Awal Mula

200 21 11
                                    

"Akh," ringis seorang gadis yang baru saja terjatuh dari motornya sebab saling tabrak dengan motor pengendara lain sebelumnya.

"Ih ... luka," rengek gadis itu begitu melihat telapak tangannya yang berdarah dan menampakkan goresan-goresan yang begitu kentara di sana setelah ia gunakan penyangga tubuh. Mengabaikan motornya yang entah jatuh dimana sebab ia yang fokus dengan lukanya.

Seorang lelaki asing mendekati gadis yang tengah terkapar di aspal jalanan tersebut setelah sebelumnya menolong pengendara motor lainnya. Tepatnya pengendara yang menabrak motor gadis itu.

"Nggak papa, kan?"

Gadis itu masih dalam posisi tengkurap saat sebuah suara berat bertanya padanya. Ia mendongak dan melihat siapa orang itu, lalu mengangguk polos menanggapi. "Sakit," ucapnya dengan memperlihatkan kedua telapak tangannya kepada lelaki tidak dikenal itu.

Lelaki itu segera membantu gadis itu beranjak dari posisinya meski ia tahu tidak diperkenankan untuk menyentuh orang yang bukan mahramnya. Untuk keadaan mendesak itu diperbolehkan asal tidak memikirkan hal-hal buruk yang dapat merugikan salah satu atau kedua belah pihak atau biasa disebut dengan nafsu. Begitu sekiranya isi pikiran lelaki itu saat ini.

Savara. Gadis berwajah cantik dan memiliki kulit putih bersih itu mengerucutkan bibir dengan kedua tangan yang terus dibalik ke atas setelah berhasil berdiri dari posisi sebelumnya. Luka gores kulit dari aspal jalan itu membuat telapaknya memerah dengan darah sedikit-sedikit yang mulai terlihat menggenangi telapaknya. Ia tidak mau lukanya semakin terasa sakit dan wajahnya yang lesu menahan rasa perih dari telapak tangan.

"Saya antar ke dokter, ya?" tawar lelaki itu. "Biar dibersihkan lukanya lalu diberi obat," lanjutnya.

Lelaki itu menatap Savara lalu mendapat anggukan polos dari Savara yang ternyata masih mengenakan helm sejak tadi. Hal yang sungguh tidak terpikirkan sebelumnya sebab terlalu fokus dengan beberapa luka yang terlihat saja.

Zayn. Lelaki itu menahan senyumnya melihat gadis remaja di depannya yang terlihat polos dan menggemaskan meski terkesan manja. Wajah cantik dengan tingkah lucu itu membuat Zayn merasa tertarik karena baru kali ini ia berhadapan dengan seorang lawan jenis yang bukan mahram secara langsung.

Astaghfirullah, Zayn ... dia bukan mahrammu. Batin Zayn mengingatkan dirinya.

Zayn segera mengalihkan pandangan begitu menyadari khilafnya. Ia segera membantu mendirikan motor gadis itu yang masih tergeletak di jalanan dengan cepat.

Savara hanya diam menunggu Zayn. Ia segera mendekat begitu Zayn dengan langkah terseok karena lututnya yang juga terluka setelah lelaki itu siap dan mereka segera menuju rumah sakit terdekat. Tidak ada perbincangan selama di jalan, tetapi mata Savara tak lepas dari kaca spion yang memperlihatkan wajah rupawan lelaki yang menolongnya itu. Satu pertanyaan yang kini mengelilingi kepala Savara.

Siapa nama lelaki tampan dengan hati malaikat ini?

Motor berhenti di parkiran rumah sakit dan Savara segera turun. Zayn berjalan di samping Savara. Berjalan amat pelan sebab menunggui Savara yang jalannya tertatih. Zayn tidak mau mengulangi khilafnya untuk beberapa kalinya meski kini ia sedang menolong seseorang. Matanya terus memperhatikan bagaimana Savara berjalan karena rasa khawatirnya.

Menolong tidak harus selalu menyentuh, pikir Zayn mencoba tidak peduli melihat orang yang kesusahan di depan matanya meski ia sangat ingin membantu.

Dokter segera membantu Savara dengan Zayn yang menunggu di luar ruangan. Membiarkan gadis itu ditangani oleh dokter sebelum ia akan pamit pergi. Mulanya ia yang akan menuju ke tempat temannya harus terhenti karena melihat kejadian kecelakaan kecil itu. Zayn yang tidak bisa membiarkan orang dalam kesulitan lantas membantu meski tidak banyak.

Ustadz ZaynWhere stories live. Discover now