jun Hyeon.

"Kalau bukan karena bisnis, tidak mungkin kan Adeline dan Aiden akan bertunangan? Apalagi Hernandez merupakan salah satu perusahaan yang berpengaruh di dunia."

"Setelah lama tidak bertemu kau jadi banyak bicara, ya?"

Lee Jun Hyeon langsung diam begitu Zian angkat bicara, sepertinya ada yang salah hingga membuat Zian begitu tidak suka.

"Kalau tidak jadi liburan akan aku batal-"

"Eh ... iya-iya tentu saja aku akan berkemas sekarang. Sampai jumpa Zian, aku akan menjemputmu dan Yan nanti malam!" teriak Lee Jun Hyeon lari terbirit meninggalkan ruangan Zian.

Zian mendengus, sedikit kesal karena Lee Jun Hyeon terus saja membicarakan keluarga itu.

****

"Mama!"

Zian menoleh, tersenyum melihat Zayn terlihat sangat senang, sepertinya sudah terjadi sesuatu.

"Ada apa? Sepertinya anak Mama yang tampan ini terlihat sangat senang?" ucap Zian setelah melepas pelukan dengan Zayn.

Zayn mengangguk, "hari ini Yan punya banyak teman baru, mereka sangat baik pada Yan. Dan tentu saja mereka lulus kualifikasi untuk menjadi teman yang baik untuk, Yan."

Zian menghela nafas, anak ini tidak pernah berubah, selalu seperti itu dalam memilih teman, tapi sepertinya Dwight School Seoul memang berisikan orang-orang elite dan penting.

"Baiklah, karena Yan sangat senang hari ini bagaimana kita makan steak kesukaan, Yan?"

Zayn mengangguk, anak laki-laki itu tumbuh dengan sangat baik, apakah Zian masih perlu mencemaskan anak genius seperti Zayn?

****





MAMA ZIANWhere stories live. Discover now